Selasa, 09 Juni 2020

CERITA SEKS


Kenikmatan Seks Dengan Seorang Janda Beranak Satu

Berawal ketika aku berada diterminal bis di kota jakarta sambil menunggu bis yang aku tumpangi ke arah solo baru berangkat sekitar jam 3. Saat sedang asyik duduk menunggu sambil bermain handphone, tiba-tiba ada seorang anak kecil berusia 3 tahunan terjatuh didepanku, sontak tangan ku menarik si gadis kecil itu.
”Makasih Mas, maklum anak kecil kerja nya lari-lari mulu” ungkap seorang wanita setengah baya seraya mengumbar senyum manisnya.


Akhirnya kami berkenalan dan dia bernama Mbak Titin. Diusianya yang sudah bekepala empat, tapi masih memiliki wajah seperti seorang gadis muda dan bentuk tubuh yang langsing dibarengi pinggul seksi membuat ku terpaku sejenak memandanginya.
“Maaf, boleh aku duduk disini” suara Mbak Titin dengan logat sundanya yang khas memecah keheninganku.

“Mongo Mbak,” balas ku sambil menggeser pantat ku dibangku ruang tunggu bis antar kota.
“Mau kemana mbak”, aku coba membuka pembicaraan.
“Aku… mau kesolo Mas”.
“Lah Mas sendiri mau kemana?”, pandangan ku melirik kearah buah dadanya yang belahan nya jelas dari kaos lumayan ketat yang dipakainya.
“Aku mau kesolo juga“.
“Jangan-jangan kita satu Bis”, begitu tiket kami sama-sama cek ternyata kita satu bis dan satu deret kursi yang sama.
Dalam hatiku kebetulan sekali kok bisa satu bis dan satu deret kursi yang sama. Ya sayangnya, ada dikecil.
“Aku Andre Mbak” ucapku sambil mengulurkan tangan yang langsung disambutnya dengan ramah.

“Kalo gitu aku manggilnya mas Andre saja ya, lebih enak kedengarannya” ungkap si mbak dengan kembali mengumbar senyum manisnya.
Akhirnya Bis yang membawa kami kesolo berangkat tepat pada puluk 3 sore dan selama diperjalanan kamu bertiga asyik bercekraman layaknya seorang suami istri dan anak dan selama kami bercerita ternyata Mbak Titin seorang  janda muda yang ditinggal cerai suami sejak 2 thn lalu. Untuk menyambung hidup dia berjualan pakaian dan perhiasan yang semua dibeli dari Solo. Rencananya di Solo dia akan tinggal selama  2-3 hari.
Didalam Bis aku memeangku si kecil , sehingga Mbak Titin makin respek padaku. Tak terasa, waktu terus berjaan, suasana bis begitu hening, ketika waktu menunjukkan pukul 11 malam. Si kecil  dan para penumpang lain pun sudah terlelap dalam tidur. Sedangkan aku dan Mbak Titin masih asyik dalam obrolan kami, yang sekali-kali berbau ha-hal sedikit jorok, apalagi dengan tawa genitnya Mbak Titin sesekali mencubit mesra pinggangku.
Suasana makin mendukung karna kami duduk dibangku urutan kelima dari depan dan kebetulan lagi bangku didepan,belakang dan samping kami kosong semua.
“Oh ya mbak, boleh tanya ga nih, gimana dong seandainya pengen gituan kan dah 2 tahun cerainya.” tanya ku dengan santainya.
“Iiihh, Mas Andre ini pikiran nya..ya gimana lagi, palingan usaha sendiri”,  jawabnya sambil tersipu malu.
“Masa… Ga mungkin ga ada pria yang ga mau sama mbak, mbak seksi, kayak masih gadis” aku coba mengeluarkan jurus awal. Tiba-tiba si kecil yang tidur pulas dipangkuan Mbak Titin, nyaris terjatuh. sontak tangan ku menahannya dan tanpa sengaja tangan kami bertemu.
Kami terdiam sambil berpandangan, sejenak kemudian tangan nya ku remas kecil dan Mbak Titin merespon sambil tersenyum. Tak lama kemudian dia menyandarkan kepalanya di bahu ku, tapi aku mencoba untuk tenang, karena ‘diantara’ kami masih ada si kecil  yang lagi asik mimpi... ya memang ruang gerak kami terbatas malam itu. Cukup lama kami berpandangan, dan dibawah sorot lampu bis yang redup, ku beranikan mencium lembut bibir seksi janda cantik itu.

