KENIKMATAN BERSAMA MAYA
Kejadian ini
terjadi sekitar satu bulan yang lalu, saat baru saja pindah kerja dikota Yogya.
Dan disitulah awal kisah perselingkuhanku dengan istri sahabatku yang bernama
Maya.
Oh iya
perkenalkan namaku Andi, dan aku sudah berumah tangga dan dikaruniai satu orang
anak perempuan cantik dari pernikahan aku dan istriku sekarang, kehidupan rumah
tangga kami bisa di bilang biasa-biasa saja dan istriku juga bekerja disebuah
perusahaan bank swasta yang ada diBandung.
Hubungan
ranjang kami pun terbilang normal dan cenderung romantis dan semenjak aku
dipindah tugaskan di Kota Yogya aku bertemu dengan keluargaku dibandung bisa
seminggu sekali kadang dua minggu sekali,
Awal
perselingukanku dengan Maya istri sahabatku itu semenjak kami berjanji ketemuan
dengan sahabatku yang berada didaerah selaman. Singkat cerita akupun segera
meluncur memacu mobilku ke arah Sleman dan setelah sekitar 20 menit dari yogya sampailah
aku dirumah sahabatku yang bernama Adi karena jalanan siang itu cukup macet. Kulihat
pagar rumahnya terbuka dan segera kumasukkan mobilku ke halaman rumahnya, tak
beberapa lama muncullah wanita cantik Bertubuh ramping, rambut lurus panjang
sepunggung, berkulit putih bersih mengenakan jeans ketat dan tshirt putih ketat,
aku terpana melihatnya saat dia menghampiriku dari dalam rumah.
Kedua
payudaranya yang begitu mempesona, mungkin berukuran 34B yang sangat pas dengan
tinggi badannya yang sekitar 160cm itu, dengan sangat jelas aku melihat belahan
toketnya yang begitu menawan ditambah lagi baju ketat yang dia kenakan sehingga
kedua payudaranya terlihat terangkat ke atas, ternyata dia adalah Maya, istri sahabatku
Adi.
Masih dalam
keadaan terdiam terpaku melihat kemolekan istri Adi, tiba-tiba suara lembut menyapaku.
“Hai Mas Andi,
ko bengong ayo masuk kedalam.” ajaknya.
“Oh, iya Mbak.”,
Aku sedikit gugup dibuatnya dan tampaknya Maya menangkap hal itu dan hanya
tersenyum lebar dan berkata.
“Kenapa? Ada
yang aneh ya sama aku ya Mas?”
“Oh ya..eh
ngga ko” jawabku gelagapan sambil menahan malu, dan mengikutinya dari belakang menuju
ruang tamunya, sambil mengikutinya dari belakang aku melihat pantatnya yang
sintal berisi, terlihat bentuk pantat yang begitu mengundang birahi setiap
laki-laki yang melihatnya dan berandai-andai untuk menjamahnya.
Tak pernah
kulihat pantat se-sexy ini, dalam hati aku berkata, ditambah jeans ketatnya
yang membuat pantatnya semakin terangkat ke atas, semakin ku perhatikan
ternyata tak terlihat ada garis cdnya, rupanya Maya ga pake cd, pikirku.
Entah kenapa otakku
menjadi mesum menyaksikan tubuh indah istri sahabatku ini, dan kami pun sampai
di ruang tamunya, dan aku langsung terduduk di sofa empuknya, Maya pun berbalik
menyuruhku menunggu.
“Tunggu
sebentar ya Mas Andi, Mas Adi masih mandi…”, Mayapun berlalu dan baru beberapa
langkah dia berjalan dia berbalik dan berkata.
“Oh ya mau minum
apa nih?”
“Mau Teh apa
kopi Mas?”, Tanyanya sambil sedikit
menundukkan badannya di hadapanku untuk mengambil sesuatu yang tergeletak di
sofa pas di hadapan ku. Ternyata itu adalah Handphone, saat Maya membungkuk
untuk mengambil Handphone, tanpa sengaja kulihat sepasang payudara putih
mulusnya yang menyembul hampir keluar dari bra hitam yang dipakainya.
Untuk beberapa
detik aku menyaksikan pemandangan itu membuat batang penisku terbangun dan aku
hanya bisa menelan liur sendiri sembari menyaksikan indahnya gunung kembar
milik Maya. Lalu Maya kembali bertanya.
“Mas Andi, mau
minum apa?”, spontan ku jawab.
“SUSU…!”, dengan
lantang, dan Maya pun sesaat terlihat bengong mendengar jawabanku dan segera
menatap kedua gunung kembarnya dan menyadari klo aku memperhatikan belahan
toketnya sedari tadi, dan dia berkata.
“Mmmhhhh…kamu
ini Mas Andi…pasti ngeliatin ini ya…!”, Dan sesaat aku terhenyak dan menunduk
malu karena kepergok Maya.
“Ng…engga ko Mbak”
bantahku.
“Ya udah,
sekarang mau minum apa??” Tanyanya sekali lagi.
“Apa aja deh”
jawabku.
“Oke.” Mayapun
beranjak pergi ke dapur sambil membawa handphone yang tadi dia ambil.
Tak lama Maya
pun kembali datang sambil membawa segelas kopi susu dan menyodorkannya di atas meja
di hadapan ku.
“Makasih Ya
Mbak ngerepoti”. Dan Maya pun hanya tersenyum dan berlalu meninggalkanku di
ruang tamu sendirian.
Sambil
menikmati kopi aku kembali terlintas pikiran kotorku tentang Maya istri sahabatku
Adi, “Mmmhhh…gimana ya rasanya meniduri wanita seperti Maya!?”, Tak lama
berselang Sahabatku Adi pun muncul.
“Woi bro, dah
lama?, gimana kabarnya sekarang”
“Baru saja nyampe
Adi dan kabar baik-baik saja”, Adipun menghampiriku, bersalaman dan duduk di
hadapanku, lalu kami mengobrol ngalor ngidul tentang banyak hal, kadang
diselingi candaan-candaan yang membuat kami tertawa terbahak-bahak, sesekali Maya
yang berada di ruang tv sambil menonton tv melihat kami yang sedang mengobrol.
Namun terlihat
dia enggan bergabung dengan kami dan hanya sesekali melontarkan senyum manis
kearahku. Dan sekarang kulihat Maya beranjak dari hadapan tv menuju kamarnya,
sekitar satu jam kemudian Mayapun keluar dari kamarnya, terlihat seperti habis
mandi karena dia masih terlihat sedang mengeringkan rambut panjangnya dengan
handuk putih, yang membuat mataku terbelalak dan menelan liurku sendiri adalah
pakaian yang dia kenakan saat itu. Dia mengenakan daster satin berwarna merah
muda sehingga bagian belahan dadanya lumayan terlihat begitu menantang, dan
yang membuat tak bisa kukendali tiba-tiba penisku terbangun dengan spontan.
Beberapa jam
aku dirumah Adi sambil ngobrol-ngobrol dan melirik istrinya itu, aku segera berpamitan
karena tampaknya Adi dan Maya pun akan pergi.
Di perjalanan
pulang khayalanku terus saja melayang tanpa henti membayangkan kecantikan dan tubuh
seksi Maya, istri sahabatku, Adi. Belum sampai aku ke rumah tiba-tiba ada pesan
WA masuk di hp ku. Kulihat ternyata Adi, isi WA Adi hanya pingin ketemua
dirumah kontrakanku diYogya.
Setelah kami
bertemuan dirumah kontrakanku ternyata Adi membawa seorang cewek selingkuhanya
kerumah dan sambil diperkenalkanya kepadaku.
“Gimana cantik
ngak”, kata Adi.
“Buset itu
siapa lagi Bro”. Kataku.
“Itu
selingkuhanku Bro gimana cantik kan”.
“Aduh-aduh
kasihan istrimu Bro dirumah yang setia menedampingimu”.
Dalam
pikiranku aku merasa kasian sama Maya, istri Adi. Aku pun bertnya-tanya dalam
hati, kenapa Adi menyia-nyiakan istri secantik itu. Apa mereka ada masalah atau
memang Adi yang senang selingkuh dengan cewek-cewek yang mau diaja kencan
dengannya...ah masa bodoh pikirku. Aku berusaha menjelaskan kepada Adi bahwa
tindakanya itu berselingkuh dengan wanita lain itu salah dan kasihan istrimu
dirumah tapi dia tetap saja tidak mau mendengar perkataanku itu.
Seminggu berlalu,
saat aku mau potong rambut ke salon di sekitaran kota dan sesampainya di salon
aku langsung memarkirkan mobilku dan aku segera berlari ke dalam salon. Setelah
selesai mempotong rambut aku tidak beranjak pergi karena pingin santai di
sebuah ruang yang cukup nyaman, kuambil beberapa majalah untuk kubaca, baru
saja beberapa menit kubaca tiba-tiba ada suara lembut mengagetkanku.
“Mas Andi..!”,
Ternyata itu Maya istri Adi sahabatku.
“Lagi apa
disini?”
“Oh hai May,
ini habis potong rambut”, Kali ini kulihat Maya berpakaian rapi, tampaknya itu
seragam salon disini.
“Lho kamu
kerja disini ya May”
“Iya Mas aku
kerja disini, lah mang kamu ga kerja Mas?”.
“Mmhhh…ini
kebetulan libur semalam lembur dikantor May”.
“Oh ya kamu
mau dibikinin minuman ga??”
“Boleh deh
asal gratisan, hehehe”.
“Dasar kamu Mas,
ya dah tunggu ya”, Aku hanya mengangguk sambil melihat Maya berlalu
meninggalkanku. Tak beberapa lama Mayapun muncul membawa segelas minumam
hangat, dan duduk di sebelahku setelah meletakkan gelas itu diatas meja.
“Ayo diminum Mas,
aku temenin kamu ngobrol ya.”
“Oh iya
makasih, boleh”, Dan kami pun awalnya hanya ngobrol ngalor ngidul mengenai
kegiatan dan pekerjaan masing-masing, disela-sela pembicaraan aku bertanya.
“Mas Adi kemana
May?”.
“Kerja dia,
sibuk banget kayaknya kadang pulang sampai larut malam dan kadang juga tidak
pulang”, Lalu Maya terlihat bengong dan terdiam penuh tanya.
“Oh ya Mas,
bukannya Mas Adi lagi bisnis kerja sama kamu Mas?”, Tanyanya keheranan, aku
hanya terdiam untuk sesaat dan mencoba mengerti maksud ucapan Maya.
“Maksud kamu
bisnis apa May?”, Maya keheranan dan kembali bertanya.
“Loh bukannya sekarang
lagi bisnis sama kamu Mas? Mas Adi kemaren bilang dia ga akan pulang seminggu
buat ngurusin bisnisan sama kamu Mas”, Aku makin bingung dengan pertanyaan Maya
saat ini padahal aku baru saja dipindah dikota Yogya.
