Kenikmatan Seks
Dengan Seorang Janda Beranak Satu
Berawal
ketika aku berada diterminal bis di kota jakarta sambil menunggu bis yang aku
tumpangi ke arah solo baru berangkat sekitar jam 3. Saat sedang asyik duduk
menunggu sambil bermain handphone, tiba-tiba ada seorang anak kecil berusia 3
tahunan terjatuh didepanku, sontak tangan ku menarik si gadis kecil itu.
”Makasih Mas,
maklum anak kecil kerja nya lari-lari mulu” ungkap seorang wanita setengah baya
seraya mengumbar senyum manisnya.
Akhirnya kami
berkenalan dan dia bernama Mbak Titin. Diusianya yang sudah bekepala empat,
tapi masih memiliki wajah seperti seorang gadis muda dan bentuk tubuh yang
langsing dibarengi pinggul seksi membuat ku terpaku sejenak memandanginya.
“Maaf,
boleh aku duduk disini” suara Mbak Titin dengan logat sundanya yang khas
memecah keheninganku.
“Mongo Mbak,”
balas ku sambil menggeser pantat ku dibangku ruang tunggu bis antar kota.
“Mau kemana
mbak”, aku coba membuka pembicaraan.
“Aku… mau
kesolo Mas”.
“Lah Mas
sendiri mau kemana?”, pandangan ku melirik kearah buah dadanya yang belahan nya
jelas dari kaos lumayan ketat yang dipakainya.
“Aku mau
kesolo juga“.
“Jangan-jangan
kita satu Bis”, begitu tiket kami sama-sama cek ternyata kita satu bis dan satu
deret kursi yang sama.
Dalam
hatiku kebetulan sekali kok bisa satu bis dan satu deret kursi yang sama. Ya
sayangnya, ada dikecil.
“Aku Andre
Mbak” ucapku sambil mengulurkan tangan yang langsung disambutnya dengan ramah.
“Kalo gitu aku
manggilnya mas Andre saja ya, lebih enak kedengarannya” ungkap si mbak dengan
kembali mengumbar senyum manisnya.
Akhirnya
Bis yang membawa kami kesolo berangkat tepat pada puluk 3 sore dan selama
diperjalanan kamu bertiga asyik bercekraman layaknya seorang suami istri dan
anak dan selama kami bercerita ternyata Mbak Titin seorang janda muda yang ditinggal cerai suami sejak 2
thn lalu. Untuk menyambung hidup dia berjualan pakaian dan perhiasan yang semua
dibeli dari Solo. Rencananya di Solo dia akan tinggal selama 2-3 hari.
Didalam Bis
aku memeangku si kecil , sehingga Mbak Titin makin respek padaku. Tak terasa,
waktu terus berjaan, suasana bis begitu hening, ketika waktu menunjukkan pukul
11 malam. Si kecil dan para penumpang
lain pun sudah terlelap dalam tidur. Sedangkan aku dan Mbak Titin masih asyik
dalam obrolan kami, yang sekali-kali berbau ha-hal sedikit jorok, apalagi
dengan tawa genitnya Mbak Titin sesekali mencubit mesra pinggangku.
Suasana
makin mendukung karna kami duduk dibangku urutan kelima dari depan dan
kebetulan lagi bangku didepan,belakang dan samping kami kosong semua.
“Oh ya mbak,
boleh tanya ga nih, gimana dong seandainya pengen gituan kan dah 2 tahun
cerainya.” tanya ku dengan santainya.
“Iiihh, Mas
Andre ini pikiran nya..ya gimana lagi, palingan usaha sendiri”, jawabnya sambil tersipu malu.
“Masa… Ga
mungkin ga ada pria yang ga mau sama mbak, mbak seksi, kayak masih gadis” aku
coba mengeluarkan jurus awal. Tiba-tiba si kecil yang tidur pulas dipangkuan
Mbak Titin, nyaris terjatuh. sontak tangan ku menahannya dan tanpa sengaja
tangan kami bertemu.
Kami
terdiam sambil berpandangan, sejenak kemudian tangan nya ku remas kecil dan
Mbak Titin merespon sambil tersenyum. Tak lama kemudian dia menyandarkan
kepalanya di bahu ku, tapi aku mencoba untuk tenang, karena ‘diantara’ kami
masih ada si kecil yang lagi asik mimpi...
ya memang ruang gerak kami terbatas malam itu. Cukup lama kami berpandangan,
dan dibawah sorot lampu bis yang redup, ku beranikan mencium lembut bibir seksi
janda cantik itu.