“Ssshhh… ahhh… Mas”, erangnya, saat lidah ku memasuki rongga mulutnya, sementara tangan ku, walau agak sulit, karna si kecil  tidur dipangkuan kami berdua, tapi aku coba meremas lembut buah dada Mbak Titin.
“Terus mms… enak….. ouhhhh”, tangan nya dimasukin aja mas, gak keliatan kok”, rengeknya manja.
Adegan pagut dan remas antara kami berlangsung 20 menitan dan terhenti saat kecil terbangun.
“Mama…, ngapain sama Om Andre” suara sikecil  membuat kami segera menyudahi permainan fore play ini dan terpaksa semuanya serba nanggung karna setelah itu sikecil malah ga tidur lagi.
“Oya, ntar di Solo tinggal dimana Mbak” tanya ku.
“Hotel Mas… Napa? Mas mau nemenin kami…???”.
“Bisa kok Mbak, ntar sekalian aku temenin Mbak belanjanya, biar gampang,  dan nanti ngak usah cari hotel Mbak bisa tidur dirumahku saja”.
“Ngak usah nanti malah ngerpoti kamu Mas”.
“Ngak kok Mbak aku tinggal diperumahan dan tinggal sendiri jadi ngak usah khawatir”, Rupanya Mbak Titin setuju apa yang aku rencanakan tersebut.
Pukul 7 pagi akhirnya kami tiba di terminal tirtonadi Solo. Dan kami bertiga yang mirip seperti Bapak-Ibu dan anak ini langsung memesan taksi, sesampai didaerah solo baru sebuah kawasan perumahan dimana tempat tinggalku, akhirnya sesampai dirumah kami kami bertiga langsung masuk kerumah.
“Nia, mau mandi atau langsung bobo chayank?”
“Mandi aja, Ma… Oya, ini rumah Om Andre ya Ma dan malam ini kita nginep dirumah Om Andre..?” si yeyen kecil menanyaiku.
“Ya, biar mama ada temen ngobrolnya.” jawab Mbak Titin sambil ngajak Nia ke kamar mandi yang ada dalam kamar.
Di dalam kamar mandi ternyata Mbak titin telah melepas pakaiannya dan hanya melilitkan handuk di tubuh seksinya. Dengan posisi agak nungging, dengan telaten Mbak Tintin menyabuni si Nia dan karena pintu kamar mandi yang terbuka, nampak jelas cd item yang membalut pantat seksi itu. Seperti Mbak Titin sengaja memancing naluriku, karena walau tau aku bisa ‘menikmati’ pemandangan tersebut, pintu kamar mandi tidak ditutup barang sedikitpun. Tak lama kemudian, Nia yang telah selesai mandi , berlari masuk ke dalam kamar.
“Gimana, Nia udah seger belom?” godaku sambil mengedipkan mata ke arah Mbak Titin.
“Seger Om…. Om mau mandi??” Belum sempat ku jawab.
“Ya ntar Om Mandi mandinya bareng mama, sekarang Nia bobo ya…” celetuk Mbak Titin sambil tersenyum genit kearah ku.
Selagi Mbak Titin menidurkan anaknya, aku langsung mandi dikamar mandi dan selesai mandi aku langsung masuk kedalam kamarku dan didalam kamar aku melepas lilitan handuku dan mengurut-urut batang  penis ku yang sudah tegang dari tadi membayangkan tubuh Mbak Titin yang hanya ditutupi lilitan handuk saat memandikan anaknya.
Lagi asiknya-asyiknya ngocok batang penisku ditempat tidur sambil membayabkan Mbak Titin, tiba-tiba Mbak Titin nelonong masuk kedalam kamarku saat selesai meniduri anaknya. Aku kanget bukan kepalang.