“Loh…ngga ko May
kan aku baru saja pindak kerja dari bandung ke Yogya” bantahku.
Sesaat Maya
terdiam dan menghela nafas panjang, dari raut wajahnya terlihat raut wajah
kekecewaan dan kegelisahaan.
“Oh gitu ya Mas
Andi ”, dengan suara parau setengah menahan tangis, dan kulihat dia coba menghapus
air mata yang akan menetes di matanya mencoba untuk berusaha tegar.
Aku pun
teringat saat Adi main kerumahku membawa cewek dan aku sempat menegurnya agar
dia tidak berselingkuh dengan wanita lain dan akupun mengerti kenapa Adi
berbohong pada Maya, kucoba merogoh hp dari saku bajuku, tadinya aku berniat
mau WA Adi. Tapi baru saja hp kunyalakan muncul pesan WA dari Adi,
“Gimana Bro
cantik kan”, dia memamerkan photo selingkuhanya kepadaku.
Begitu aku
baca dihpku tenyata Maya melihat isi pesan WA dari suaminya melihat ada photo
cewek selingkuhanya karena memang dia berada di sampingku, begitu selesai membaca
pesan WA si Adi aku masukan Hpku kembali kesaku bajuku dan kulihat pemandangan
wajah Maya yang terlihat hancur berkeping-keping.
Kedua mata
Maya terbelalak sambil menahan sesak di dadanya dan mencoba menahan
tangisannya, sesaat kemudian Maya pun mengambik hpku disaku bajuku dan mulai
membaca dan melihat foto-foto cewek Adi. Aku hanya terdiam melongo menyaksikan
Maya mengacak-acak hp ku, dan kulihat Maya sudah tak mampu lagi membendung
tangisnya, dan beberapa rekan kerja Maya yang mnyaksikannya pun mendekat dan
bertanya.
“Kenapa Mbak,
ada apa? Kok nangis?”, Rekan kerja Maya
coba bertanya.
“Ngak papa,
kalian kembali kerja lagi sana”, sambil
mngusap air mata Maya mencoba tegar dan meyakinkan rekan-rekannya bahwa dia
baik-baik saja, lalu Maya berbalik ke arahku dan mengembalikan hp ku setelah
dia puas melihat isi pesan WA aku dan Adi.
“Ni Mas Andi
hpnya, maaf tadi aku ambil paksa”, Aku hanya mengangguk sambil kuambil kembali
hpku, bingung dan takut terkena imbasnya aku hanya diam saja, lalu tiba-tiba Maya
berdiri meninggalkanku masuk ke ruangannya yang berada di sebelah meja
receptionis, sekitar 15 menit kemudian Maya muncul tapi kini ia tanpa
menggunakan baju kerjanya, dia menggunakan celana jeans biru ketat dan kaos putih
ketat yang ditutup dengan jaket hitam.
Rambutnya
tampak sudah terikat, dan menghampiri rekannya di receptionis dan meminta ijin
untuk pulang karena kurang enak badan alasannya, dia meminjam helm salah satu
rekannya dan menghampiriku, dengan nada pelan dia berkata.
“Ayo Mas kamu
harus jelaskan semuanya padaku”, Mati aku, ini yang aku takutkan beberapa saat
yang lalu, aku takut kalo Maya memintaku untuk mengantarkannya ke tempat Adi
sekarang...Mampus aku bisa-bisa runyam semua nih. resah ku dalam hati.
“Tapi May,
anu, aa..aku..kan lagi…”, Belum selesai aku berkata Maya menarikku dengan
sedikit kasar.
“Ayo Mas Andi,
jangan sampai aku menyalahkanmu disini” ucapan Maya membuatku tersudut di
tambah di sekitarnya sudah berdiri beberapa rekannya memperhatikan kami, ah
gila bisa malu aku ditambah kalo sampei semua orang melihatku.
Ya sudah aku
menuruti kemauan Maya saat ini, di parkiran salon aku bertanya hendak kemana
kita,
“Bawa aku ke
tempat Adi sekarang Mas”, Mampus deh dan ini yang aku takutkan, ya sudah mau
gimana lagi, aku nyalakan mobilku menuju tempat Adi ngekost, di perjalanan aku
terus memutar otak agar semua ga terjadi seperti rasa takutku saat ini.
Kemungkinan
ini bakal terjadi perang dunia, aku bakal ikut terlibat di dalamnya, sementara
kulihat disebelah kemudi mobilku, Maya hanya terdiam membisu di jok depan mobilku,
akhirnya setelah berusaha keras memutar otak, aku mendapat ide brilian.
“May, sebelum
kita ke tempat Adi, aku menjelaskan dulu posisiku, tapi aku harap kamu bisa berkepala
dingin nanggapinya”, Maya hanya terdiam dan terlihat bimbang, sesaat kemudian
dia mengiyakan permintaanku, dan kupacu mobilku menuju suatu kearah pantai yang
terkenal diyogya, disitu aku bisa ngobrol bebas, kerana situasinya enak dan
ngga terlalu ramai di jam segitu.
Setelah
kuparkirkan mobilku, kita pun segera memilih tempat, sengaja kupilih tempat
yang agak berjauhan dengan pengunjung lainnya, setelah memesan minuman segar
dan beberapa makanan, aku melihat Maya masih saja terdiam dan tertunduk,
mungkin menahan kekecewaan yang teramat sangat besar di hatinya, aku pun
mencoba memecah kebisuan dan bertanya.
“May, maaf
sebelumnya ya”, Maya hanya menatap kosong ke arahku, dan aku kembali terdiam.
“Kenapa Mas
Andi? Kenapa Adi berbuat kaya gini? Kenapa juga kamu rahasiakan ini?”
“Aku, anu, May”,
Setelah menghela nafas panjang akhirnya aku berusaha mengatakan sejujurnya.
“Gini May,
sebenernya aku ga tau sama sekali soal ini sebelumnya, aku juga sudah berusaha menjelaskan
kepada Adi untuk jangan berselingkuh dengan wanita lain tapi aku ditolak, sumpah
aku ga bohong May”, Maya mulai serius menatapku tajam, dan hanya diam.
“Sedikit pun
aku ga merahasiakan semua ini, aku cuma ga mau terlibat di dalamnya, aku kasian
sama kamu dan aku juga sudah berusaha menjelakan tapi Adi tetap saja tidak mau
mendengarkan omonganku, tolong percaya May, aku dah punya anak dan istri, kami
pun bahagia, jadi aku berusaha memberi penjelasan kepada Adi jangan main dengan
Api tapi tetap saja Adi tidak mau mendengaran penjelasanku?”, Sedikit demi
sedikit Maya pun mulai percaya omonganku, setelah panjang lebar menjelaskan
akhirnya Maya pun mulai bersuara.
“Kenapa ya Mas,
ko Adi tega banget ma aku?”
“Itu awalnya
gimana sih May?”, Ku coba bertanya mengorek-ngorek informasi lebih dalam
darinya.
“Ga tau Mas,
mungkin karena aku ga bisa ….”, Maya menghentikan ucapannya dan mulai
menitikkan air mata, aku hanya terdiam sejenak dan aku berpindah tempat duduk
ke sebelah Maya, dengan sedikit ragu aku mulai merangkul pundaknya, Maya hanya
diam saja sambil sesekali menghapus air matanya.
“Emang kamu ga
bisa apa? Ko ga dilanjutkan?”, Kulepaskan rangkulanku dan mulai kutatap
matanya, Maya menghela nafas panjang dan mulai meneruskan kembali ucapannya.
“Ya semua dah
terlanjur, baiklah aku ceritakan sama kamu awal perubahan Diri Adi, tapi janji
ya Mas cuma kamu aja yang tau masalah ini”.
“Ok..ok…lebih
baik juga kan kamu cerita ma aku biar beban kamu sedikit berkurang”, Aku pun
coba meyakinkan Maya, dan mulai konsentrasi mendengarkan, setiap kata yang Maya
ucapkan, setelah panjang lebar Maya menjelaskan dari awal pernikahan hingga
kini Adi berubah menghianatinya. Akhrirnya aku tau, dulu pernikahan mereka
bahagia dan Maya sempat hamil, hingga musibah itu datang.
Maya terjatuh
dari kamar mandi di saat usia kandungannya berumur 4 bulan, dan mengalami
keguguran, dan imbas keguguran Maya menyebabkan Maya di vonis nggak bisa untuk
hamil lagi, karena rahimnya harus diangkat untuk menyelamatkan nyawa Maya waktu
itu. Meskipun sudah berusaha kesana kemari demi mendapatkan buah hati tapi
tetap tak membuahkan hasil, di ujung rasa frustrasinya Adi mulai berubah
sedikit demi sedikit, hingga terkesan acuh terhadap Maya dan juga jarang pulang
untuk menafkahi batin Maya. Terakhir Adi pulang adalah saat aku berkunjung ke
rumahnya tempo hari.
“Itu mungkin
penyebabnya Mas” kata Maya kembali meneteskan air mata, dan kali ini lebih
deras Mila meneteskan air matanya.
Aku yang ga
tega melihat Maya seperti itu kembali aku rangkul pundaknya, tanpa basa basi Maya
pun langsung membenamkan kepalanya di dadaku, terasa dadaku mulai dibasahi air
matanya, kupeluk erat sambil membiarkan dia menangis sepuasnya dulu.
Ntah berapa
lama dia menangis di dadaku, sehingga tak terasa kaos yang kupakai sudah
benar-benar basah karena air matanya. Tapi aku benar-benar menikmati saat-saat
itu, karena secara tidak langsung toketnya menempel erat di dadaku dan membuat
penisku bangkit dari tidurnya, sampai akhirnya tangisnya mereda. Sambil
sesegukan kepalanya terangkat dan dia mulai membersihkan sisa air matanya.
“Makasih ya Mas
Andi udah minjemin dada kamu buat aku”,
dan Maya kembali terduduk seperti biasa lagi, dan kulepaskan pelukanku.
“Ngak papa May,
kalo aku bisa bantu, aku pasti bantuin kamu”, Kucoba menghibur Maya, setelah
beberapa saat kulihat Maya sudah mulai tenang. Aku coba menyodorkan minuman
dingin yang sedari tadi sudah kupesan agar dia lebih santai.
Setelah semua
terasa santai aku mulai berbincang – bincang santai buat mnghibur Maya dan
sesaat kemudian aku mendapati ide mesum untuk Maya membalas penghianatan ke Adi.
“May, udah
kamu jangan meperuncing masalah ini, kalo kamu melabrak dia sekarang mungkin bakal
terjadi sesuatu yang buruk dan ujung-ujungnya perceraian, dan kamu bakal ada di
posisi yang kalah, dan mungkin itu yang diinginkn Adi.”
“Maksud kamu Mas?”,
Maya bertanya keheranan dan penasaran dengan ide ku.
