KENIKMATAN BERSAMA
DENGAN ANDRE KEPONAKAN SUAMIKU
Nama Linda dan sumiku bernama Randy dan sudah tiga tahun kami menikah tapi kami belum dikaruniai seorang anak satu pun, Apalagi semenjak suamiku pergi berlayar kami hanya bertemu tiga kali dalam setahun. Selama suamiku berlayar aku ditemani keponakan suamiku yang bernama Andre.
Andre seorang
mahasiswa dan selama kuliah, suamiku menyuruh Andre tinggal dirumah sekalian
buat menemaniku untuk ada teman bicara bila dirumah. Setiap malam bila Andre
sedang santai kami sering ngobrol-ngobrol diruang tengah.
Hari demi
hari masuk bulan kedua, kulihat sikap Andre kepadaku mulai berubah dia suka
sekali melihat aku memakai daster terutama bila aku memakai daster berbahan
satin. Andre selalu salah tingkah. Dirumah aku memamang suka memakai pakaian
seperti daster yang longgar karena sudah kebiasaanku.
Suatu sore,
sepulang dari kampus, Andre lupa membawa kunci rumah dan Andre mengetuk pintu
cukup lama tetapi aku tidak mendengarnya karena aku sedang di kamar mandi.
Ketika keluar dari kamar mandi, baru samar-samar aku mendengar ketukan pintu.
Siapa, pikirku sambil segera mengenakan kimono dari bahan satin yang pendek,
sekitar 15 cm diatas lutut. Aku membukakan pintu. Andre terlihat bengong tanpa
berkedip sekalipun melihat kondisi aku yang baru selesai mandi dan rambutku
tergerai sebahu.
Karena
kimonoku pendek, maka paha dan betis ku tampak dengan jelas. Kulitku kelihatan
licin, dihiasi oleh rambut-rambut halus yang pendek. Pinggulku besar melebar.
Pinggangku kelihatan ramping. Sementara kimono yang menutupi dadaku belum
sempat kuikat secara sempurna, menyebabkan belahan dadaku yang montok itu
menyembul di belahan baju, apalagi puting susuku jelas sekali menonjol keluar
menenpel dikain satin kimonoku.
Aku belum
sempat mengenakan bra. Leherku jenjang dengan beberapa helai rambut terjuntai.
Sementara bau harum sabun mandi terpancar dari tubuhku. Dari samping dadaku
begitu menonjol dari balik kimonoku. Begitu pintu aku buka, Andre lalu berjalan
mengikutiku menuju ruang makan. Pasti dia memperhatikan gerak tubuhku dari
belakang. Pinggulku yang besar itu meliuk ke kiri-kanan mengimbangi
langkah-langkah kakiku.
“Maaf Mbak
Linda, Andre lupa bawa kunci. Mbak terganggu mandinya ya”, katanya.
“Udah selesai
kok Andre”, jawabku.
Andre duduk di
meja makan. Aku mengambilkan teh untuknya dan kemudian masuk ke kamar dan
mengganti kimonoku dengan daster. Tak lama kemudian aku keluar hanya mengenakan
daster satin berbahan licin, tonjolan dadaku membusung. Aku tidak mengenakan
bra, sehingga kedua puting susuku tampak jelas sekali tercetak diluar kain
satin dasterku.
Aku mengambil
toples berisi kue dari lemari makan. Pada posisi membelakanginya, pasti Andre
menatap tubuhku dari belakang apalagi aku pakai daster satin. Akhirnya Kita ngobrol ngalor ngidul soal macem-macem.
Kedua mata Andre menatapku dari dekat tanpa rasa risih. Aku tidak menyadari
bahwa belahan daster di dadaku mempertontonkan susuku yang montok kala agak
merunduk. Akhirnya pembicaraan sedikit menyerempet soal seks.
“Mbak, selama
ditinggal sama Om Randy berlayar apa Mbak ngak kesepian”, kataku tanpa basa
basi
Aku hanya tertunduk
malu, mendengar Andre berkata seperti itu.