“Udah gak sabar ya……Mas”, godanya sambil memandagi batang penisku yang sudah tegang.
“Haa… aaa… Mbak…”, suaraku agak terbata-bata melihat Mbak Titin langsung masuk kedalam kamarku dan menutup pintu.
Pagi itu Mbak Titin hanya memakai daster satin yang sangat pendek dan seksi tanpa memakai Bra dan Cd lagi didalam dasternya hingga tanpak jelas sekali kedua puting susunya menjeplak keluar menempel diluar kain satin dasternya seperti butiran kelereng. Tanpa mempedulikan kebengongan ku, Mbak Titin langsung memelukku.
“Jangan panggil Mbak dong. Titin aja”, rengeknya manja sambil melumat bibirku dan tangan kirinya dengan lembut mengelus-elus batang penisku yang semakin tegang.
Aku sudah dirasuki nafsu biarahi langsung membalas pagutan Titin dengan tatkala ganasnya. Perlahan jilatan erotis Mbak Titin turun ke leher, perut… hingga sampe dibatang penisku.
“Berpengalaman sekali dia ini…”, pikirku.
Jilatan yang diselingi sedotan, kuluman dibatang penisku hingga buah pelir ku itu membuatku serasa terbang melayang-layang.
“Ohhhh… Titin… nikkk… mat… teruss… isepppp” desahku menahan nikmatnya permainan oral janda seksi ini sambil mengelus-elus rambutnya.
Sepulu menit lamanya permainan dahsyat itu berlangsung hingga akhirnya aku merasa sesuatu yang ingin keluar dari dalam batang penis ku.
“Akhh… hh… aku keulu..aaarrr…”, erangku diikuti semprotan sperma ku dimulut Titin yang langsung melahap semua sperma ku persis seperti anak kecil yang melahap permen cup-cup sambil tersenyum ke arahku.
Setelah suasana agak tenang, aku menarik tangan Titin untuk berdiri bersender ditembok dan dalam posisi sejajar sambil memeluk erat tubuh sintal janda seksi ini, mulutku langsung melumat mulut Titin sambil meremas-remas pantatnya yang padat. Titin membalasnya dengan pagutan yang tatkala ganas sambil tangan nya mengenggam penisku yang masih layu dan mengurut-urutnya. Dan dengan buasnya aku mengecup dan menyedot dari leher terus merambat hingga ke menyedot kedua puting susunya yang masih terhalang kain satin dasternya.
“Oohhh..Andreeee…. ahhkkhh”, erangnya tatkala mulutku mulai bermain di ujung putingnya susunya.
Tanpa melepas lumatanku  pada mulut Titin, perlahan aku mulai mengangkat tubuh sintal tersebut dan duduk dipinggir tempat tidur serta membuka lebar-lebar kedua pahanya yang putih mulus. Tanpa dikomando aku langsung berlutut, mendekatkan wajahku menjilat bagian pahanya  membuat Titin menggelinjang bak cacing kepanasan. Jilatin ku terus merambat ke bibir vagina nya yang licin tanpa sehelai bulu pun yang dicukur habis.
Sesaat kemudian lidahku menjilati sambil menusuk-nusuk lubang vagina Titin, yang membuatnya mengerang histeris.
“Andreeee… sudah…. Andreeee… masukinn punyamu…. aku sudah ga tahan…. ayo sayang…”, pinta nya dengan nafas memburu. Tak lama kemudian aku berdiri dan mulai menggesek-gesekkan batang penis ku yang sudah tegang dan mengeras dibibir vaginanya.
“Sudah…. say…. aku ga ta.. hann… sayangggg… masukin..”,  rengek Titin dengan wajah sayu menahan gelora nafsunya.
Perlahan namun pasti batang penisku, ku masukkan menerobos vagina Titin yang masih sempit walau sudah berstatus janda itu karena sudah dua tahun mungkin dia belum pernah dimasuki oleh batang penis laki-laki.
“Pelan… pelan...dong say.. sudah 2 tahun aku gak maen..”,  pinta nya seraya memejamkan mata dan menggigit bibirnya sendiri saat penisku mulai menerobos lorong nikmat itu.
Ku biarkan batang  penis ku tertanam di dalam vaginanya dan membiarkan nya menikmati sensasi yang telah dua tahun tak dia rasakan. Perlahan namun pasti aku mulai mengocok keluar masuk penisku kedalam vagina janda muda ini. Untuk memberikan sensasi yang luar biasa, aku memompa vagina Titin dengan formasi 10:1, yaitu 10 gerakan menusuk setengah vaginanya yang diukuti dengan 1 gerakan full menusuk hingga menyentuh dinding rahimnya. Gerakan ini ku selingi dengan menggerakkan pantatku dengan memuter sehingga membuat Titin merasa vagina nya diubek-ubek.
Sungguh nikmat yang tiada tara terlihat dari desisan-desisan yang diselingi kata-kata kotor keluar dari mulutnya.
“Ouggghh…. kontolmu enak say… entot Titin terus say… nikmat” rintihnya sambil mengimbangi gerakanku dengan memaju-mundurkan pantatnya.
Tiga puluh menit berlalu, Titin sepertinya akan mencapai orgasmenya yang pertama. Tangan nya dengan kuat mencengkram punggung ku seolah meminta sodokan yang lebih dalam di vaginanya. Titin menganggkat pinggulnya tinggi-tinggi dan menggelinjang hebat, sementara aku semakin cepat menghujam kan penisku di vaginanya.
“Ooouhhh…. aaahhhh…. hhh…”, erang Titin saat puncak kenikmatan itu dia dapatkan.. Sejenak Mbak Titin kubiarkan menikmati multi orgasme yang baru saja dia dapatkan.