“Ya maksudku,
kenapa kamu ga balas aja penghianatan Adi dengan cara yang sama, dan yang
penting Adi masih ngasih kamu nafkah meskipun nafkah batin engga”, Sesaat Maya
terdiam dan raut wajahnya berubah marah.
“Gila kamu Mas,
aku ke sini berharap dapat solusi yang baik, bukan begini”, Aku tersentak
kaget, ntah apa lagi yang sanggup kukatakan, namun aku tetap bersikap tenang.
“Bukan begitu
maksudku May, kamu dengerin dulu aku ya.”
“Kamu yang
denger Mas, kenapa kamu malah mencari kesempatan di saat aku seperti ini?, Kamu
benar-benar keterlaluan Mas”, Tampak raut kekecewaan Maya padaku dan aku hanya
bisa diam untuk sesaat.
“Ngga gitu
juga May, ini kan cuma ide, kalo kamu ga suka ya kamu bisa nolak, kamu bisa
pikirkan lagi baik-baik May”, Aku pun melangkah menjauhi Maya membiarkan dia
sendiri berpikir, kubakar sebatang rokok sambil merenungkan kebodohanku tadi,
dalam hati aku merasa benar-benar bersalah memberikan ide bodoh itu, belum
habis sebatang rokokku hisap tiba-tiba Maya menghampiriku.
“Masih ada
rokoknya Mas?”. Tanya Maya membuyarkan lamunanku, kusodorkan rokok mild yang
kupegang bersama koreknya, dan Maya pun menyalakannya dan duduk di sampingku,
kulihat raut keputus-asaan dan kekecewaan memenuhi isi kepalanya.
Terlihat dia
begitu terpukul, kulihat dia menghisap rokok begitu dalamnya, hingga sebatang
rokok dia habiskan dalam sekejap, dan membuang puntungnya begitu saja, aku
hanya terdiam menyaksikan itu. Beberapa saat kemudian Maya menghela nafas
panjang dan menatapku, kini raut wajahnya berubah, kini ia terlihat lebih
tenang dan dia tersenyum penuh arti padaku. Kemudian dia berkata.
“Kamu benar Mas,
ide kamu memang benar, sepertinya aku emang harus melakukan hal yang sama, aku
ga mau rugi sendiri, aku…aku…kesepian selama ini Mas”, Kata-kata Maya membuatku
terdiam sesaat dan membuatku tenang, bahkan aku sebenarnya panasaraan siapa
laki-laki yang bakal menjadi selingkuhannya nanti, dalam hati aku terus
berharap dia memilihku, otakku sudah dipenuhi pikiran kotor tentangnya, dan aku
hanya tersenyum mendengar ucapan Maya.
“Tapi Mas, aku
ingin kamu yang nanti jadi kekasih gelapku, pemuas birahiku, dan obat dari
lukaku ini”, Gila, ucapan Maya benar-benar membuat aku senang setengah mati, dan
membuat penisku bersorak gembira menantikan saat-saat menghujam vagina kelak,
tapi aku berusaha menjaga sikapku.
“Tapi May, apa
kamu sudah memikirkannya baik-baik? Aku kan sudah beranak istri”.
“Ya sudah klo
kamu ga mau, aku bakal cari yang lain, tapi sebenarnya aku ingin kamu Mas, karena
kamu yang ngasih aku ide ini, seharusnya kamu juga yang harus bertanggung jawab
kan?”, Aku berpura-pura berpikir keras mendengar ucapan Maya itu, tapi dalam
hati aku bersorak riang.
“Tapi May,
akuuu…..”
“Ya dah mau
ga? Aku juga tau kamu pasti ingin menikmati tubuhku ini kan, aku tau kamu
selalu mencuri-curi pandang melihat tubuhku waktu di rumah ku kemarin”, Maya
memotong ucapanku.
“Iya May,
gara-gara kamu pakai daster itu aku jadi terpana melihatmu dan aku jadi
bergairah tapi May kamu juga harus mengerti keadaanku saat ini yang aku ngak sendiri,
aku harap kamu pun bisa merahasiakannya pada semua orang, ini hanya antara kamu
dan aku saja, May.”
“Iya Mas, aku mengerti tapikan istri dan anakmu sekarang
tinggal dibandung jadi dia tidak bakalan tau yang penting sekarang coba kamu
buktikan kalau kamu mau jadi kekasih gelapku”.
“Gimana May
caranya?”.
“Cium aku Mas!”,
Aku terdiam ragu, dan melihat sekelilingku, untung tempat ini masih sepi hanya
ada beberapa pengunjung, dan kulihat semua berpasangan, aku mulai mendekatkan
tubuhku dan kudekap Maya lalu kucium bibir merekahnya penuh nafsu.
Maya langsung
membalas dengan ganasnya, setelah beberapa menit kami berciuman, lalu
kelepaskan bibirku dari bibir Maya dan kulepaskan juga dekapan ku.
“Tuh kan bener
kamu emang dah nafsu ma aku, padahal tadi aku cm bercanda loh.” Maya tersenyum manis
menyudutkanku, tapi apa boleh dikata nasi sudah menjadi bubur.
“Habis kamu
cantik sih, tubuh kamu tu membangkitkan nafsu birahiku apalagi pas kamu pakai
daster satin merah muda itu.” balasku seenaknya, tiba-tiba tanpa kusadari
tangan Maya sudah berada di atas penisku yang sudah mengeras sejak awal kami berciuman,
meskipun masih terhalang celana jeans yang kupakai tapi padatnya penisku ketika
mengeras bisa terlihat menonjol dari luar.
“Hhhmmmm…besar
juga ya, sabar ya batang penismu, tunggu beberapa saat lagi kamu bakal punya
kandang baru.” ucap Maya sambil mengelus-ngrlus penisku yang tertutup rapatnya
jeansku sambil sesekali dia tersenyum cekikikan melihat penisku yang semakin
menegang keras, aku hanya terdiam menikmati perlakuan Maya seperti itu.
Setelah puas
memainkan penisku, Maya berdiri dan berjalan ke meja kami sebelumnya, dia membereskan
barangnya dan mengajakku untuk meninggalkan tempat itu, aku mengikutinya dan beranjak
dari tempat ini. Setelah kubayar semuanya aku bergegas menuju parkiran, dan Maya
sudah menunggu di sana.
“Antar aku
pulang ya Mas” pinta Maya padaku, aku hanya mengangguk dan mulai menyalakan
mobilku.
Di sepanjang
perjalanan Maya terus memelukku erat seperti abg yang lagi kasmaran, aku hanya menikmati
saja momen – momen seperti itu disamping kemudi mobilku. Akhirnya sampailah
kami di depan rumahnya, Maya pun turun dari mobilku, lalu melangkah menuju rumahnya,
baru saja beberapa langkahm Maya berbalik.
“Mas Andi makasih
ya, oh ya Mas, kasih aku waktu ya beberapa hari buat mempersiapkan semuanya, aku
ingin semua ini jadi cerita indah ku kelak”, Aku hanya mengangguk mengiyakan
kemauan Maya, tak lama aku berpamitan untuk pulang dan menunggu kabar dari Maya
selanjutnya.
Malam semakin
larut dan aku masih saja melamun di teras rumah sambil mnghabiskan batang demi batang
rokok mild yang kubeli tadi sore. Karena sudah begitu sepi, mungkin anak dan
istriku sudah yang dibandung sudah terlelap tidur dalam dekapan mimpi indahnya,
tapi aku masih melamunkan sosok Maya di sana, ntah apa yang telah merasuki
otakku sekarang.
Rasanya sudah
tak bisa kubendung lagi keinginan untuk meniduri Maya dengan daster satin itu,
tapi malam itu aku belum mendapat kabar kepastian darinya.
“Apa mungkin
dia berubah pikiran?” gumamku dalam hati, aku masih merasakan lembut bibirnya waktu
kami berciuman dengan penuh nafsu tempo hari itu.
Belum habis
lamunanku tiba-tiba hp ku berbunyi ditengah malam yang sepi itu lalu kubuka pesan WA ternyata Maya mengirimkan pesan
kepadaku.
“Akhirnya kau
muncul juga sayang.” tawaku dalam hati,
“Ping!”
“Pong ja ah,
hehehe….”
“Iiiihhhh…
apaan sih pong?”
“Ini loh si
otong yang balas jadi pong deh isinya, hahaha.” candaku.
“Iiihhh…nakal
ya, hehehe… emang kenapa si otongnya? Ko bangun jam segini?? Kamu ko belum
tidur sayang”
“Iya nih si
otong nagih janji terus, katanya mana sarang barunya terus kapan di elus-elus
kamu lagi, heheheh”.
“Aku ga bisa
tidur nih say, kepikiran kamu terus nih,hehehe…”.
“Ko bisa sih
mikirin aku terus say?”.
“Iya nih, ga
tau kenapa cuma kamu yang ada di otakku saat ini, hanya kamu yang terlihat
memakai daster satin warna merah muda itu.”
“Iiiihhhhh…
gombal ah, mempan tuh ma aku, hehehe…. tapi sumpah aku suka banget kamu gombalin
aku sayang”, Aku pun merasa sangat bahagia saat ini, ternyata dia dah panggil
aku dengan sayang, dan sesaat itu pun penisku semakin menegang.
“Yang bener
say? Kalo kamu benar suka ntar tiap hari aku gombalin deh, hehehe.”
“Serius ih
yank, aku suka banget”, Sambil mengirim emoticon love dan kiss.
“Ok deh say,
eehhhmmm, kamu lagi apa say, ko jam segini belum tidur?”.
“Iya nih say,
aku mau ngabarin kamu kalo besor kita dah bisa mulai rencana kita”, Deg…
jantungku sempat terhenti sesaat. Akhirnya tiba waktunya aku nikmati tubuhmu
perdana Maya gumamku dalam hati.
“Aku dah
pastiin semua aman sekarang, besok aku off nih say, kamu sini ya, terserah mau
jam berapa juga, tapi kalo bisa dari pagi biar kita puas”.
“Ah ok deh
say, besok pagi aku ke sana, tapi say ni penisku dah keras banget nih, kayaknya
pengen malem ni masuk kandang barunya”.
“Iiihhhh sabar
donk penismu sayang, besok ya kamu maen sepuasnya dalam kandang baru kamu ini.”
lalu Maya pun mengirimkan foto, saat kubuka ternyata foto yang sangat luar
biasa membuat penisku terasa ingin melompat, itu foto vagina Maya, vagina yang
sangat indah berwarna merah merona di hamparan kulit putih mulus tanpa sehelai
bulu pun sambil memakai daster merah muda kesukaanku.
Dan kulihat
klitorisnya yang sangat indah menyembul seperti kacang hijau yang terselip di
antara jari-jari tangan, aku sampai sedikit ngiler memandangi foto vagina Mila
ini, begitu indah dan menawan.