“Kok diam
Mbak, kalau iya Andre ngak papa kok, sekedar hanya tanya saja”.
“Sebenarnya
Iya Andre tapi itu sudah jalan Mbak seperti itu”.
“Mbak
pingin”. Andre mendesaku.
Aku mulai
curhat apa yang selama ini aku simpan aku ceritaka kepada Andre. Dia hanya
mendengarkan curhatanku saja.
“Andre, mandi
dulu deh, udah waktunya makan. Mbak mau nyiapin makan dulu ya”, kataku mengakhiri
pembicaraan seru.
“Kirain Mbak
Linda mau nawarin mandiin”, godanya.
“Ih kamu
Andre, genit”, jawabku tersipu.
“Kalo Mbak, Andre
gak keberatan lo”, jawabnya lagi.
Aku tidak
menjawab perkataan Andre dan berlalu ke dapur, menyiapkan makan. Sementara itu
Andre masuk kamarnya dan mandi. Selesai mandi, dia hanya memakai celana pendek
dan kaos. Kelihatannya dia tidak mengenakan CD karena kontolnya yang ternyata sudah
tegang itu kelihatan jelas tercetak di celana pendeknya. Aku diam saja melihat
kontolnya yang sudah berdiri dari luar celana pendeknya. Rupanya Andre terangsang
ketika ngobrol seru sebelum dia mandi itu. Ketika makan malam, kita ngobrol
soal yang lain, aku berusaha tidak mengarahkan pembicaraan kearah yang tadi.
Tetapi Andre masih dibawah pengaruh napsu berahinya. Dia menatapku dengan
pandangan yang seakan-akan mau menerekamku.
Selesai
makan, aku membereskan piring dan gelas. Sekembalinya dari dapur, aku
terpeleset sehingga terjatuh kelantai. Rupanya ada air yang tumpah ketika aku
membawa peralatan makan ke dapur. Betis kanan ku membentur rak kayu.
“Aduh”, aku
mengerang kesakitan.
Andre segera
menolongku. Punggung dan pinggulku diraihnya. Dia membopong ku kekamarku. Dia
meletakkan aku di atas ranjang. Belahan dasterku terbuka lebih lebar sehingga
dia dapat dengan leluasa melihat kemontokan dadaku. Aku berusaha meraih betisku
yang terbentur rak tadi. Kulihat bekas benturan tadi membuat sedikit memar di
betis ku. Andre berusaha membantuku. Diraihnya betisku seraya diraba dan diurut
bagian betis yang memar tersebut.
“Aduh Andre
pelan-pelan, sakit”, erangku lagi.
Sambil terus
memijit betisku, Andre memandang wajahku. Mataku akhirnya terpejam. Nafasku
jadi teratur. Aku sudah tertidur. Mungkin karena lelah seharian membereskan
rumah. Mendadak aku merasakan tubuhku ada yang meraba-raba.
“Andre, mau
diapain aku”, kataku lirih.
Andre terkejut
dan segera menghentikan aksinya. Dia memandangi tubuh yang terbalut daster satin.
Tubuh molekku sungguh membangkitkan birahinya. Buah dadaku yang besar
membusung, pinggang yang ramping, dan pinggul yang besar melebar. Puting susuku
berdiri tegak menembus keluar kain satin dasterku.
Rupanya
selama aku tertidur karena rasa ngantuk, Andre menggerayangi sekujur tubuhku
sehingga naspunya tak terbendung lagi. Kulihat Andre sudah bertelanjang bulat.
Aku terkejut melihat kontolnya yang begitu besar dan panjang (dibandingkan
dengan kontol suamiku) dalam keadaan sangat tegang. Napsuku bangkit juga
melihat kontolnya, timbul hasratku untuk merasakan bagaimana nikmatnya kalo
kontol besar itu menggesek keluar masuk lubang vaginaku.
“Mbak linda, malam
ini berikan aku izin untuk memberi kenikmatan sama kamu”, katanya perlahan
sambil mencium dan menjilat puting susuku yang masih terhalang kain satin
dasterku.