Tak lama kemudian kami berganti posisi, tubuh Mbak Titin kusuruh menungging gaya dogye style. Perlahan tangan ku membelai dan mengelus paha mulus Mbak Titin hingga tangan ku menyentuh dan meremas lubang vaginanya dari belakang, membuat nafsu birahinya bangkit kembali. Rangsangan ini ku lakukan hingga aku persis berjongkok dibelakangnya. Apalagi setelah jilatan merambat naik ke vaginanya dan mengobok-obok lubang vagina yang semakin menyemburkan aroma khas.
Tak cukup sampai disitu, wajahku ku dekatkan kebelahan pantat montok itu dan mulai mengecup dan menjilati belahan itu hingga akhirnya Mbak Titin seakan tersentak kaget kala aku menjulurkan dan menjilati lubang pantatnya, sepertinya baru kali ini bokong seksi dan lubang pantatnya dijilati.
“Ouhh…. aakhh… ssstt…. jorok say…. apa kamu lakukan… jilat vagina titin aja..” celotehnya .
Sepuluh menit berlalu, aku kemudian berdiri dan menarik pantat montok nan seksi itu kebelakang dan penisku yang semakin tegang itu ku gosok-gosokan disekitar lubang pantatnya.
“Ouh… ca… kittt… say… jangan disitu, Titin lom pernah say…” rengeknya sambil menahan saat terus perlahan kumasukan penisku kedalam lubang pantatnya sambil kuberi pelumas hembody agar mudah masuk.
Setelah sepenuhnya penisku tertelan didalam lubang pantatnya, ku diamkan beberapa saat untuk beradaptasi seraya tangan ku meremas-remas buah dadanya yang masih terhalang kain satin dasternya yang sengaja aku tidak membukanya dan menciumi tengkuk hingga leher belakang dan sampai ke daun telinga nya.
“Nikk… matt… say..”, hanya itu yang keluar dari mulut seksi Titin.
Merasa cukup, aku mulai memaju mundurkan penis ku secara perlahan mengingat baru kali ini lubang pantatnya  dimasuki penis laki-laki. Setelah beberapa gerakan kelihatan rasa sakit dan perih yang dirasakannya tadi sudah berganti dengan rasa nikmat tiada tara. Perlahan Mbak Titin mulai mengimbangi gerakan ku dengan goyangan saat penis ku semakin memompa pantatnya, sambil tangan kananku mengobok-obok vagina nya yang nganggur.
“Aahhh… ooohhh… laur biasa say… nikmat…” Desah Titin menahan nikmatnya permainan duniawi ini. 30 menit berlalu dan aku merasa puas mempermainkan anus Mbak Titin, perlahan ku tarik penisku dan mengarahkan nya secara perlahan ke vagina, dan memulai mengobok-obok vagina itu lagi. 20 menit kemudian aku merasa ada sesuatu yang akan keluar dari penisku, hingga aku semakin mempercepat gerakan sodokan ku yang semakin diimbangi Titin yang sepertinya juga akan mendapatkan orgamasme keduanya. Diiringa lolongan panjang kami yang hampir bersamaan, secara bersamaan pula cairan hangat dan kental dari dalam penisku dan vagina Titin bertemu di lorong nikmat Titin
“Anghhh.....anghhhh”, aku mendesah kenikmatan saat cairan spermaku meyemprot didalam lubang vaginanya dan begitupun dengan Mbak Titin juga mendesah kenikmatan saat bersama-sama mencapai orgasme.
Nikmatnya tiada tara, sensasi yang tiada duanya. Tak lama berselang, aku menarik penisku dari lubang vaginanya dan penisku aku gesek-gesekan kain satin dasternya yang licin itu dan setelah itu aku mendekatkan nya ke mulut Mbak Tiitn yang langsung dijilatinya hingga sisa-sisa sperma yang masih ada dipenisku dijalatinya dengan rakus.
“Tak kusangka mas sehebat ini.. baru kali ini aku merasa sepuas ini. Masih muda tapi tenaganya luar biasa. Aku mau mas… aku mau kamu mas…” puji Mbak Titin padaku dengan pancaran wajah penuh kepuasan tiada tara.
Sesaat kemudian kami saling membersihkan diri satu dengan lainnya, sambil tentunya sambil saling remas. Saat keluar dari kamar  terihat Nia masih terdidur pulas, sepuas mama nya yang baru saja ku ‘embat’. Setelah Nia bangun, kami bertiga malamnya langsung jalan-jalan disekitar Solo Baru ke Mall  hingga malam. Pukul 9 malam kami kembali kerumah, namun kali ini sambil memandikan Nia, Mbak Titin tampaknya sekalian mandi.. Saat keluar kamar mandi tanpa sungkan wanita sunda ini melepas handuknya untuk selanjutnya mengenakan daster satin berwarna merah muda dan sangat seksi yang tadi baru kami beli di salah satu Mall di kawasan solo baru.
“Mas.. mandi dulu gih..”, ungkapnya saat aku mendekatkan diri dan mengecup lembut bibirnya yang langsung disambutnya.
“Iihh.. mama dan om Andre, ngapain..?” protes si kecil Nia saat kami sesaat berpagutan didepan meja hias.
Setelah aku selesai mandi, ku lihat Titin lagi meniduri si Nia dan tampaknya kedua ibu-anak ini kecapean setalah jalan-jalan disekitar Solo Baru. Akhirnya ku biarkan Titin tidur dan aku gak ngantuk sama sekali mencoba mengisi waktu dengan menyaksikan live liga Inggris.  Jam 12 malam lebih saat tayangan bola rampung, perlahan aku mendekati Titin dan mulai membelai-belai betis indah janda muda itu dari balik daster tipisnya hingga nyampe pangkal pahanya. Ketika tanganku mulai mengusap-usap vagina, Titin terbangun. Ku ajak dia pindah kekamar belakang dimana kamar itu tadi pagi tempat kita pakai untuk berlomba mencari kepuasan.