“Ssshhh…
ahhh… Mas”, erangnya, saat lidah ku memasuki rongga mulutnya, sementara tangan
ku, walau agak sulit, karna si kecil tidur
dipangkuan kami berdua, tapi aku coba meremas lembut buah dada Mbak Titin.
“Terus mms…
enak….. ouhhhh”, tangan nya dimasukin aja mas, gak keliatan kok”, rengeknya
manja.
Adegan
pagut dan remas antara kami berlangsung 20 menitan dan terhenti saat kecil
terbangun.
“Mama…,
ngapain sama Om Andre” suara sikecil membuat kami segera menyudahi permainan fore
play ini dan terpaksa semuanya serba nanggung karna setelah itu sikecil malah
ga tidur lagi.
“Oya, ntar
di Solo tinggal dimana Mbak” tanya ku.
“Hotel Mas…
Napa? Mas mau nemenin kami…???”.
“Bisa kok
Mbak, ntar sekalian aku temenin Mbak belanjanya, biar gampang, dan nanti ngak usah cari hotel Mbak bisa tidur
dirumahku saja”.
“Ngak usah
nanti malah ngerpoti kamu Mas”.
“Ngak kok
Mbak aku tinggal diperumahan dan tinggal sendiri jadi ngak usah khawatir”,
Rupanya Mbak Titin setuju apa yang aku rencanakan tersebut.
Pukul 7
pagi akhirnya kami tiba di terminal tirtonadi Solo. Dan kami bertiga yang mirip
seperti Bapak-Ibu dan anak ini langsung memesan taksi, sesampai didaerah solo
baru sebuah kawasan perumahan dimana tempat tinggalku, akhirnya sesampai
dirumah kami kami bertiga langsung masuk kerumah.
“Nia, mau
mandi atau langsung bobo chayank?”
“Mandi aja,
Ma… Oya, ini rumah Om Andre ya Ma dan malam ini kita nginep dirumah Om Andre..?”
si yeyen kecil menanyaiku.
“Ya, biar
mama ada temen ngobrolnya.” jawab Mbak Titin sambil ngajak Nia ke kamar mandi
yang ada dalam kamar.
Di dalam
kamar mandi ternyata Mbak titin telah melepas pakaiannya dan hanya melilitkan
handuk di tubuh seksinya. Dengan posisi agak nungging, dengan telaten Mbak Tintin
menyabuni si Nia dan karena pintu kamar mandi yang terbuka, nampak jelas cd
item yang membalut pantat seksi itu. Seperti Mbak Titin sengaja memancing
naluriku, karena walau tau aku bisa ‘menikmati’ pemandangan tersebut, pintu
kamar mandi tidak ditutup barang sedikitpun. Tak lama kemudian, Nia yang telah
selesai mandi , berlari masuk ke dalam kamar.
“Gimana,
Nia udah seger belom?” godaku sambil mengedipkan mata ke arah Mbak Titin.
“Seger Om….
Om mau mandi??” Belum sempat ku jawab.
“Ya ntar Om
Mandi mandinya bareng mama, sekarang Nia bobo ya…” celetuk Mbak Titin sambil
tersenyum genit kearah ku.
Selagi Mbak
Titin menidurkan anaknya, aku langsung mandi dikamar mandi dan selesai mandi
aku langsung masuk kedalam kamarku dan didalam kamar aku melepas lilitan
handuku dan mengurut-urut batang penis
ku yang sudah tegang dari tadi membayangkan tubuh Mbak Titin yang hanya
ditutupi lilitan handuk saat memandikan anaknya.
Lagi
asiknya-asyiknya ngocok batang penisku ditempat tidur sambil membayabkan Mbak
Titin, tiba-tiba Mbak Titin nelonong masuk kedalam kamarku saat selesai
meniduri anaknya. Aku kanget bukan kepalang.
“Udah gak
sabar ya……Mas”, godanya sambil memandagi batang penisku yang sudah tegang.
“Haa… aaa…
Mbak…”, suaraku agak terbata-bata melihat Mbak Titin langsung masuk kedalam
kamarku dan menutup pintu.
Pagi itu
Mbak Titin hanya memakai daster satin yang sangat pendek dan seksi tanpa
memakai Bra dan Cd lagi didalam dasternya hingga tanpak jelas sekali kedua
puting susunya menjeplak keluar menempel diluar kain satin dasternya seperti
butiran kelereng. Tanpa mempedulikan kebengongan ku, Mbak Titin langsung
memelukku.