“Tuh otong,
dah liat kan kandang baru kamu, hehehe…”
“Say, si otong
dah kaya mau copot ni ngeliat kandang barunya, hehehe.”
“Ya udah malem
ni kamu sabar dulu ya, besok WA aku kalo kamu mau ke rumah, aku tidur duluan ya
sayang, biar besok bisa kuat ngajak maen si otong, hehehe… goodnight honey
muuaaach.”
“Ok deh say,
kamu tidur yang nyenyak ya mimpiin aku..muuuaacchh.”
Setelah itu
tak ada lagi pesan dari Maya yang masuk, mungkin dia sudah tertidur sekarang,
aku pun beranjak masuk ke dalam rumah, kukunci semua pintu dan jendela, dan
beranjak ke ruang tengah, disana aku terduduk sesaat karena si otong masih saja
berdiri keras, terpaksa aku onani si otong sambil kulihat foto vagina Maya. Setelah
puas beronani ria, aku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri lalu pergi
ke kamar dan kurebahkan tubuhku diatas tempat tidur hingga aku terlelap tidur
sambil membayangkan Maya dan apa yang akan terjadi esok.
Pagi-pagi
sekali aku sudah terbangun kira pukul 5:00 dan bergegas mandi, dan aku minta
izin kepada atasanku bahwa hari ini aku tidak bisa masuk kerja karena alasan
tidak enak badan, sebelum berangkat dari rumah aku mengabari Maya via WA kalau
aku sudah OTW menuju rumahnya.
“Yank aku otw
ke rumahmu nih, mungkin 25 menit lagi
nyampe”, Tak beberapa lama Maya membalas.
“Aduh pagi
banget say, aku baru melek nih belum mandi, ya udah kalo kamu dah nyampe kamu langsung
masukin saja mobil kamu ke garasi, terus kunci jangan lupa ya say, pintu depan ngak
aku kunci, aku mandi dulu biar seger, hehehe.”
Aku pun
mengiyakannya, tapi sebelum beraksi aku WA, Adi sahabatku dulu, menanyakan
posisinya saat ini untuk memastikan keamanan aksiku nanti.
“Dimana Bro lo
sekarang?”
“Biasa lagi
tugas ni bro di luar kota, kemaren malam aku berangkat mungkin balik minggu
depan, ada apa bro??”
“Ah engga bro,
anu, aku tadinya mau pinjem duit dulu buat keperluan”, alasanku, padahal dalam
hati bersorak riang “Yesssss…! Seminggu ini bakal puas aku menjamah istrimu.”
dalam hati aku bergumam.
“Ya dah aku transfer
aja kalo lo mau, mana sini no rek lo?”.
“Ah ga usah
bro, biar aku pinjem sama bosku aja.”
“Oh ya udah
klo gitu”.
Aku pun
tertawa kecil mengetahui Adi sedang berada di luar kota saat ini, dalam hati
aku berkata, Salahmu kawan menghianati istri secantik Maya, dan maaf kawan
istrimu kesepian, dan akan kutemani dia, memuaskan birahinya dan menjadi obat
dari luka yang sudah kau berikan pada istrimu.
Tak lama aku
pun segera memacu mobilku, sampailah aku di depan rumah Maya dan kulihat situasi
di komplek itu masih sangat sepi, karena memang mungkin mereka beraktivitas
sedari pagi buta untuk menghindari kemacetan kota Yogya di pagi hari. Tanpa berpikir
panjang langsung kumasukkan mobilku ke garasinya lalu kututup kembali tak lupa
aku pun menutup pagar depannya dan kukunci juga. Setelah itu secapat kilat aku
masuk ke dalam rumahnya, aku tutup rapat dan kukunci, segera aku mencari Maya.
“May, Maya sayang
kamu dimana?”, Tak ada jawaban, tapi kudengar suara orang mandi di kamar Maya,
aku pun segera masuk ke dalam kamarnya, dan kulihat pintu kamar mandi tertutup
rapat, dan begitu kulihat ranjangnya yang empuk beralaskan sperai berkain satin
berwarna merah muda dengan motif rendra-rendra yang masih berantakan aku pun segera berbaring diatas ranjang empuknya
yang masih betantakan karena belum sempat dia bereskan.
Mendengar Maya
sedang mandi gairah sexualku bangkit, batang penisku pun mengeras, sial aku dah ngak tahan lagi
ingin bercinta dengan Maya, aku pun segera bangkit dan kudekati pintu kamar
mandi, kuketuk lalu aku panggil
“Maya…Maya
sayang…!”
“Bentar
sayang, tanggung dikit lagi nih.” jawabnya dari dalam.
Sebenarnya aku
sudah tak kuat, nafsu birahiku sudah memuncak sampai ke ubun-ubun, ah lebih
baik aku berinisiatif untuk membuka seluruh pakaianku hingga telanjang bulat,
hingga begitu Maya keluar aku akan segera menerkamnya tanpa ampun. hehehe
pikiran nakalku, sambil menunggu aku mainkan penis sambil masuk kedalam selimut
satin diatas ranjang sambil terlentang.
Setelah
beberapa menit berlalu terdengar suara pintu kamar mandi terbuka perlahan, dan
aku semakin fokus menatap pintu itu yang lama semakin terbuka lebar, lalu
terlihatlah Maya dengan badan yang sudah memakai daster satin warna merah muda
itu seperti gambar yang semalam dia kirim ke WA ku. Batang penisku semakin
keras melihat dari atas buah dadanya sampai ujung pantatnya, mataku terbelalak
tak berkedip sedikit pun menyaksikan pemandangan tubuh indah nan molek milik
Maya.
Kupandangi
setiap inci tubuh putih mulusnya yang terbalut daster berkain satin warna merah
muda itu, dari atas hingga bawah dan terus berulang-ulang kupandangi, tampaknya
Maya tidak menyadari kalau aku sudah telanjang bulat dengan penis besar
mengarah ke atas berada didalam selimut, Ssaat selesai mandi Maya sedang asik
mengeringkan rambutnya dengan handuk, Aku pun segera berdiri untuk
menghampirinya.
Barulah saat
aku berdiri Maya pun tersadar dan terhenyak melihat tubuh bugilku, dia terlihat
terpesona dengan badan atletis dan penis besarku, matanya melotot dan mulutnya
sedikit menganga seperti ada kata-kata yang tertahan di ujung lidahnya. Aku
semakin mendekati tubuh Maya dan terdengar hanya suara “waaaw” dari mulut Maya,
aku pun langsung memegang pundak Mila yang masih terperangah melihat tubuhku
dan penisku, lalu tersadar dan berkata,
“Ya..yaank
kamu ko tela…,”, Belum beres Maya bicara aku langsung melumat habis mulutnya,
sehingga yang terdengar hanya suara.
“Mmhhh…emmhh…emmmhhh”
dari mulut sexynya, beberapa menit aku menyerang bibirnya Maya pun membalasnya
dengan rakus dan lahapnya, penuh gairah dan nafsu, dimainkan lidahnya merangsek
masuk ke dalam rongga mulutku.
Lidahnya
seakan-akan mengaduk-ngaduk isi mulutku mencari lidahku, dan menghisapnya
kuat-kuat yang membuatku semakin bernafsu, setelah sekitar 15 menit kami saling
berciuman dengan ganasnya di depan kamar mandi, aku pun menuntun Maya menuju
ranjang, sembari melangkah perlahan mulut kami masih terus beradu saling
menghisap satu sama lain.
Di tepian
ranjang aku balikkan tubuh Maya sehingga posisinya membelakangi ranjang
sekarang, kini terlihat jelas setiap lekuk tubuh indahnya yang terhalang daster
kain satin itu, puting susu sangat jelas terlihat menembus keluar menjeplak dikain
satin dasternya. Ingin segera kuhisap dan memainkannya tapi sepertinya bibir Maya
tak mau melepaskan bibirku, ia terus saja menghisap dalam-dalam lidahku hingga
terasa memanjang lidahku dibuatnya. Kerena asiknya Maya memainkan mulutku maka
aku pun langsung menyasar setiap lekuk tubuhnya dengan kedua tanganku, tangan
kananku mulai meremas pantatnya dengan lembut, sementara tangan kiriku menjamah
gunung kembarnya.
Kuremas-remas
lalu kumainkan putingnya, kupilin-pilin hingga Maya melepaskan bibirnya dan mendesah
“Aahhh…aaahhh…yaaaank…eeenn…aakk…”.
Aku pun
sedikit menundukan kepalaku dan kulumat buah dada Maya sebelah kanan, kuciumi
dan kujilati putingnya dari luar kain satin dasternya yang membuat Maya semakin
terangsang sangat hebat, kuhisap dalam-dalam putingnya yang membuat Maya
semakin menjadi-jadi.
“Teruuuss…teeerusss..yank…
hisap yang kuuaaaatt aaahhhh…” racaunya ber ulang-ulang, kulihat Maya begitu
menikmati permainanku ini, wajahnya terlihat memerah, tangannya hanya terkulai
lemas tak berdaya bagai tak bertenaga.
Setelah
beberapa menit kami berdiri, kurebahkan tubuh Maya ke kasur lalu kuciumi
tubuhnya inci demi inci, aroma sabun dan shampo yang ia gunakan tercium begitu
harum membuatku semakin bernafsu, kuciumi keningnya, lalu bibirnya dengan lembut,
lalu kuciumi juga daun telinganya dan sesekali aku menghisapnya yang membuat Maya
mengelijang seperti cacing kepanasan.
Melihatnya
seperti itu semakin membuat aku gencar mencumbunya, kumainkan kedua buah
dadanya, aku remas halus dan terkadang kasar, kuturunkan ciumanku ke leher,
turun ke belahan buah dadanya sambil terus kuremas agak kasar, Maya hanya terus
mendesah dan meracau,
“Ssshhhh…aaahhh…yaaank…ssshhhh”,
Sekarang mulai aku meraba perutnya yang masih terhalang kain licin dasternya, turun ke selangkangannya hingga membuat Maya
mengangkat sedikit perutnya ketika jari-jariku menyentuh tumpukan vaginanya,
Sementara
mulutku masih asik menghisap kedua payudaranya bergantian walau masih terhalang
kain satin dasternya, lalu kubuka lebar kedua kakinya, hingga sekarang Maya
dalam posisi mengangkang dan aku terlungkup setengah miring disampingnya. Tangan
kiriku menopang tubuhku sementara tangan kananku menjamah gundukan kecil di selangkangannya,
dan mulutku masih asik mengulum dan menghisap puting buah dadanya. Aku raba dengan
halus vaginanya, kumainkan jariku di bibir vaginanya, membuat Maya kembali
menggeliat dan mengangkat sedikit tubuhnya.