Aku hanya terdiam
saja, kedua mataku terpejam. Andre mengendus-endus kedua dadaku yang berbau
harum sambil sesekali mengecupkan bibir dan menjilatkan lidahnya. Puting susuku
bagian kanan dilahap ke dalam mulutnya. Badanku sedikit tersentak ketika puting
itu digencet perlahan dengan menggunakan lidah dan gigi atasnya.
“Andreeeee.....anghhhhh”,
rintihku, tindakannya membangkitkan napsuku juga.
Aku menjadi
sangat ingin merasakan kenikmatan seks bersama Andre, sehingga aku diam saja
membiarkan dia menjelajahi tubuhku. Disedot-sedotnya puting susuku secara
berirama. Mula-mula lemah, lama-lama agak diperkuat sedotannya. Diperbesar
daerah lahapan bibirnya. Kini puting susuku itu semua masuk ke dalam mulutnya.
Kembali disedotnya daerah tersebut dari lemah-lembut menjadi agak kuat. Aku
merasakan ada suatu kenikmatan saat puting susuku disedop oleh Andre.
Andre tetap
tidak membuka penghalang kain satin dasterku yang masih menghalangi kedua
puting susuku itu dan Andre terus meremas buah dadaku dan disedot-sedot secara berirama. Sambil terus menggumuli susuku
dengan bibir, lidah, dan wajahnya, Andre terus menggesek-gesekkan kontolnya
dibagian kain satin dasterku yang halus dan licin dibagian perutku.
Dibenamkannya wajahnya di antara kedua belah gumpalan dada ku. Perlahan-lahan
dia bergerak ke arah bawah. Digesek-gesekkan wajahnya di lekukan tubuhku yang masih
terhalang kain satin dasterku antara gumpalan susu dan kulit perutku. Kiri dan
kanan diciumi dan dijilatinya secara bergantian diatas kain satin.
Kecupan-kecupan
bibir, jilatan-jilatan lidah, dan endusan-endusan hidungnya pun beralih ke
perut dan pinggangku. Sementara gesekan-gesekan kepala kontolnya pindah ke
betisku. Bibir dan lidahnya menyusuri perut sekeliling pusarku yang putih
mulus. Wajahnya bergerak lebih ke bawah. Dengan nafsu yang menggelora dia
memeluk pinggulku secara perlahan-lahan.
Kecupannya itupun
berpindah kebawah CD tipis yang
membungkus pinggulku. Ditelusurinya pertemuan antara kulit perut dan CD, ke
arah pangkal paha. Dijilatnya helaian-helaian rambut jembutku yang keluar dari
CDku. Lalu diendus dan dijilatnya CD pink itu di bagian belahan bibir vaginaku.
Aku makin terengah menahan napsuku, sesekali aku melenguh menahan kenikmatan
yang kurasakan.
Andre bangkit.
Dengan posisi berdiri di atas lutut dikangkanginya tubuhku. kontolnya yang
tegang ditempelkan di belahan dadaku. Kepala kontol digesek-gesekkan dibelahan
dadaku yang masih terghalang kain satin. Sambil mengocok batangnya dengan
tangan kanannya, kepala kontolnya terus digesekkan diatas kain satin dadakuu,
kiri dan kanan. Setelah sekitar dua menit Andre melakukan hal itu. Diraih kedua
belah gumpalan dadaku yang montok itu. Dia berdiri di atas lutut dengan
mengangkangi pinggang ramping ku dengan posisi badan sedikit membungkuk.
kontolnya dijepitnya dengan kedua gumpalan dadaku. Perlahan-lahan digerakkannya
maju-mundur kontolnya di cekikan kedua dadaku. Di kala maju, kepala kontolnya
terlihat mencapai pangkal leherku yang jenjang.
Di kala
mundur, kepala kontolnya tersembunyi di jepitan oleh dadaku. Lama-lama gerak
maju-mundur kontolnya bertambah cepat, dan kedua dadaku ditekannya semakin
keras dengan telapak tangannya agar jepitan di kontolku semakin kuat. Dia pun
merem melek menikmati nikmatnya jepitan buah dadaku yang masih terhalang kain
satin dasterku.