“Jangan
panggil Mbak dong. Titin aja”, rengeknya manja sambil melumat bibirku dan tangan
kirinya dengan lembut mengelus-elus batang penisku yang semakin tegang.
Aku sudah
dirasuki nafsu biarahi langsung membalas pagutan Titin dengan tatkala ganasnya.
Perlahan jilatan erotis Mbak Titin turun ke leher, perut… hingga sampe dibatang
penisku.
“Berpengalaman
sekali dia ini…”, pikirku.
Jilatan
yang diselingi sedotan, kuluman dibatang penisku hingga buah pelir ku itu
membuatku serasa terbang melayang-layang.
“Ohhhh…
Titin… nikkk… mat… teruss… isepppp” desahku menahan nikmatnya permainan oral janda
seksi ini sambil mengelus-elus rambutnya.
Sepulu menit
lamanya permainan dahsyat itu berlangsung hingga akhirnya aku merasa sesuatu
yang ingin keluar dari dalam batang penis ku.
“Akhh… hh…
aku keulu..aaarrr…”, erangku diikuti semprotan sperma ku dimulut Titin yang
langsung melahap semua sperma ku persis seperti anak kecil yang melahap permen
cup-cup sambil tersenyum ke arahku.
Setelah
suasana agak tenang, aku menarik tangan Titin untuk berdiri bersender ditembok
dan dalam posisi sejajar sambil memeluk erat tubuh sintal janda seksi ini, mulutku
langsung melumat mulut Titin sambil meremas-remas pantatnya yang padat. Titin
membalasnya dengan pagutan yang tatkala ganas sambil tangan nya mengenggam
penisku yang masih layu dan mengurut-urutnya. Dan dengan buasnya aku mengecup
dan menyedot dari leher terus merambat hingga ke menyedot kedua puting susunya
yang masih terhalang kain satin dasternya.
“Oohhh..Andreeee….
ahhkkhh”, erangnya tatkala mulutku mulai bermain di ujung putingnya susunya.
Tanpa
melepas lumatanku pada mulut Titin,
perlahan aku mulai mengangkat tubuh sintal tersebut dan duduk dipinggir tempat
tidur serta membuka lebar-lebar kedua pahanya yang putih mulus. Tanpa dikomando
aku langsung berlutut, mendekatkan wajahku menjilat bagian pahanya membuat Titin menggelinjang bak cacing kepanasan.
Jilatin ku terus merambat ke bibir vagina nya yang licin tanpa sehelai bulu pun
yang dicukur habis.
Sesaat
kemudian lidahku menjilati sambil menusuk-nusuk lubang vagina Titin, yang
membuatnya mengerang histeris.
“Andreeee…
sudah…. Andreeee… masukinn punyamu…. aku sudah ga tahan…. ayo sayang…”, pinta
nya dengan nafas memburu. Tak lama kemudian aku berdiri dan mulai
menggesek-gesekkan batang penis ku yang sudah tegang dan mengeras dibibir
vaginanya.
“Sudah….
say…. aku ga ta.. hann… sayangggg… masukin..”, rengek Titin dengan wajah sayu menahan gelora
nafsunya.
Perlahan
namun pasti batang penisku, ku masukkan menerobos vagina Titin yang masih
sempit walau sudah berstatus janda itu karena sudah dua tahun mungkin dia belum
pernah dimasuki oleh batang penis laki-laki.
“Pelan… pelan...dong
say.. sudah 2 tahun aku gak maen..”, pinta nya seraya memejamkan mata dan menggigit
bibirnya sendiri saat penisku mulai menerobos lorong nikmat itu.
Ku biarkan
batang penis ku tertanam di dalam vaginanya
dan membiarkan nya menikmati sensasi yang telah dua tahun tak dia rasakan.
Perlahan namun pasti aku mulai mengocok keluar masuk penisku kedalam vagina
janda muda ini. Untuk memberikan sensasi yang luar biasa, aku memompa vagina
Titin dengan formasi 10:1, yaitu 10 gerakan menusuk setengah vaginanya yang
diukuti dengan 1 gerakan full menusuk hingga menyentuh dinding rahimnya. Gerakan
ini ku selingi dengan menggerakkan pantatku dengan memuter sehingga membuat
Titin merasa vagina nya diubek-ubek.
Sungguh
nikmat yang tiada tara terlihat dari desisan-desisan yang diselingi kata-kata
kotor keluar dari mulutnya.