Dengan hanya menggunakan daster satin merah muda tanpa Bra dan Cd lagi didalamnya, tubuh seksinya itu ku bopong dan ku angkat pindah kekamar belakang dan kulentang kan di ranjang, agar kami lebih leluasa dan si Nia kecil bisa tidur tenang. Sambil menindih tubuh Mbak Titin, ku remas dan kecup puting susunya yang menjeplak dikain satin itu.
“Aahhh…. mas…”, erangnya manja.

Jilatan ku terus merambah menikmati inci per inci tubuh seksi itu hingga sampe di gundukan nikmat tanpa sehelai rambut pun. Hampir 20 menit lidah ku bermain dibagian sensitive itu, hingga akhirnya.

“Ayo dong mas… cepeten masukin… dah ga tahan nih…”, Perlahan kusapukan penis ku di vagina mungil itu.

kelihatan sekali Titin menahan napas sambil memejamkan mata nya dengan sayu dan menggigit bibir bawahnya. Akhirnya burung ku masuk ‘sarang’. Ku pertahankan posisi itu beberapa saat, dan setelah agak tenang aku mulai menyodok perlahan vagina yang semakin basah itu. Erangan dan desahan nikmat yang keluar dari mulut seksi janda sintal ini, menandakan dia sangat menikmati permainan duniawi ini.

Tanpa malu dia mendesah, mengerang bahkan diselingi kata-kata kotor yang membangkitkan gairah. Suara desahanya semakin keras terdengar seakan tidak memperdulikan keberadaan putrinya si kecil yang lagi tidur pulas. 25 menit-an kami ‘bertempur’ dalam posisi konvensional itu, perlahan ku angkat tubuh Mbak Titin hingga kini dia posisinya diatas. Posisi yang nikmat, karna selain menikmati vaginanya aku juga bisa dengan leluasa meremas, mencium dan sesekali mengulum puting susunya yang masih terhalang kain satin dasternya yang ber-ayun dengan indah.
Terlihat kain satin dasternya yang sangat licinya dan gilapnya saat terkena sinar lampu yang dipakainya dan membaatku semaking bernafsu dan  baru 15 menit,tiba-tiba tubuh Mbak Titin mengejang diikuti lenguhan panjang.

