Jumat, 20 Oktober 2017
Sabtu, 14 Oktober 2017
CERITA SEKS SEORANG JANDA
KENIKMATAN SEKS DI PAGI HARI BERSAMA
TANTE LILIS
Hari
minggu pagi saat aku terbangun karena ingin buang air kecil. Batang penisku yang
masih terasa ada sisa-sisa sperma yang telah mengering hasil permainan seksku
dengan Tante Lilis semalam langsung saja kubilas dikamar mandi saat buang air
kecil. Setelah selesai buang air kecil dengan tubuhku yang masih bugil, aku
kembali ke kamar. Sinar matahari yang sudah menembus korden kamar, terlihat
jelas sosok tubuh Tante Lilis yang masih tertidur pulas di atas tempat tidur
sambil menutupi perutnya dengan selimut berkain satin berwarna merah muda dan tampak dasternya yang terlihat jelas sekali
sisa-sisa bercak noda spermaku yang telah mengering diatas kain satin dasternya
yang licin itu.
Setiap
kali aku melakukan hubungan seks dengan Tante Lilis, Tante Lilis jarang sekali telanjang
total atau bugil karena Tante Lilis selalu memakai baju atau gaun tidur
berbahan satin agar gairahku selalu meningkat terus. Dia tau kelemahanku jadi
bila dirumah Tante Lilis selalu memakai pakaian serba satin hingga tempat tidur
kamarnya beralaskan selimut dan sperai berkain satin juga.
Meskipun
semalam kami sama-sama habis melakukan hubungan seks tapi Tante Lilis paling
ketagihan bermain seks dipagi hari. Melihat tubuhnya yang seksi dengan
dasternya yang mengkilap saat terkena sinar matahari, membuatku kembali bernafsu.
Seks dipagi hari kebetulan favorite Tante Lilis apalagi saat mau berangkat
kerja. Hampir kadang tiap pagi Tante Lilis sering menggodaku dengan memakai
piyama satin yang sudah tidak memakai Bra dan Cd lagi didalamnya agar batang
penisku begitu bangun bisa langsung kutancap kedalam vaginanya. Hampir setiap
bangun pagi aku selalu ketagihan berhubungan seks dengan Tante Lilis.
Tante
Lilis mengatakan kepadaku bahwa penisku
terasa lebih nikmat saat dipagi hari begitu penisku dimasukan kedalam
lubang vaginanya. Aku tidak tau apa ini benar atau tidak dia merasakan seperti
itu tapi yang jelas sejak merasakan penisku dia selalu ketagihan ingin
behubungan seks denganku. Statusnya yang seorang janda beranak satu, Tante
Lilis sudah merasa lebih dari cukup bisa merasakan kepuasan hasrat seksnya
diatas ranjang denganku dan dia tidak pernah selalu menuntutku yang lain-lain
walaupun ini buatku, aku sangat bersalah terhadap Tanteku sendiri sejak aku
serumah denganya.
Pertama-tama
aku kecup kening-nya, dan kemudian mengelus-elus lembut rambut-nya yang hitam.
Karen kemudian melihatku dengan kedua mata yang masih terkantuk-kantuk sambil
tersenyum manis, dan akhir-nya memejamkan matanya kembali. Tapi aku masih belum
ingin berhenti sampai di situ. Posisi tidurnya yang terlentang. Aku tarik
selimut satin yang menutup tubuhnya ke samping tempat tidur. Terlihat tubuhnya
dengan daster satin yang sedikit berantakan dan membuatku menelan ludah.
Aku
mengambil posisi di sebelah kanan Tante Lilis dan berbaring disebelah tubuhnya
yang sedang terlentang. Tangan kiriku menopang kepala dan leherku, sementara
tangan kananku mengelus-elus rambut-nya. Kemudian tangan kananku turun menuju
dadanya yang masih terhalang kain satin daster. Karena kain daster itu tipis, tampak
jelas sekali tonjolan puting susu menembus kain satin daster Tante Lilis.