“Ouggghh….
kontolmu enak say… entot Titin terus say… nikmat” rintihnya sambil mengimbangi
gerakanku dengan memaju-mundurkan pantatnya.
Tiga puluh
menit berlalu, Titin sepertinya akan mencapai orgasmenya yang pertama. Tangan
nya dengan kuat mencengkram punggung ku seolah meminta sodokan yang lebih dalam
di vaginanya. Titin menganggkat pinggulnya tinggi-tinggi dan menggelinjang
hebat, sementara aku semakin cepat menghujam kan penisku di vaginanya.
“Ooouhhh….
aaahhhh…. hhh…”, erang Titin saat puncak kenikmatan itu dia dapatkan.. Sejenak
Mbak Titin kubiarkan menikmati multi orgasme yang baru saja dia dapatkan.
Tak lama
kemudian kami berganti posisi, tubuh Mbak Titin kusuruh menungging gaya dogye
style. Perlahan tangan ku membelai dan mengelus paha mulus Mbak Titin hingga
tangan ku menyentuh dan meremas lubang vaginanya dari belakang, membuat nafsu
birahinya bangkit kembali. Rangsangan ini ku lakukan hingga aku persis
berjongkok dibelakangnya. Apalagi setelah jilatan merambat naik ke vaginanya
dan mengobok-obok lubang vagina yang semakin menyemburkan aroma khas.
Tak cukup
sampai disitu, wajahku ku dekatkan kebelahan pantat montok itu dan mulai
mengecup dan menjilati belahan itu hingga akhirnya Mbak Titin seakan tersentak
kaget kala aku menjulurkan dan menjilati lubang pantatnya, sepertinya baru kali
ini bokong seksi dan lubang pantatnya dijilati.
“Ouhh….
aakhh… ssstt…. jorok say…. apa kamu lakukan… jilat vagina titin aja..”
celotehnya .
Sepuluh
menit berlalu, aku kemudian berdiri dan menarik pantat montok nan seksi itu
kebelakang dan penisku yang semakin tegang itu ku gosok-gosokan disekitar
lubang pantatnya.
“Ouh… ca…
kittt… say… jangan disitu, Titin lom pernah say…” rengeknya sambil menahan saat
terus perlahan kumasukan penisku kedalam lubang pantatnya sambil kuberi pelumas
hembody agar mudah masuk.
Setelah
sepenuhnya penisku tertelan didalam lubang pantatnya, ku diamkan beberapa saat
untuk beradaptasi seraya tangan ku meremas-remas buah dadanya yang masih
terhalang kain satin dasternya yang sengaja aku tidak membukanya dan menciumi
tengkuk hingga leher belakang dan sampai ke daun telinga nya.
“Nikk…
matt… say..”, hanya itu yang keluar dari mulut seksi Titin.
Merasa
cukup, aku mulai memaju mundurkan penis ku secara perlahan mengingat baru kali
ini lubang pantatnya dimasuki penis
laki-laki. Setelah beberapa gerakan kelihatan rasa sakit dan perih yang
dirasakannya tadi sudah berganti dengan rasa nikmat tiada tara. Perlahan Mbak
Titin mulai mengimbangi gerakan ku dengan goyangan saat penis ku semakin
memompa pantatnya, sambil tangan kananku mengobok-obok vagina nya yang
nganggur.
“Aahhh…
ooohhh… laur biasa say… nikmat…” Desah Titin menahan nikmatnya permainan
duniawi ini. 30 menit berlalu dan aku merasa puas mempermainkan anus Mbak
Titin, perlahan ku tarik penisku dan mengarahkan nya secara perlahan ke vagina,
dan memulai mengobok-obok vagina itu lagi. 20 menit kemudian aku merasa ada sesuatu
yang akan keluar dari penisku, hingga aku semakin mempercepat gerakan sodokan
ku yang semakin diimbangi Titin yang sepertinya juga akan mendapatkan orgamasme
keduanya. Diiringa lolongan panjang kami yang hampir bersamaan, secara
bersamaan pula cairan hangat dan kental dari dalam penisku dan vagina Titin
bertemu di lorong nikmat Titin
“Anghhh.....anghhhh”,
aku mendesah kenikmatan saat cairan spermaku meyemprot didalam lubang vaginanya
dan begitupun dengan Mbak Titin juga mendesah kenikmatan saat bersama-sama
mencapai orgasme.