“Aaaacchh…. aauugghh… Andreeeee...aakku.. kkeelluaa.. aa.. rr…” Tak lama Titin menghempaskan tubuhnya di dada ku, seraya mulut kami berpagutan mesra. 5 menit lama nya ku biarkan dia menikmati orgasme nya.
Beberapa saat, karna aku belum apa-apa, aku minta Titin menungging karna aku pengen menikmati nya dengan posisi dogstyle.. Dalam posisi nungging keliatan jelas pantat indah janda kota kembang ini.. Perlahan ku kecup dan jilati belahan pantat seksi itu. Secara perlahan jilatan ku sampe ke vagina mungilnya, Titin menggelinjang dan menggelengkan-gelengkan kepalanya menahan nikmat.

Perlahan penis ku yang sudah tegang ku gosok-gosokkan dari lubang vaginanya hingga menyentuh lubang pantatnya dari arah vagina hingga lubang pantatnya. Dan karena tak tega menyaksikan Titin semakin meracau dan merengek minta segera di ’suntik’, secara perlahan ku arahkan penis ku ke liang senggama nya yang licin oleh cairan vagina nya.
“Aauhh… ahh….. lebih dalam Mass.. sss.. Ande.. reeee..”, pinta Mbak Titin dalam erangan dan desahan nikmat nya tanpa mempedulikan sikecil lagi tidur pulas, antara kesakitan atau menahan nikmat.

30 menit berlalu, aku merasa ada sesuatu yang akan keluar dari ujung penis ku. Agar lebih nikmat, ku putar tubuh sintal janda kembang ini tanpa mencabut penis ku hingga kami kembali paad posisi konvesional.
“Ti… tiiinn.. aku mau keluar” erang ku mencoba menahan muntahan lahar nikmat yang semakin mendesak ini.
“Ntar.. Masss.. ss.. tahann… kita bareng…lagi seperti tadi pagi” Erangnya dengan mata terpejam seraya menggigit kedua bibirnya menahan genjotan ku yang semakin kencang di vaginanya.. Kedua tangan nya mencengkram punggung ku, dan dadanya diangkat membusung, seluruh badannya tegang mengencang, diikuti dengan lenguhan panjang kami berdua.
“Aaanghhh…. aaauuggghh…”, cairan spermaku dan sperma nya akhirnya bertemu di lorong kenikmatan itu sementara bibir kami berpagut mesra dan tangan kanan ku meremas payudara nya yang mengecang saat kami orgasme bareng tadi.
Sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan itu, kami masih berciuman mesra sambil berpelukan mesra, sementara penisku masih ‘tertanam’ di dalam vaginanya.  Mbak Titin dengan wajahnya yang penuh kepuasan sejati, mengedipkan matanya seraya melihat ke arah kedua mataku. Aku pun menghempaskan tubuh ku disampingnya, dan saat penis ku akan ku cabut.

“Nggak usah Mas.. biarin aja dulu di dalem..”, rengeknya manja dan segera ku hadiahi ciuman mesra di keningnya.
“Mas aku sangat puas sekali bisa berhubungan badan seperti ini”.
“Iya Tititn sayang aku juga sangat puas dan aku suka kalau kamu main denganku pakai daster seperti ini karena aku sangat bernafsu kalau kamu pakai daster satin warna pink ini”, Mbak Titin hanya tersenyum dan kembali kami saling berlumatan.
Hari berikutnya selama Mbak Titin dan Nia anak tinggal diSolo, kami terus melakukan hubungan seks ini, dengan berbagai variasi dan teknik yang lebih mesra.. bahkan kadang kami melakukan nya di kamar mandi saat mandi.. Malahan kami tak peduli lagi dengan keberadaan Nia. Titin juga tak segan mengoral penis ku dihadapan Anaknya dengan kain satin dasrenya.

Semenjak itu aku kami sama-sama ketagihan untuk mengulangi dan mengulangi permainan yang sama dengan janda beranak satu itu.