Aku mencium
bibir sambil ku lumat dengan masih setengah mengantuk, Tante Lilis membalas dengan
ciuman yang sangat bernafsu. Diatas kain satin dasternya, aku memainkan putting
susunya yang menonjol itu dengan tangan kananku. Kadang-kadang aku tarik putting
susunya dan kadang-kadang aku elus-elus. Terdengar desahan kecil Tante Lilis
yang berubah menjadi lebih panjang. Tante Lilis mulai terangsang. aku semakin
bersemangat menjelajahi tubuhnya.
Kudekatkan
wajahku ke putting susunya yang sebelah kanan yang terlihat semakin menonjol
itu lalu kusedot dan kujilat dengan lembut walaupun masih terhalang kain satin
dasternya. Tante Lilis semakin terangsang saat kusedot putting susunya secara
bergantian dengan cara aku kulum dan kadang kala aku sedot sedikit keras. Napas
Tante Lilis kali ini semakin memburu dan tidak karuan.
“Ahhh…Andreeee
sayanggggg sedot lebih kuat lagi…”, kalimat terputus-putus itulah yang sering
terucap dari bibir Tante Lilis.
Setelah
puas berkelana dia kedua puting susu Tante Lilis, aku langsung menuju ke tempat
yang paling akhir untuk foreplay ini sebelum menuju ke permainan utama. Vaginanya
yang sudah bersih tanpa bulu halus kemaluanya, memudahkan aku untuk
menjilatinya serta memainkan lubang vaginanya dengan lidahku. Begitu lidahku
mendarat dibagian clitorisnya Tante Lilis seperti terkena setrum listrik
tegangan tinggi.
“Ahhh
… Andreee sayang … enak bangettt … ahhh”, Napasnya pun makin memburu kencang.
Kadang-kadang dia menekan bagian kepalaku.
Kedua
selangkangan Tante Lilis kubuka lebih lebar lagi, agar bibir vaginanya lebih
merekah lagi. Semakin dalam lidahku bermain kelubang vaginanya, tubuh Tante
Lilis seperti cacing kepanasan dan napasnya pun seperti seseorang yang telah
berlari. vaginanya terasa sedikit asin, mengeluarkan cairan.
“Anghhh…Andre
sayang masukan sekarang penismu…”, pinta Tante Lilis.
Tanpa
perlu diperintah, batang penisku telah mengeras dan siap untuk berkelana di
dalam vagina Tante Lilis. Dengan sekali dorong pelan-pelan batang penisku masuk
dengan mudah kedalam vaginanya tanpa ada kesulitan, begitu terbenam semua
batang penisku di dalam vaginanya, aku gerakan maju-mundurkan pinggulku
perlahan-lahan, memberikan sensasi erotis ke dalam vaginan Tante Lilis.
Kadang-kadang dorongan itu aku hentikan dan memeluk Tante Lilis sambil mencium
bibirnya penuh dengan napsu.
Lidah
kami saling berpangutan di dalam bibir kami yang telah menyatu. Setelah puas
berciuman, aku kembali mendorong maju dan mundur pinggulku agar batang penisku
seakan-akan menusuk-nusuk lubang vagina Tante Lilis.
“Ahhh
… Tan, Enak bangettt… bikin Andre ketagihan terus seperti ini ?”, kataku yang
sudah ngaco karena kenikmatan.
“Ya…Andre
sayang Tante akan selalu membuat kamu puas bersamaku disini …”, dengan nada
yang terputus-putus.
“Andre
akan bikin puas Tante seperti ini terus …”, jawabku dengan napas yang terburu.
Semakin
lama hentakan dan hujaman batang penisku semakin aku percepat gerakanku. Pagi
itu kita tidak bercinta dengan gaya yang bermacam-macam seperti semalam. Cukup
gaya missionaries. Akibat dari percepatan hujaman batang penisku kedalam
vaginanya, tubuh Tante Lilis mengalami reaksi yang sunggu dahsyat. Tanpa ada
peringatan apa-apa, tiba-tiba Tante Lilis memelukku sambil berteriak panjang.