Nikmatnya
tiada tara, sensasi yang tiada duanya. Tak lama berselang, aku menarik penisku dari
lubang vaginanya dan penisku aku gesek-gesekan kain satin dasternya yang licin
itu dan setelah itu aku mendekatkan nya ke mulut Mbak Tiitn yang langsung
dijilatinya hingga sisa-sisa sperma yang masih ada dipenisku dijalatinya dengan
rakus.
“Tak
kusangka mas sehebat ini.. baru kali ini aku merasa sepuas ini. Masih muda tapi
tenaganya luar biasa. Aku mau mas… aku mau kamu mas…” puji Mbak Titin padaku
dengan pancaran wajah penuh kepuasan tiada tara.
Sesaat
kemudian kami saling membersihkan diri satu dengan lainnya, sambil tentunya
sambil saling remas. Saat keluar dari kamar terihat Nia masih terdidur pulas, sepuas mama
nya yang baru saja ku ‘embat’. Setelah Nia bangun, kami bertiga malamnya
langsung jalan-jalan disekitar Solo Baru ke Mall hingga malam. Pukul 9 malam kami kembali
kerumah, namun kali ini sambil memandikan Nia, Mbak Titin tampaknya sekalian
mandi.. Saat keluar kamar mandi tanpa sungkan wanita sunda ini melepas
handuknya untuk selanjutnya mengenakan daster satin berwarna merah muda dan
sangat seksi yang tadi baru kami beli di salah satu Mall di kawasan solo baru.
“Mas..
mandi dulu gih..”, ungkapnya saat aku mendekatkan diri dan mengecup lembut
bibirnya yang langsung disambutnya.
“Iihh..
mama dan om Andre, ngapain..?” protes si kecil Nia saat kami sesaat berpagutan
didepan meja hias.
Setelah aku
selesai mandi, ku lihat Titin lagi meniduri si Nia dan tampaknya kedua ibu-anak
ini kecapean setalah jalan-jalan disekitar Solo Baru. Akhirnya ku biarkan Titin
tidur dan aku gak ngantuk sama sekali mencoba mengisi waktu dengan menyaksikan
live liga Inggris. Jam 12 malam lebih
saat tayangan bola rampung, perlahan aku mendekati Titin dan mulai
membelai-belai betis indah janda muda itu dari balik daster tipisnya hingga
nyampe pangkal pahanya. Ketika tanganku mulai mengusap-usap vagina, Titin
terbangun. Ku ajak dia pindah kekamar belakang dimana kamar itu tadi pagi
tempat kita pakai untuk berlomba mencari kepuasan.
Dengan
hanya menggunakan daster satin merah muda tanpa Bra dan Cd lagi didalamnya,
tubuh seksinya itu ku bopong dan ku angkat pindah kekamar belakang dan kulentang
kan di ranjang, agar kami lebih leluasa dan si Nia kecil bisa tidur tenang.
Sambil menindih tubuh Mbak Titin, ku remas dan kecup puting susunya yang
menjeplak dikain satin itu.
“Aahhh….
mas…”, erangnya manja.
Jilatan ku
terus merambah menikmati inci per inci tubuh seksi itu hingga sampe di gundukan
nikmat tanpa sehelai rambut pun. Hampir 20 menit lidah ku bermain dibagian
sensitive itu, hingga akhirnya.
“Ayo dong
mas… cepeten masukin… dah ga tahan nih…”, Perlahan kusapukan penis ku di vagina
mungil itu.
kelihatan
sekali Titin menahan napas sambil memejamkan mata nya dengan sayu dan menggigit
bibir bawahnya. Akhirnya burung ku masuk ‘sarang’. Ku pertahankan posisi itu
beberapa saat, dan setelah agak tenang aku mulai menyodok perlahan vagina yang
semakin basah itu. Erangan dan desahan nikmat yang keluar dari mulut seksi
janda sintal ini, menandakan dia sangat menikmati permainan duniawi ini.
Tanpa malu
dia mendesah, mengerang bahkan diselingi kata-kata kotor yang membangkitkan
gairah. Suara desahanya semakin keras terdengar seakan tidak memperdulikan
keberadaan putrinya si kecil yang lagi tidur pulas. 25 menit-an kami
‘bertempur’ dalam posisi konvensional itu, perlahan ku angkat tubuh Mbak Titin
hingga kini dia posisinya diatas. Posisi yang nikmat, karna selain menikmati vaginanya
aku juga bisa dengan leluasa meremas, mencium dan sesekali mengulum puting
susunya yang masih terhalang kain satin dasternya yang ber-ayun dengan indah.
