Sabtu, 14 Oktober 2017

CERITA SEKS SEORANG JANDA

KENIKMATAN SEKS DI PAGI HARI BERSAMA TANTE LILIS

Hari minggu pagi saat aku terbangun karena ingin buang air kecil. Batang penisku yang masih terasa ada sisa-sisa sperma yang telah mengering hasil permainan seksku dengan Tante Lilis semalam langsung saja kubilas dikamar mandi saat buang air kecil. Setelah selesai buang air kecil dengan tubuhku yang masih bugil, aku kembali ke kamar. Sinar matahari yang sudah menembus korden kamar, terlihat jelas sosok tubuh Tante Lilis yang masih tertidur pulas di atas tempat tidur sambil menutupi perutnya dengan selimut berkain satin berwarna merah muda dan  tampak dasternya yang terlihat jelas sekali sisa-sisa bercak noda spermaku yang telah mengering diatas kain satin dasternya yang licin itu.


Setiap kali aku melakukan hubungan seks dengan Tante Lilis, Tante Lilis jarang sekali telanjang total atau bugil karena Tante Lilis selalu memakai baju atau gaun tidur berbahan satin agar gairahku selalu meningkat terus. Dia tau kelemahanku jadi bila dirumah Tante Lilis selalu memakai pakaian serba satin hingga tempat tidur kamarnya beralaskan selimut dan sperai berkain satin juga.

Meskipun semalam kami sama-sama habis melakukan hubungan seks tapi Tante Lilis paling ketagihan bermain seks dipagi hari. Melihat tubuhnya yang seksi dengan dasternya yang mengkilap saat terkena sinar matahari, membuatku kembali bernafsu. Seks dipagi hari kebetulan favorite Tante Lilis apalagi saat mau berangkat kerja. Hampir kadang tiap pagi Tante Lilis sering menggodaku dengan memakai piyama satin yang sudah tidak memakai Bra dan Cd lagi didalamnya agar batang penisku begitu bangun bisa langsung kutancap kedalam vaginanya. Hampir setiap bangun pagi aku selalu ketagihan berhubungan seks dengan Tante Lilis.

Tante Lilis mengatakan kepadaku bahwa penisku  terasa lebih nikmat saat dipagi hari begitu penisku dimasukan kedalam lubang vaginanya. Aku tidak tau apa ini benar atau tidak dia merasakan seperti itu tapi yang jelas sejak merasakan penisku dia selalu ketagihan ingin behubungan seks denganku. Statusnya yang seorang janda beranak satu, Tante Lilis sudah merasa lebih dari cukup bisa merasakan kepuasan hasrat seksnya diatas ranjang denganku dan dia tidak pernah selalu menuntutku yang lain-lain walaupun ini buatku, aku sangat bersalah terhadap Tanteku sendiri sejak aku serumah denganya.
Pertama-tama aku kecup kening-nya, dan kemudian mengelus-elus lembut rambut-nya yang hitam. Karen kemudian melihatku dengan kedua mata yang masih terkantuk-kantuk sambil tersenyum manis, dan akhir-nya memejamkan matanya kembali. Tapi aku masih belum ingin berhenti sampai di situ. Posisi tidurnya yang terlentang. Aku tarik selimut satin yang menutup tubuhnya ke samping tempat tidur. Terlihat tubuhnya dengan daster satin yang sedikit berantakan dan membuatku menelan ludah.

Aku mengambil posisi di sebelah kanan Tante Lilis dan berbaring disebelah tubuhnya yang sedang terlentang. Tangan kiriku menopang kepala dan leherku, sementara tangan kananku mengelus-elus rambut-nya. Kemudian tangan kananku turun menuju dadanya yang masih terhalang kain satin daster. Karena kain daster itu tipis, tampak jelas sekali tonjolan puting susu menembus kain satin daster Tante Lilis.