Kubuka mulut
vaginanya dengan jariku, kugesek-gesekkan jariku di antara mulut vaginanya
hingga sesekali gesekanku menyentuh klitorisnya.
“Aaahhh…aaahh…aaaahhhh…sssstttt..”,
racau Maya saat jariku menyentuh
klitorisnya.
Kurasakan
vaginanya begitu basah, dan becek seakan-akan cairan di dalam vaginanya tak mau
berhenti mengalir, kuhentikan hisapanku di payudaranya lalu kucium bibirnya dan
kubisikan di telinganya.
“Siap-siap
kamu merasakan nikmat tiada henti dariku sayang”, Maya hanya tersenyum nakal
sambil menggigit tepian bibirnya, membuatku semakin bernafsu memburu orgasme
pertamanya, lalu kubenamkn kepalaku di antara selangkangannya, kuciumi sekitar vaginanya,
tercium aroma vagina yang khas bercampur aroma sabun kewanitaann yang wangi, Sementara
Maya terus mendesah saat kumainkan lidahku di mulut vaginanya.
“Aaaahhhh…aaaahhhhh…aaahhh”,
Maya terus mendesah, tanganku mencengkram kedua belah pahanya dan Maya pun
semakin mengangkang lebar-lebar, kini terlihatlah lubang vagina yang merah yang
terus dibanjiri cairan putih bening yang terus mengalir dari dalam vaginanya.
Tapi meskipun
Maya mengangkang lebar-lebar lubang vaginanya terlihat begitu sangat sempit,
tanpa panjang lebar aku mulai menjilati dan kuhisap dinding dalam vaginanya,
kumasukan lidahku menerobos lubang vaginanya, itu membuat Maya sedikit
mengejang perutnya. Terangkat kedua tangannya mencengkram keras kepalaku dan
menekan kuat ke mulut vaginanya,
“Mas....Andiiiii…
saaayy.. aank…kaa..muu…aappaaiinn…aaakkuu.. aaaahhhhh…ssssshhhh…eeeennaakk”, racau Maya gelagatan.
“Tteerruuusss…ssshhhh…”,
tak kuhiraukan racaunya, meskipun batang penisku sudah berdenyut-denyut keras
dan semakin mengeras tapi aku coba menahannya agar tak terburu-buru ke
permainan puncaknya.
Kini aku
mainkan klitorisnya, aku hisap kuat kuat, membuat Maya semakin mengelijang
kenikmatan. Tampak Maya semakin sering menggoyangkan pinggulnya sepertinya dia
sudah dekat dengan orgasmenya yang pertama, menyaksikan hal itu langsung
kutancapkn jari tengahku ke dalam vaginanya, “Jleeebb…..” Jariku masuk dengan
mudah karena memang vaginanya becek banget.
Sesaat
kurasakan hangat jariku d idalam vaginanya, lubang vaginanya terasa begitu
sempit sampai-sampai jari tengahku terasa terjepit dinding-dinding dalam
vaginanya
“Aaaawwww…..”,
sambil mengangkat perutnya ketika jariku menusuk lubang Vaginanya,
“Peellaann…yaank…aaahhhh”,
Tampaknya Maya sedikit merasa kesakitan, mungkin ini kali pertama lubang
vaginanya dimasuki benda tumpul lagi meskipun baru jari tengahku saja.
Aku pun
menarik dan memasukkan kembali jariku secara perlahan, hingga Maya mulai merasa
terbiasa dan nyaman dengan jariku di dalam vaginanya, dan kali ini pinggulnya
bergoyang seirama dengan kocokan jariku yang semakin lama semakin kupercepat,
“Plok…plok..”,
Terdengar suara benturan antara mulut vagina beceknya dan telapak tanganku, 5
menit kemudian kulihat Maya semakin mempercepat goyangan pinggulnya dan menekan
jariku lebih dalam tampaknya dia mencapai puncaknya.
Melihat hal
itu aku langsung mempercepat kocokan jariku, dan tanganku yang lain
meremas-remas payudaranya dan kujepit putingnya.
“AAAAAHHH…AAAAHHH…
aku mau keluuuaaaarrr SAAAYYAAAANG… AAAAAAHHHH…!”, Sedetik kemudian kurasa
dinding vaginanya berdenyut-denyut kuat dan terasa semburan cairan hangat di
dalam vaginanya yang mengalir deras di jariku hingga menetes keluar vaginanya.
Aku masih membiarkan
jariku di dalam vaginanya. Sambil kulihat perlahan tubuhnya mereda, terlihat
lunglai, keringat membasahi sekujur tubuhnya, sementara tangannya masih
meremas-remas halus kedua payudaranya, sementara matanya terpejam dan terlihat
Mila sedang menikmati sisa-sisa puncak orgasmenya mulutnya menggigit sedikit
bibir
bawahnya
sehingga terlihat begitu binal. Kucabut jariku dan “Aaaaasssshhhhh…!” Desahnya,
matanya terbuka dan menatapku penuh kepuasan, senyum nakal yang begitu binalnya
menghiasi bibir manisnya kini, seakan mengisyaratkan. betapa dia menyukai dan menikmati
permainanku sesaat tadi. Kudekatkan kepalaku di wajahnya, kucium Mila penuh
cinta dan gairah, Mila membalasnya dengan hangat setiap ciuman yang kudaratkan
di bibirnya, beberapa saat kemudian aku lepaskan ciumanku, dan berdiri di
samping ranjang di sampingnya.
“Enak ya
say??”, Maya hanya mengangguk mengiyakan, matanya terus menatapku penuh arti.
“Itu baru awal
ko yank, kamu bakal merasakan yang lebih nikmat lagi dari tadi, kamu bakal aku puasin
sebagai obat kekecewaanmu ma Adi.”
“Iya sayang,
kamu bebas mau ngapa-ngapain aku juga, aku milik kamu seutuhnya sekarang, tapi
jangan sebut nama Adi lagi ya, aku benci dengernya”.
“Ok deh
sayang” hatiku tertawa riang mendengarnya.
“Setelah ini
kamu bakal lupa sama dia Say, kamu bakal ketagihan.” bisikku d telinganya,
sambil kucium keningnya, Maya hanya tersenyum penuh arti.
“Tapi yank,
kamu ko belum nyapa si otong?” sambil kuacungkan penis besarku di hadapannya,
Mayapun menurunkan pandangannya ke arah si otong, matanya terbelalak tak
berkedip menyaksikan batang penisku yang banget besar dan ini mungkin baru
pertama kali dia melihat penis sebesar ini, jauh dibandingkan penis suaminya.
“Oh ini toh
yang namanya otong…!”, sambil mengelus-elus kepala penisku dengan lembut.
“Woooowww…
besar banget dan keras ya otong, kamu bakal susah nih masuk kandang kecilnya nanti”,
aku hanya tertawa kecil mendengar Maya ngobrol dengan si otong.
“Yank apa si
otong nanti bisa masuk? Kandangnya kan kecil banget.” kata Maya sambil
tersenyum jahil menatapku.
“Hehehe…si
otong malah suka banget say sama kandang sempit kaya punya kamu itu loh.”
godaku.
“Sebelum masuk
kandang dia pengen kamu ciumi dulu katanya”, Maya pun tersenyum dan mencubit
perutku.
”Iiiiihhhhh
kamu nakal otong, jadi makin gereget deh ah”, Masih dengan posisi yang sama aku
lihat Maya kini berganti posisi menungging menghadap ke arah selangkanganku,
dengan posisi ini aku semakin leluasa memandang indahnya tubuh Maya, lekukan punggung
Maya hingga pantat menghadirkan sensasi keindahan tersendiri, dua gunung
kembarnya tergantung menjuntai kebawah namun masih terlihat mengeras terhalang
kain satin dasternya.
Mungkin saat
itu birahinya masih tinggi, matanya terus menatap nakal ke arah si otong,
tangannya tak henti-henti mengelus-elus batang penisku dan sesekali dia
berusaha mencengkram dan mengocoknya, itu semua membuat penisku
berdenyut-denyut.
“Iiihhhh…otong
dah ga sabar ya, dari tadi ko nyut-nyutan mulu, tahan sebentar ya.” oceh Maya
nakal dihadapanku.
“Ternyata kamu
haus sex juga ya say? Soalnya dari tadi kamu keliatan ga canggung menikmati apa
yang aku lakuin?” tanyaku, Maya hanya menatapku dan tersenyum nakal.
“Aku juga
wanita normal Andi sayang, butuh seks sama seperti wanita-wanita yang sudah
menikah lainnya.” jawab Mayaa sedikit syahdu, namun tak henti-hentinya dia
memainkan batang penisku, terkadang mengelus lembut mulut penisku dengan kain
satin selimutnya diranjang.
“Aku sudah
lama ngga dapat jatah, sudah 2 bulan ini Adi gak menafkahi batinku, tapi…kamu
datang masuk dengan ide gila di hati ku, sebenernya batinku bergejolak Mas,
tapi aku ga tahan gini terus, apa lagi kini aku tau Adi gak setia lagi padaku,
hancur sudah hatiku Mas..!”, lanjut Maya dan sedetik kemudian kulihat matanya
mulai berkaca-kaca dan air matanya jatuh perlahan membasahi pipinya.
Aku hanya
terdiam mendengar dan menyaksikan itu, jujur hatiku pun berontak atas
penghianatanku kepada istriku, tapi kesetiaanku luluh lantah karena rasa iba
pada awalnya, kini aku gak bisa berpikir rasional lagi, mungkin aku kini mulai
menyayanginya setulus hati ini.
Tapi bagaimana
semua bisa terjadi, aku gak mau ambil pusing memikirkannya, lalu lanjut Maya
berkata,
“Aku ga tau
kenapa Mas, hadirnya kamu sekarang membuat hatiku tentram kembali, semua
perasaan kesepian dan kekecewaanku kini berangsur hilang dan padam, akuuu…akuuuu…merasa
nyaman denganmu Mas, apa mugkin aku jatuh cinta ma kamu Mas, yang pasti aku
benar-benar menyayangi kamu Mas, aku gak mau jauh dari kamu, aku ingin kamu
seutuhnya Mas”, Jeeebbrreeeeeddd…..aku semakin terdiam membisu, batinku
bergejelok hebat, kepalaku seperti berhenti berpikir.
Dilema ini
begitu sulit kupecahkan saat ini, di sisi lain aku adalah suami yang setia dan
sayang sama istri dan anakku selama ini. Di sisi lain telah tumbuh benih-benih
kasih sayang di hatiku untuk Maya, tak pernah terlintas sebelumnya semua bakal
terjadi seperti ini. Awalnya aku hanya ingin memuaskan nafsu birahiku saja tanpa
perasaan, tapi kini lain kenyataannya. Melihat Maya masih saja menangis,
kuangkat tubuhnya lalu kupeluk erat kubenamkan kepalanya ke dalam dadaku.