Terlihat kain
satin dasternya yang sangat licinya dan gilapnya saat terkena sinar lampu yang
dipakainya dan membaatku semaking bernafsu dan baru 15 menit,tiba-tiba tubuh Mbak Titin
mengejang diikuti lenguhan panjang.
“Aaaacchh….
aauugghh… Andreeeee...aakku.. kkeelluaa.. aa.. rr…” Tak lama Titin
menghempaskan tubuhnya di dada ku, seraya mulut kami berpagutan mesra. 5 menit
lama nya ku biarkan dia menikmati orgasme nya.
Beberapa
saat, karna aku belum apa-apa, aku minta Titin menungging karna aku pengen
menikmati nya dengan posisi dogstyle.. Dalam posisi nungging keliatan jelas
pantat indah janda kota kembang ini.. Perlahan ku kecup dan jilati belahan
pantat seksi itu. Secara perlahan jilatan ku sampe ke vagina mungilnya, Titin
menggelinjang dan menggelengkan-gelengkan kepalanya menahan nikmat.
Perlahan
penis ku yang sudah tegang ku gosok-gosokkan dari lubang vaginanya hingga
menyentuh lubang pantatnya dari arah vagina hingga lubang pantatnya. Dan karena
tak tega menyaksikan Titin semakin meracau dan merengek minta segera di
’suntik’, secara perlahan ku arahkan penis ku ke liang senggama nya yang licin
oleh cairan vagina nya.
“Aauhh…
ahh….. lebih dalam Mass.. sss.. Ande.. reeee..”, pinta Mbak Titin dalam erangan
dan desahan nikmat nya tanpa mempedulikan sikecil lagi tidur pulas, antara
kesakitan atau menahan nikmat.
30 menit
berlalu, aku merasa ada sesuatu yang akan keluar dari ujung penis ku. Agar
lebih nikmat, ku putar tubuh sintal janda kembang ini tanpa mencabut penis ku
hingga kami kembali paad posisi konvesional.
“Ti…
tiiinn.. aku mau keluar” erang ku mencoba menahan muntahan lahar nikmat yang
semakin mendesak ini.
“Ntar..
Masss.. ss.. tahann… kita bareng…lagi seperti tadi pagi” Erangnya dengan mata
terpejam seraya menggigit kedua bibirnya menahan genjotan ku yang semakin
kencang di vaginanya.. Kedua tangan nya mencengkram punggung ku, dan dadanya
diangkat membusung, seluruh badannya tegang mengencang, diikuti dengan lenguhan
panjang kami berdua.
“Aaanghhh….
aaauuggghh…”, cairan spermaku dan sperma nya akhirnya bertemu di lorong
kenikmatan itu sementara bibir kami berpagut mesra dan tangan kanan ku meremas
payudara nya yang mengecang saat kami orgasme bareng tadi.
Sambil
menikmati sisa-sisa kenikmatan itu, kami masih berciuman mesra sambil berpelukan
mesra, sementara penisku masih ‘tertanam’ di dalam vaginanya. Mbak Titin dengan wajahnya yang penuh kepuasan
sejati, mengedipkan matanya seraya melihat ke arah kedua mataku. Aku pun
menghempaskan tubuh ku disampingnya, dan saat penis ku akan ku cabut.
“Nggak usah
Mas.. biarin aja dulu di dalem..”, rengeknya manja dan segera ku hadiahi ciuman
mesra di keningnya.
“Mas aku
sangat puas sekali bisa berhubungan badan seperti ini”.
“Iya Tititn
sayang aku juga sangat puas dan aku suka kalau kamu main denganku pakai daster
seperti ini karena aku sangat bernafsu kalau kamu pakai daster satin warna pink
ini”, Mbak Titin hanya tersenyum dan kembali kami saling berlumatan.
Hari
berikutnya selama Mbak Titin dan Nia anak tinggal diSolo, kami terus melakukan
hubungan seks ini, dengan berbagai variasi dan teknik yang lebih mesra.. bahkan
kadang kami melakukan nya di kamar mandi saat mandi.. Malahan kami tak peduli
lagi dengan keberadaan Nia. Titin juga tak segan mengoral penis ku dihadapan Anaknya
dengan kain satin dasrenya.
Semenjak itu
aku kami sama-sama ketagihan untuk mengulangi dan mengulangi permainan yang
sama dengan janda beranak satu itu.