Aku mencium bibir sambil ku lumat dengan masih setengah mengantuk, Tante Lilis membalas dengan ciuman yang sangat bernafsu. Diatas kain satin dasternya, aku memainkan putting susunya yang menonjol itu dengan tangan kananku. Kadang-kadang aku tarik putting susunya dan kadang-kadang aku elus-elus. Terdengar desahan kecil Tante Lilis yang berubah menjadi lebih panjang. Tante Lilis mulai terangsang. aku semakin bersemangat menjelajahi tubuhnya.

Kudekatkan wajahku ke putting susunya yang sebelah kanan yang terlihat semakin menonjol itu lalu kusedot dan kujilat dengan lembut walaupun masih terhalang kain satin dasternya. Tante Lilis semakin terangsang saat kusedot putting susunya secara bergantian dengan cara aku kulum dan kadang kala aku sedot sedikit keras. Napas Tante Lilis kali ini semakin memburu dan tidak karuan.

“Ahhh…Andreeee sayanggggg sedot lebih kuat lagi…”, kalimat terputus-putus itulah yang sering terucap dari bibir Tante Lilis.

Setelah puas berkelana dia kedua puting susu Tante Lilis, aku langsung menuju ke tempat yang paling akhir untuk foreplay ini sebelum menuju ke permainan utama. Vaginanya yang sudah bersih tanpa bulu halus kemaluanya, memudahkan aku untuk menjilatinya serta memainkan lubang vaginanya dengan lidahku. Begitu lidahku mendarat dibagian clitorisnya Tante Lilis seperti terkena setrum listrik tegangan tinggi.

“Ahhh … Andreee sayang … enak bangettt … ahhh”, Napasnya pun makin memburu kencang. Kadang-kadang dia menekan bagian kepalaku.
Kedua selangkangan Tante Lilis kubuka lebih lebar lagi, agar bibir vaginanya lebih merekah lagi. Semakin dalam lidahku bermain kelubang vaginanya, tubuh Tante Lilis seperti cacing kepanasan dan napasnya pun seperti seseorang yang telah berlari. vaginanya terasa sedikit asin, mengeluarkan cairan.

“Anghhh…Andre sayang masukan sekarang penismu…”, pinta Tante Lilis.

Tanpa perlu diperintah, batang penisku telah mengeras dan siap untuk berkelana di dalam vagina Tante Lilis. Dengan sekali dorong pelan-pelan batang penisku masuk dengan mudah kedalam vaginanya tanpa ada kesulitan, begitu terbenam semua batang penisku di dalam vaginanya, aku gerakan maju-mundurkan pinggulku perlahan-lahan, memberikan sensasi erotis ke dalam vaginan Tante Lilis. Kadang-kadang dorongan itu aku hentikan dan memeluk Tante Lilis sambil mencium bibirnya penuh dengan napsu.

Lidah kami saling berpangutan di dalam bibir kami yang telah menyatu. Setelah puas berciuman, aku kembali mendorong maju dan mundur pinggulku agar batang penisku seakan-akan menusuk-nusuk lubang vagina Tante Lilis.

“Ahhh … Tan, Enak bangettt… bikin Andre ketagihan terus seperti ini ?”, kataku yang sudah ngaco karena kenikmatan.

“Ya…Andre sayang Tante akan selalu membuat kamu puas bersamaku disini …”, dengan nada yang terputus-putus.

“Andre akan bikin puas Tante seperti ini terus …”, jawabku dengan napas yang terburu.

Semakin lama hentakan dan hujaman batang penisku semakin aku percepat gerakanku. Pagi itu kita tidak bercinta dengan gaya yang bermacam-macam seperti semalam. Cukup gaya missionaries. Akibat dari percepatan hujaman batang penisku kedalam vaginanya, tubuh Tante Lilis mengalami reaksi yang sunggu dahsyat. Tanpa ada peringatan apa-apa, tiba-tiba Tante Lilis memelukku sambil berteriak panjang.