“Sudah May,
kamu jangan menangis lagi, aku di sini buat kamu dan selalu berusaha ada buat
kamu, aku sayang kamu May, benar-benar menyayangimu”, bisikku di telinganya,
sesaat kemudian Maya menghentikan tangisnya, mengusap sisa air mata yang masih
membasahi mata dan pipinya, kini wajahnya menengadah ke arah wajahku, aku tatap
dalam-dalam matanya. Lambat namun pasti kini senyum manisnya kembali terukir di
wajahnya.
“Aku tau kamu
gak bisa janjikan kebersamaan ini terus bersamaku Mas, aku cukup senang tau kamu
juga menyayangiku, aku tak minta apapun lagi Mas, selama kamu bisa menyayangi
aku, aku bakal terus menunggu kamu di sini”, Aku hanya menatapnya penuh
perasaan dan kueratkn pelukanku sebagai tanda kalo perasaanku juga sama
dengannya, lalu Maya membenamkan lagi kepalanya di dadaku, tangannya
mengelus-elus dada bidangku secara halus, kini tatapannya beralih ke arah
selangkanganku.
“Ko tidur sih
otongku”? canda Maya nakal sambil mengelus batang penisku yang sedari tadi
mengecil karena keadaan yang begitu mellow tadi menurunkan nafsu birahiku.
“Hehehe…abis
tadi melow sih.” jawabku ringan.
“Sini aku
kecup ya!” Maya pun menurunkan kepalanya dan mulai menciumi kepala penisku yang
semakin membesar dan mengeras, ciuman dan kocokan halus Maya membangkitkan
kembali nafsu birahiku saat itu.
“Idih dah
bangun lagi ya, mmmmhhhhh… besar banget sih kamu otong.” kembali Maya meracau
dihadapan penisku yang berdiri tegak, kini tatapannya kembali binal, aku tau
dia sudah terangsang lagi.
Kini Maya
mulai menjilati penisku dengan lembut dari kepala hingga pangkal penisku, tak
lupa dia mengulum buah zakarku bergantian, kini penisku semakin basah oleh
liurnya. Mendapat perlakuan seperti itu aku hanya mendesah nikmat sambil
kucengkram pundaknya, kini Maya mencoba mengocok dengan kain satin dasternya
sambil memasukan kepala penisku ke mulutnya, namun dia terlihat kesulitan
memasukannya karena kepala penisku yang membesar, perlahan tapi pasti, sekarang
kepala si otong sudah terbenam seutuhnya menyisakan batang kekar penuh urat
yang masih terus dikocok-kocok tangan lembutnya.
Sekarang dia
berusaha memasukkannya lebih dalam lagi, tapi baru saja beberapa centi masuk ke
dalam mulutnya terlihat seperti tersendak, dia pun memundurkan perlahan dan
memasukkannya kembali hingga mentok di rongga mulutnya, terlihat penisku tidak
bisa masuk sepenuhnya, mungkin terlalu panjang untuknya, kini kurasakan nikmat
yang teramat sangat ketika Maya mengocok-ngocok penisku dengan mulut dan
tangannya.
Dari perlahan
hingga cepat dan sesekali disertai hisapan kuat dan jilatan di bagian kepala
penisku. Rasanya begitu nikmat terasa sampai ke ubun-ubunku, aku pun tak ingin
terus berdiam saja, kuraih payudaranya sebisaku, kuremas-remas dengan kuat, dan
kuplintir-plintir putingnya. Kini yang terdengar hanya desahan Maya dan suara
kocokan dan hisapan mulutnya
“Mmmhhh…,mmmhhhh…
sssrrrpppp… sssrrrppp…plok..plok…mmmhhhh…”, Setelah beberapa menit akhirnya aku
ga tahan lagi ingin segera menjebol vaginanya, kuhentikan kegiatan Maya
mengoral si otong, aku balikkan tubuhnya, kucium bibirnya dengan rakus dan
ganas.
Lalu
kurebahkan ia di kasur, aku pindahkan posisi badan ke hadapan selangkangannya,
aku lebarkan kedua kakinya, hingga kini Maya menggangkang lebar-lebar.
Terlihat
vaginanya seperti berkedut, cairan bening mengalir dari dalam vaginanya, tak
kuat menyaksikan pemandangan ini lalu aku dekatkan penis di mulut vaginanya,
aku gesek-gesekkan dengan kepala penisku hingga menabrak klitorisnya dan
terdengar suara Maya.
“Aaaahhh…aaahhhh…mmmhhhh…!”,
Ketika klitorisnya tertabak kepala penisku, tangan kirinya meremas-remas
payudaranya sementara tangan kanannya menarik tanganku yang sedang memegang
batang penisku yang seakan ingin segera dimasukkan ke dalam liang vaginanya.
“Yaaankk…aaaa..aahhh…maaassuukkin…
aaa…aahh…cceeppeett…yaannkk” pintanya memelas, kulihat wajahnya kembali menjadi
binal, bibir bawahnya ia gigit menampakkan gairah luar biasa yang tak
terbendung, sekarang aku mulai memposisikan kepala penisku di mulut liang
vaginanya.
Kutusukkan
penisku perlahan-lahan masuk ke dalam liang vaginanya, tampak Maya sedikit
meringis menahan rasa sakit, wajar saja meskipun Maya tak perawan lagi tapi
beberapa bulan ini vaginanya tak terjamah suaminya, sehingga vaginanya menjadi
sedikit menyempit lagi, ditambah ukuran penisku yang besar membuat vaginanya
terasa seperti perawan lagi.
Melihat hal
itu, aku hentikan sejenak kegiatanku sambil kubiarkan Maya agar lebih tenang,
“Terusin yank, ayo terusin aja, gpp.” pinta Maya lagi.
Ya sudah kalo
begitu maunya, aku hanya menuruti saja, kini kembali kutekan penisku yang lebih
dalam lagi, baru seperempat penisku masuk, Mayaa berteriak pelan,
“Aaaaawwww…sssttt… gpp terusin yank.”
Aku lihat ia
mencoba menahan sakit dan nikmat yang bersamaan, kini aku mundurkan sedikit
penisku, terasa kini lubang vaginanya begitu becek, melihat hal itu kutusukkan
penisku dalam satu hentakan ke liang vaginanya hingga masuklah penisku
sepenuhnya mentok hingga ke ujung vaginanya.
“Aaawwwwhhh…sssstttthhhh…aaaahhhh.”
Maya mulai menegang, perutnya sedikit terangkat, matanya terbelalak dan
mulutnya menganga merasakan hentakan keras menghujam vaginanya antara perih dan
nikmat bercampur aduk.
Kubiarkan
sejenak penisku di dalam vaginanya agar terbiasa dengan ukuran penisku,
vaginanya begitu sempit, terasa dinding-dinding vaginanya menjepit erat seluruh
batang penisku, ini adalah sensasi yang sama saat aku memerawani istriku dulu,
tapi sekarang sungguh berbeda, ini sungguh luar biasa benar-benar kenikmatan
tiada tara yang kembali kurasakan.
Kini Maya
sudah mulai terbiasa dengan kehadiran penisku di dalam vaginanya, seiring
dengan perih yang mereda, kini pinggul Maya mulai bergoyang perlahan, melihat
itu aku langsung menindihnya, kudekatkan wajahku ke wajahnya, kucium halus
bibir lembutnya yang semakin lama semakin ganas dan panas, bersamaan dengan itu
aku mulai menggerakkan penisku maju mundur dengan perlahan.
“Mmmhhh…mmmmhhh…mmmhhhh”
hanya itu suara yang terdengar dari mulutnya yang kukulum.
Rakus
sekarang, genjotan penisku sekarang sudah semakin cepat dan goyangan pinggul Maya
sudah semakin seirama dengan gerakanku, kulepas ciumanku dan aku bangkit
setengah berdiri, kunaikkan pahanya, lalu kugenjot cepat vaginanya kini
terdengar suara benturan penisku dan vaginanya.
“Plook…plook..plook”
“Aaahhhh…eeemmmhh…aaa..aahh…
iya… sayyang…ttteerruuusss…aaaa…aaahh” racau Maya seiring dengan cepatnya
genjotanku.
Beberapa menit
kemudian kurasakan penisku berdenyut tanda akan segera mendekati puncak orgasmeku,
tapi belum sampai aku mencapainya, kurasakan dinding-dinding vagina sempitnya berkedut-kedut
keras. Maya menggoyang-goyangkan pinggulnya menekan penisku dengan keras hingga
mentok ke ujung vaginanya, badannya mengejang perutnya terangkat ke atas,
mulutnya terbuka, kedua tangannya menopang ke kasur dan mencengkramnya dengan
kuat sesaat kemudian.
“Aaahhhh…aaa…aaahhh…yyaaa…aaank…
aa…aaakkuu… ma..maa..uuuu… keeeluuuaaarrr…Aaaaaaaaaaaaahhhhh..” lengkingan
panjang Maya terdengar beriringan dengan semburan cairan hangat dalam vaginanya
yang membasahi seluruh batang penisku, itu menandakan orgasme kedua Maya pagi
ini.
Tapi kali ini
orgasme yang lebih dahsyat dari yang pertama, badan Maya kini melunglai lemah,
matanya terpejam, tangan kirinya meremas-remas pelan payudaranya, sementara
mulutnya menggigit pelan telunjuk tangan kanannya, badannya masih sedikit
bergetar-getar, cengkraman dinding vaginanya sudah melemah.
“Mmmhhhh…mmmmhhhh…mmmhhhh…”,
Terlihat Maya sedang menikmati sisa-sisa orgasmenya, aku masih membiarkan
penisku di dalam vaginanya sambil kuatur nafas untuk menuntaskan permainanku
karena tadi aku sudah mendekati puncak orgasmeku, aku lihat tubuh Maya sudah
basah kuyup bermandikan keringat dan aku pun sama, setelah beberapa saat
berlalu kucabut penisku.
Maya hanya
menatap nakal dan segera kulumat lagi bibirnya, kusedot lidahnya, kukulum dan
kutelan liur yang tersedot olehku, rupanya gairah Maya kembali bangkit, kini
aku minta dia berbalik badan menungging, kali ini aku memposisikan dia dengan
doggy style, aku berencana menuntaskannya dengan posisi ini.
Kini aku
berada di belakang pantatnya, kucengkram erat pantat putih mulus itu dengan
gemas, Maya hanya menoleh ke arahku dan tersenyum binal padaku, lalu aku
arahkan penisku di depan liang vaginanya, tanpa aba-aba aku langsung
menghujamkannya masuk ke dalam vaginanya.
“Aaaaww…mmmhhhfff..”
Maya merintih kaget, lalu aku biarkan sebentar lalu kugenjot perlahan, pinggul Maya
mulai mengikuti gerakanku seirama dengan genjotan-genjotan yang semakin
kupercepat. Dalam posisi ini vaginanya memang terasa lebih mencengkram penisku,
aku pegang pinggulnya dengan tangan kananku sementara tangan kiriku meremas
payudaranya yang mulai mengeras lagi dari belakang.