“Ahhhhhh
… Andreeee…anghh…aku mauuun …”, sambil memelukku erat-erat dengan tubuhnya yang
mulai menegang. Aku biarkan Tante Lilis memelukku sambil menikmati orgasme, dan
setelah merasakan orgasme aku menghentikan goyangan pinggulku, agar memberikan
udara buat Tante Lilis untuk mengatur napasnya kembali. Setelah beberapa menit
kami berpelukan, aku berniat untuk menyelesaikan permainan ini, karena sebentar
lagi spermaku juga akan segera keluar
Kembali
aku mengambil posisi favorite-ku untuk ejakulasi, dan memulai memainkan
pinggulku sekali lagi. Aku perlahan-lahan menggoyangkan pinggulku dengan irama
yang pasti. Aku berusaha menghujamkan batang penisku dalam-dalam, agar
memberikan sensasi seksual lagi kepada Tante Lilis.
Tante
Lilis pun tidak tinggal diam, dia tau betul bagaimana membuatku ejakulasi
dengan cepat disaat kami telah bersenggama. Kedua telapak Tante Lilis menempel
di dadaku, kedua jari telunjuknya mulai
memainkan puting susuku. Daerah yang paling sensitive untukku.
“Ahhh
… Tannn… terus Tannn … aku bentar lagi mau keluar.”, kataku sambil nafasku
semakin ngos-ngosan.
Aku
pun mempercepat permainan ini. Aku tau kalo sebentar lagi batang penisku tidak
akan sanggup lagi menahan bendungan cairan spermaku yang akan segera muncrat. Aku
hentakan dan menghujamkan batang penisku semakin dalam dan Tante Lilis pun
sudah dari tadi mendesah tak karuan. Vaginanya semakin basah dan gesekan batang
penisku di dalam vaginanya seakan-akan mengeluarkan bunyi seperti air yang
dipukul-pukul dengan tangan.
Aku
sudah tidak tahan lagi, kali ini benar-benar harus keluar. Tubuhku mengejang
hebat. Melihat perubahan tubuhku itu seperti memberikan aba-aba kepada Tante
Lilis, kedua kaki Tante Lilis
menjepit erat pinggulku seperti ingin agar semua
batang penisku tertanam penuh ke dalam vaginanya.
“Ahhh…Tante
Andreeee…udah mau kelaurrrrr”, kataku sambil menggerang kenikmatan.
“Keluari
didalam Andree…sayangggg...”, jawab Tante Lilis.
“Oh…Tanteeeee…
ahhhhhhhh …”, muncarlah spermaku di dalam liang vagina Tante Lilis.
Kedua
kaki Tante Lilis terus menekan pinggulku, seolah-olah haus dengan semburan
hangat spermaku di dalam liang vaginanya. Aku tidak menghitung berapa kali
batang penisku memuncratkan semua isi cairan sperma yang ada didalam liang
vagina Tante Lilis.
Posisi
kami masih berpelukan. Tante Lilis mulai mengendurkan kedua kaki-nya dari
pinggulku. Batang penisku masih terbenam di dalam vagina Tante Lilis. Membiarkannya
perlahan-lahan mulai lemas didalam vaginanya. perlahan-lahan kucabut batang
penisku dari liang vaginanya. Kubiarkan spermaku keluar dari lubang vagina
Tante Lilis membasi tempat tidur. Jam telah menunjukkan jam 6:35 pagi. setelah
1 jam lebih kita berhubungan seks. Pagi itu kami kembali tidur, dan kami
tertidur sampai jam 1 siang.
Malamnya
kami mengulangi lagi petualangan seks lagi diatas ranjang dan begitulah
hari-hari berikutnya. Tempat tidur tempat kami bermain seks sudah tak terhitung
lagi cairan bekas sperma yang melekat membekas disana hingga sperai satin tampak
bekas noda mengering seperti pulau-pulau seribu.
Hubunganku
dengan Tante Lilis telah berjalan lebih dari 5 bulan. Rumah Tante Lilis tempat
lumpur dosaku dan keluarga kami dan anak Tante Lilis tidak pernah tau apa yang
aku lakukan selama tinggal disana yang dia tau aku hanyalah keluarga Tante
Lilis. Tapi aku merasa sangat berdosa atas semua ini tapi bagi mana lagi aku
tidak bisa lari dari semua ini karena demi kepuasan dan kenikmatan bersama.
SEKIAN
Langganan:
Postingan (Atom)