“Ahhhhhh … Andreeee…anghh…aku mauuun …”, sambil memelukku erat-erat dengan tubuhnya yang mulai menegang. Aku biarkan Tante Lilis memelukku sambil menikmati orgasme, dan setelah merasakan orgasme aku menghentikan goyangan pinggulku, agar memberikan udara buat Tante Lilis untuk mengatur napasnya kembali. Setelah beberapa menit kami berpelukan, aku berniat untuk menyelesaikan permainan ini, karena sebentar lagi spermaku juga akan segera keluar
Kembali aku mengambil posisi favorite-ku untuk ejakulasi, dan memulai memainkan pinggulku sekali lagi. Aku perlahan-lahan menggoyangkan pinggulku dengan irama yang pasti. Aku berusaha menghujamkan batang penisku dalam-dalam, agar memberikan sensasi seksual lagi kepada Tante Lilis.

Tante Lilis pun tidak tinggal diam, dia tau betul bagaimana membuatku ejakulasi dengan cepat disaat kami telah bersenggama. Kedua telapak Tante Lilis menempel di dadaku,  kedua jari telunjuknya mulai memainkan puting susuku. Daerah yang paling sensitive untukku.

“Ahhh … Tannn… terus Tannn … aku bentar lagi mau keluar.”, kataku sambil nafasku semakin ngos-ngosan.

Aku pun mempercepat permainan ini. Aku tau kalo sebentar lagi batang penisku tidak akan sanggup lagi menahan bendungan cairan spermaku yang akan segera muncrat. Aku hentakan dan menghujamkan batang penisku semakin dalam dan Tante Lilis pun sudah dari tadi mendesah tak karuan. Vaginanya semakin basah dan gesekan batang penisku di dalam vaginanya seakan-akan mengeluarkan bunyi seperti air yang dipukul-pukul dengan tangan.
Aku sudah tidak tahan lagi, kali ini benar-benar harus keluar. Tubuhku mengejang hebat. Melihat perubahan tubuhku itu seperti memberikan aba-aba kepada Tante Lilis, kedua kaki Tante Lilis 
menjepit erat pinggulku seperti ingin agar semua batang penisku tertanam penuh ke dalam vaginanya.

“Ahhh…Tante Andreeee…udah mau kelaurrrrr”, kataku sambil menggerang kenikmatan.

“Keluari didalam Andree…sayangggg...”, jawab Tante Lilis.

“Oh…Tanteeeee… ahhhhhhhh …”, muncarlah spermaku di dalam liang vagina Tante Lilis.
Kedua kaki Tante Lilis terus menekan pinggulku, seolah-olah haus dengan semburan hangat spermaku di dalam liang vaginanya. Aku tidak menghitung berapa kali batang penisku memuncratkan semua isi cairan sperma yang ada didalam liang vagina Tante Lilis.

Posisi kami masih berpelukan. Tante Lilis mulai mengendurkan kedua kaki-nya dari pinggulku. Batang penisku masih terbenam di dalam vagina Tante Lilis. Membiarkannya perlahan-lahan mulai lemas didalam vaginanya. perlahan-lahan kucabut batang penisku dari liang vaginanya. Kubiarkan spermaku keluar dari lubang vagina Tante Lilis membasi tempat tidur. Jam telah menunjukkan jam 6:35 pagi. setelah 1 jam lebih kita berhubungan seks. Pagi itu kami kembali tidur, dan kami tertidur sampai jam 1 siang.

Malamnya kami mengulangi lagi petualangan seks lagi diatas ranjang dan begitulah hari-hari berikutnya. Tempat tidur tempat kami bermain seks sudah tak terhitung lagi cairan bekas sperma yang melekat membekas disana hingga sperai satin tampak bekas noda mengering seperti pulau-pulau seribu.

Hubunganku dengan Tante Lilis telah berjalan lebih dari 5 bulan. Rumah Tante Lilis tempat lumpur dosaku dan keluarga kami dan anak Tante Lilis tidak pernah tau apa yang aku lakukan selama tinggal disana yang dia tau aku hanyalah keluarga Tante Lilis. Tapi aku merasa sangat berdosa atas semua ini tapi bagi mana lagi aku tidak bisa lari dari semua ini karena demi kepuasan dan kenikmatan bersama.


SEKIAN