Aku naikkan
lagi tempo genjotanku dan Maya mendesah semakin sering.
“Aaaahhh…,oooohhhh…mmmmhhhhff…aaahhh”,
Aku masih terus menggenjot dengan tempo yang sama hingga cairan dalam vagina
terlihat menetes keluar di sela-sela vaginanya, aku ambil cairan itu lalu
kulumuri di sekitar mulut anusnya sambil sesekali aku tusukan telunjukku
sedikit ke dalam lubang anusnya.
Maya yang
menyadari lubang anusnya kumainkan terlihat mengelijang namun tampak penolakan darinya.
“Yaaank jagan
disituuu…ssshhhh…aaaahhh”, tolaknya diiringi desahan manjanya.
“Kamu jangan
takut sayang, ini bakalan enak banget, kamu bakal suka.” rayuku.
“Tapi yaaank,
aku belum pernah…sssshhhh…mmmmhhh.”
“Ngak papa ko
sayang, gak bakalan sakit malah makin enak, dicoba ya say.” Bujuk aku agar ia
mengijinkanku untuk menusuk anusnya meskipun hanya jariku. Dengan sedikit
keraguan, akhirnya Maya mengangguk tanda mengiyakan, mendapat lampu hijau aku
pun segera mencabut sejenak penisku, kuambil cairan dalam lubang vaginanya yang
kini menganga lebar.
Lalu kulumuri
di sekitar mulut anus dan sedikit aku masukan dalam rapatnya lubang anusnya, kumasukin
kembali penisku menghujam vaginanya dan jari telunjukku kumainkan di anusnya
mencoba menerobos masuk lubang anusnya, Maya hanya mengerang menahan sedikit
perih dan sensasi kenikmatan yang baru kali ini ia rasakan, perlahan-lahan jari
telunjukku menerobos masuk lubang anusnya sementara genjotan penisku terus
menghujam vaginanya tanpa henti.
Akhirnya
setengah jariku masuk ke dalam anusnya, beberapa detik kemudian kuhujamkan
jariku lebih dalam, dengan sekali hentakan masuklah seluruh telunjukku ke dalam
anusnya, Maya sedikit berteriak menerima hentakan keras yang kulakukan,
“AAAAAAAAWWWW…,sa…sakit yank.” sambil menoleh ke arahku, matanya terbelalak,
mulutnya menganga.
“Ngak papa say,
cuma sebentar ko, habis ini bakalan jadi enak yang kamu rasain.” Jawabku menenangkannya.
Kubiarkan jariku di dalam anusnya sementara vaginanya kugenjot sedikit lebih cepat
agar rasa perihnya teralihkan, beberapa menit kemudian Maya mulai menikmati
sensasi baru ini,
Desahannya
kini sudah makin keras saja apa lagi saat aku mulai menggenjot jariku keluar
masuk lubang anusnya perlahan. Tubuhnya menggeliat bagai cacing kepanasan
menerima sensasi double penetration yang aku berikan.
“Aaauuuuww..oooohhhh…
ssshhh… aaahhhh…oouuuuhhhh… eee…eeennaakk… yank”, Tampaknya Maya benar-benar
sudah terbiasa dengan ini, keringat sudah membanjiri seluruh tubuh kami
masing-masing, tak terasa sudah 1 jam lebih dari awal kami bergumul memacu
merengkuh gairah kenikmatan yang tiada tara, 5 menit kemudian kurasakan penisku
berdenyut-denyut.
Aku tau ini
saatnya ku dapatkan puncak orgasmeku, aku genjot semakin cepat dan dalam penis
dan jariku di kedua buah liang nikmat milik Maya, dan Maya kini membenamkan
kepalanya ke kasur sementara pantatnya semakin terangkat ke atas dan menekan
lebih dalam lagi penisku,
“Aaaahhhhh…aauuuhhhh…aakkuu…
mau.. kkee…luuuaaaarrr…laaagiii… yyaaank”, Dinding vaginanya berkedut-kedut
kencang mencengkram penisku di dalam sana, aku yang sedari tadi sudah mendekati
puncaknya menekan kuat-kuat penisku lebih dalam hingga mentok, sementara jariku
pun sama aku benamkan lebih dalam, sesaat kemudian Maya mengerang panjang.
“Aaaaaaaaaa…aaaaaaaahhhhh…..”,Cairan
hangat menyembur dalam vaginanya diikuti pucak orgasmeku yang pertama.
“Aaaarrrgggghhhh…,!”,
Ku cabut jariku dari anusnya lalu aku pegang pinggulnya kutekankan lebih erat hingga
tubuhku menempel dengan pantatnya dan akhirnya.
“Croott…crroooottt…crroooott”,
Beberapa kali aku semburkan cairan spermaku di dalam vaginanya yang sudah
banjir dari orgasme ketiganya, kudiamkn penisku masih di dalam vaginanya, aku
baringkan tubuhku di atas punggungnya sambil aku peluk tubuhnya dari belakang,
kami hanya terdiam tanpa kata.
Yang terdengar
hanya suara kami berdua terengah-engah letih, sementara keringat kami masih
terus mengalir membasahi tubuh kami dan sebagian menetes membasahi ranjang diatas
kain satin sperainya, sambil mengatur nafas aku bangkit dan mencabut penisku
dari vaginanya.
Sementara Maya
masih saja terengah-engah kecapean tapi masih dalam posisi menungging sehingga terlihat
liang vaginanya yang menganga dan lubang anusnya yang berdenyut-denyut kembang kempis,
tampak cairan speraku mulai meleleh keluar dari vaginanya, begitu banyak karena
bercampur dengan cairan vaginanya yang terlihat bening bercampur putih spermaku.
Kubiarkan saja
cairan spermaku menetes di atas kain satin sperai kasurnya sementara aku
bergeser ke samping Maya, aku rebahkan tubuhnya yang sudah kelelahan. Kini Maya
terbaring lemah, matanya terpejam dan nafasnya masih terengah-engah, aku
berbaring setengah miring di sampingnya, aku pandangi wajah cantiknya tanpa bosan-bosannya.
Sambil kubelai
rambut panjangnya, lalu aku kecup hangat keningnya, perlahan matanya terbuka
dan menatapku penuh perasaan, Maya tersenyum manis padaku dan berkata.
“Aku
sayaaaaang banget kamu Mas Andi, aku cinta sama kamu Mas”, Aku pun hanya
tersenyum dan berbisik.
“Aku juga
cinta kamu May”, kutatap lagi dalam-dalam matanya dan kucium bibir lembutnya
penuh gairah, hingga akhirnya aku terbaring di sampingnya dan kini Maya
memindahkan
posisi kepalanya ke dadaku, tangannya melingkar memeluk perutku, dan akhirnya akupun
terlelap dalam keadaan telanjang di ranjangnya. Dalam hati aku bertanya apakah
ini benar adanya, apakah aku benar-benar mencintainya atau kah hanya nafsu
sesaat, dan jika cinta ini benar, apa yang akan aku katakan kepada istriku kelak,
pertanyaan-pertanyaan itu kini mulai mnghantuiku, entah berapa lama aku
berpikir hingga akhirnya aku tertidur pulas.
Kubuka mataku
pelahan dan terasa angin sepoi-sepoi yang diiringi hawa hangat menerpa tubuhku,
ternyata di luar sana matahari sudah meninggi ntah berapa lama aku tertidur
tadi. Kulihat Maya sudah tak ada di sampingku lagi, suasana kamar pun sedikit
berbeda sekarang, tampak sudah begitu rapih dan bersih, sekarang tubuhku sudah
terbalut selimut satin yang menutupi tubuhku diatas ranjang.
“Ah, mungkin
Maya menyelimutiku.” pikirku.
Sejenak aku
biarkan pikiranku melayang dan mataku terus menatap langit-langit kamarnya,
setelah bosan kubangunkan tubuhku dan duduk di atas ranjang tempat pergumulan
aku dan Maya tadi, kulihat lagi sekelilingku dan mencoba menemukan pakaianku
yang tadi berserakan di lantai kamarnya, ternyata pakaianku sudah terlipat rapi
di samping ranjang Maya, mungkin Maya membereskannya tadi.
Aku pun
beranjak dari ranjang menuju kamar
mandinya, setelah puas mandi aku segera bergegas mengeringkan tubuhku dan
berpakaian lagi, kususuri rumah Maya sambil kucari dia dimana.
“May… Maya
sayang kamu dimana??” panggilku berulang-ulang,
“Di sini
yank…!”, Maya pun menjawab panggilanku, aku cari arah suara itu, ternyata
berasal dari dapur.
Aku lihat Maya
sedang memasak, masih dengan pakaian daster satin merah muda tampak sedikit
kusut dan ada bekas noda sperma yang terlihat menempel kering dikain satin
bekas tadi kita berlomba kenikmatan diatas ranjang. Daster yang sangat seksi
bawahan seatas lutut, rambutnya diikat seperti kuncir kuda.
“Mas Andi sayang
kamu udah seger, udah mandi ya?” sapanya dari dapur, sambil tersenyum manis padaku.
“Itu aku dah
buatin Kopi buat kamu, tapi mungkin udah agak dingin.” sambungnya, aku segera menghampirinya,
memeluknya dari belakang dan menciumi leher dan belakang telinganya.
“Mmmmhhhhh…aaaahh..”
desah Maya sesaat kemudian. Maya pun menghentikan sejenak kegiatannya dan
berbalik tubuhnya dan langsung melingkarkan kedua tangannya di pundakku, kami
saling bertatapan penuh perasaan. Tanpa komando lagi aku dekatkan bibirku ke
bibir manis Maya, sedikit aku miringkan kepalaku dan aku kecup perlahan
bibirnya.
Aku lumat
dengan penuh perasaan, Maya pun terus membalas seranganku, kini mulutnya
sedikit terbuka tanpa menunggu lagi langsung kuterobos rongga mulutnya menggunakan
lidahku, kini kulumat habis mulutnya, kuhisap lidahnya, sementara Maya hanya
menikmati seranganku.
Tanganku mulai
beraksi seiring dengan bangunnya si otong yang berangsur-angsur membesar dan menegang,
aku jamah payudara kanannya dengan tanganku. Ternyata Maya tak menggunakan bra,
namun sesaat kemudian Maya mendorongku perlahan tanda ia ingin menyudahi
seranganku.
“Nanti lagi ya
sayang, masakanku keburu gosong nih, nanti kita lanjutkan lagi setelah makan,
tuh kamu abisin dulu kopinya ya sayang.” pinta Maya halus padaku, aku yang
terdiam hanya menganggukkan kepala tanda mengiyakannya, aku pun beranjak menuju
meja makan dimana kopi yang Maya sajikan berada.
Aku minum
setengah kopi itu dan aku nyalakan sebatang rokok, sambil menunggu Maya selesai
memasak aku hanya memandanginya sambil aku habiskan rokok di tanganku. Setelah
beberapa lama akhirnya Maya selesai memasak, kini ia sedang menyiapkan hidangan
yang akan kami santap nanti, sesekali Maya aku goda dengan menepuk pantatnya
ketika melewatiku.
“Iiiihhhh…nakalnya
tuh tangan.” Maya hanya tersenyum manja melihat keisenganku, aku hanya tertawa cekikikan,
setelah semua beres kami pun makan bersama sambil disertai senda gurau, saling menyuapi
satu sama lain.
Sesekali Maya
menyuapiku dengan mulutnya, aku pun menerimanya dengan senang hati dan diakhiri
dengan ciuman panas penuh nafsu, sungguh nikmat sekali perlakuan Maya itu. Dia
melayaniku selayaknya aku ini suaminya, aku benar-benar bahagia diperlakukan
seperti itu, sampai-sampai aku lupa anak istriku yang ada dibandung sana.
Selesai makan
bersama kami membereskan piring dan sisa-sisa makan, kulihat Maya mulai mencuci
piring di tempat cuci, aku bawa beberapa gelas dan piring kotor ke tempatnya
mencuci. Sambil mencuci kupeluk lagi tubuhnya dari belakang, Maya hanya
tersenyum padaku sambil meneruskan cuciannya, sesaat kemudian si otong
terbangun dan menegang ketika kudekatkan selangkanganku di pantatnya.
Kubuka celanaku
sambil iseng-seng aku gesekan batang penisku sambil kuselipakan dibelahan
pantatnya yang masih terhalang kain satin, aku sedikit tekan dan gesek-gesekkan
di sana, terasa sungguh nikmat sekali saat kepala penisku menyentuh setiap gesekan
kain satin saat aku gesek-gesek.
“Iiihhhh…kamu
nakal sayang, otongnya bangun ya ?” tanya Maya sambil meneruskan kegiatannya,
aku pun semakin terangsang. Aku ciumi leher Maya, aku jilati telinganya dari
belakang, tanganku mulai meremas-remas kedua payudara tanpa bra itu, aku
remas-remas perlahan, aku mainkan putingnya, aku pilin-pilin dari luar kain
satin hingga kini Maya mulai terangsang dan tak konsentrasi mencuci piringnya.
“Sayang enak
gesek disitu”, dengan nada mendesah kecil.
“Nikmat banget
kain satin daster kamu bikin si otong ketagihan digesek disitu sayang”.
Tak terasa
cairan beningku yang keluar dari lubang penisku membasahi kain satin daster
Maya saat terus aku gesek-gesekan sambil kupeluk dari belakang dan kedua
tangganku terus meremas dan memilin-milin kedua puting susunya dari luar kain
satin dasternya. Sejenak Maya menghentikan kegiatannya dan menoleh ke arahku,
tanpa basa-basi lagi aku kulum bibirnya, aku hisap kuat bibirnya.
“Mmmpppphhh…mmmmppphhh…”,
desah Maya menahan sedotan mulutku.
“Aaaahhh…,aaahhhh…mmmmhhh..”,
Maya mulai mendesah keras sambil terus mencuci, kini aku sibakkan daster bagian
bawahnya, aku gerayangi selangkangannya dan ternyata Maya tak menggunakan cd
juga didalamnya. Aku usap-usap belahan vaginanya dengan tangan kananku
sementara tangan kiriku meremas remas payudara kirinya, kini Maya mulai
terangsang hebat, sesekali mengelijang, namun ia masih meneruskan kegiatannya.
“Aaaahhhh…hhhhmmmppp…oooouuuuwww…hhhmmmm..”
desah Maya menahan siksaan kenikmatan yang aku lancarkan, kini aku tusukkan
jariku ke liang vaginanya yang basah, Maya mulai memundurkan sedikit, dan
badannya bergetar ketika aku mulai mengocokkan jariku di liang vaginannya,
namun ia berusaha kuat menyelesaikan kegiatannya.
“Aaduuuhhh…iiiihhhh…nnnaakkaalll…yaaank..”
racaunya kini disambut dengan erangan.
“Saaabbbaaaarr…yaaaank…mmmmhhh…aaaahhhh…
bentar laagiii bereeessttt…awwwaaass yaaa kamu yaaaank…”, ancamnya ketika
kocokan jariku semakin aku percepat, pantatnya semakin menungging payudaranya
mengeras , mulutnya terbuka sedikit, bibir bawahnya ia gigit seakan menahan
kenikmatan tiada tara yang menghujam seluruh tubuhnya.
Karena aku
sudah tak bisa menahannya lagi, kulebarkan sedikit kedua kakinya, aku angkat daster
bagian bawahnya keatas aku arahkan penisku ke liang vaginanya dalam sekali
hentakan.
Maka
Bleeeesssss…,masuklah seluruh penisku ke dalam vaginanya.
“AAAAAAAHHHHHHH…..YYYAAAAAAANNKKK…”
Maya berteriak kaget karena tanpa aba-aba penis besarku kembali menghujam
vagina sempitnya, aku biarkan sejenak penisku di dalam vaginanya, dan kini Maya
terlihat sudah beres mencucinya, ia menutup kran air dan langsung kepalanya
berbalik, terlihat matanya berbinar.
Terlihat binal
sekali, mulutnya langsung melumat bibirku tanpa ampun, lidahnya menerobos masuk
ke dalam rongga mulutku, menghisap lidahku kuat-kuat yang sepertinya ia ingin
membalas perlakuanku tadi.
Mmmmhhhhh
nikmat sekali mulutnya memainkan lidahku, kutarik sedikit keluar penisku dari
dalam vaginanya lalu kuhajamkan keras masuk ke dalam vaginanya yang sontak
membuat Maya kembali terperanjat kaget dan melepaskan ciumannya.
“AAAAAHHHHH…kamu
ini nakal banget sayang”, ucap Maya sambil menatapku nakal.
Kini ia mulai
menggigit jari manisnya perlahan dan menatapku lebih binal lagi, aku hanya
tersenyum, dan mulai memompa vaginanya pelan, Maya kembali berbalik, kedua
tangannya menopang ke tepian tempat cuci, kini posisi Maya lebih menungging
lagi. Aku pegang pinggulnya, aku mulai mengocok dengan tempo sedang.
Maya terus
mendesah, “Aaaaahhh…mmmmhhhh…oouuuhhh…nnggghhh…teerruuuss.”, Seiring dengan
desahaannya kupacu kocokanku semakin cepat, plok..plok..plok…suara benturan pantatnya
dan selangkanganku yang semakin lama semakin keras terdengar.
Maya pun terus
mendesah keras menerima hujaman keras penis besarku berkali-kali yang semakin cepat
kocokannya, setelah 15 menit kocokanku menghujam vaginanya, kurasakan vagina Maya
berkedut-kedut kencang.
“Aaahhh…aaarrrgghhh…AAAAAAHHHHHH…,yyyaaaank…,KKKEEELLLLUUUUAAA…,OOOUUUHHHGG…”,
desahan panjang Maya diikuti tubuhnya yang bergetar hebat, dan semburan cairan
hangat di dalam vaginanya.
Terasa cairan
mengalir dari sela-sela penisku, aku biarkan tubuhnya yang masih bergetar
hingga mereda, tubuh Maya sedikit menunduk, terlihat nafasnya
tersenggal-senggal, keringat membasahi tubuh dan daster satin yang ia kenakan, kedua
matanya yang terpejam kini terbuka melihatku dengan tatapan penuh kepuasan.
Ia tersenyum
nakal namun, begitu manis kulihat, sementara penisku masih tertancap dalam
vaginya sambil menunggu Maya selesai menikmati sisa-sisa orgasmenya, aku
mainkan payudaranya, aku remas-remas lembut sambil membangkitkan gairah Maya
kembali. Setelah beberapa menit berlalu, aku mulai mengatur gerakan kocokanku
lagi, dari pelan hingga tempo yang cepat. Kini Maya terlihat lebih keras
mendesahnya, sementara aku pun semakin mendekati puncak orgasmeku, aku angkat kaki
kanannya ke atas hingga Maya hanya berdiri satu kaki saja dan tangannya
menopang kuat di tepian tempat cuci.
Badannya
sedikit memiring sehingga terlihat jelas ketika penisku menghujam ke dalam
vaginanya, kini aku benar-benar sudah tak tahan ingin segera menyemburkan cairan
spermaku, aku percepat kocokanku, beberapa detik kemudian… tubuhku mengejang.
Aku tekan
penisku dalam-dalam hingga benar-benar mentok di dalam vaginanya, dan sesaat kemudian,
“AAARRRRGGGGHHHH…,”.
CROOOTTT…CRROOTTT…,CCRRROOOTT…
mucratlah semua cairan spermaku di dalam liang vaginanya, aku terkulai lemas di
atas tubuh Maya dengan penis yang masih terus menancap dalam vaginanya. Kami
berdua ngos-ngosan, keringat terus saja mengalir membasahi tubuh kami,
sementara si otong kini menyusut dan aku cabut dari dalam vaginanya.
Terlihat cairan
spermaku mengalir keluar menetes membasahi lantai dapur, aku biarkan begitu
saja sambil aku atur nafasku, aku pun berdiri dan menarik tubuh Maya dalam
pelukanku.
“Maya sayang
kamu nikmat banget.” bisikku sambil mencium keningnya.
Maya hanya
tersenyum manis padaku lalu membenamkan kepalanya di dadaku, melingkarkan tangannya
di perutku dan memelukku erat sekali. Setelah beberapa menit kami berpelukan, Maya
mengajakku mandi bersama, setelah membersihkan sisa-sisa cairan sperma di
lantai, kami berdua beranjak menuju kamar mandi.
Mandi bersama
sambil saling membersihkan satu sama lain lalu bercinta di dalam kamar mandi
dan membilas diri kami masing-masing. Setelah mandi, kami berpakaian rapih dan
duduk mengobrol di ruang tv sambil menonton, sesekali aku insengi dia, kami
bercanda tawa layaknya sepasang muda mudi yang di mabuk cinta.
Hari itu kami
menghabiskan waktu bersama, mengobrol, tertawa, bercanda, dan bercinta saling memuaskan
nafsu masing-masing. Entah berapa kali kami bercinta, dan entah barapa kali
kami orgasme, kami ga memperdulikan itu, yang pasti kami berdua sedang dilanda
cinta terlarang yang sangat memabukkan.
Maya begitu
menikmati setiap detik kehadiranku bersamanya, ia terlihat begitu bahagia
seperti menemukan kehidupan barunya lagi, entah ini akan bertahan sampai kapan
yang pasti kami begitu menkmati saat-saat ind ah ini.