Batang kontolnya
pun mulai melelehkan sedikit cairan bening yang keluar dari lubang kontolnya.
Cairan tersebut membasahi belahan dadaku dan kain satin dasterku. Gerakan
maju-mundur kontolnya di dadaku yang diimbangi dengan tekanan-tekanan dan
remasan-remasan tangannya di kedua dadaku, menyebabkan cairan itu menjadi
teroles rata di sepanjang kain satin dasterku dibelahan dadaku yang menjepit
kontolnya. Cairan tersebut menjadi pelumas yang memperlancar maju-mundurnya
kontolnya di dalam jepitan dadaku apalagi licinya kain satin dasterku membuat
gerakan gesekan kontolnya semkain licin dan menimbulkan cairan bening yang
keluar dari dalam kontolnya.
Dengan adanya
sedikit cairan dari kontolnya tersebut dia terlihat merasakan kenikmatan dan
kehangatan yang luar biasa pada gesekan-gesekan batang dan kepala kontolnya
dengan dadaku.
“Mbak Linda
ini sangat luar biasa nikmatnya aku
gesekan dikain satin dastermu dibelahan dadamu Mbak…”, Andre benar-benar sudah
tak kuasa menahan rasa nikmat nya.
Nafasku
menjadi tidak teratur. Desahan-desahan keluar dari bibirku , yang kadang
diseling desahan lewat hidungku, “Ngh… ngh… hhh… heh… eh… ngh…”
Desahan-desahanku semakin membuat nafsunya makin memuncak. Gesekan-gesekan
maju-mundurnya kontolnya di jepitan didadaku semakin cepat. kontolku semakin
tegang dan keras.
“Enak sekali,
Mbak.....anghhhh”, erangnya tak tertahankan.
Dia
menggerakkan kontolnya maju-mundur di jepitan dadaku dengan semakin cepat. Alis
mataku bergerak naik turun seiring dengan desah-desah perlahan bibirku akibat
tekanan-tekanan, remasan-remasan, dan kocokan-kocokan didadaku. Ada sekitar
lima menit dia menikmati rasa kenikmatan luar biasa di jepitan oleh dadaku itu.
Buah dadaku
sebelah kanan dilepas dari telapak tangannya. Tangan kanannya lalu membimbing
kontol dan menggesek-gesekkan kepala kontol dengan gerakan memutar di kain
satinku yang halus dan licin. Sambil jari-jari tangan kirinya terus meremas dada
kiriku, kontolnya digerakkan memutar-mutar menuju ke bawah. Ke arah perut. Dan
di sekitar pusarku, kepala kontolnya digesekkan memutar diatas kain satin
bagian perutku, sambil sesekali disodokkan perlahan di lobang dipusaraku.
Ditariknya
turun CD minimku hingga lepas dari sela-sela kedua kakiku. Bulu-bulu hitam
lebat menutupi daerah sekitar belahan vaginaku. Kedua pahaku direnggangkannya lebih
lebar. Kini hutan lebat di bawah perutku terkuak, mempertontonkan belahan
vaginaku. Andrepun mengambil posisi agar kontolnya dapat mencapai belahan
vaginaku dengan mudahnya. Dengan tangan kanan memegang kontol, kepalanya
digesek-gesekkannya ke bagian bulu –bulu vaginanku. Kepala kontolnya bergerak
menyusuri kumpulan rambut menuju ke
balahan vaginaku. Digesek-gesekkan kepala kontol ke sekeliling bibir vaginaku.
Terasa geli dan nikmat. Kepala kontol digesekkan agak ke arah balahan vaginaku
Dan menusuk sedikit ke dalam. Lama-lama dinding mulut vaginaku menjadi basah.
Digetarkan perlahan-lahan kontolnya sambil terus memasuki balahan vaginaku.
Kini seluruh
kepala kontolnya tebenam dalam jepitan mulut vaginaku. Kembali dari mulutku
keluar desisan kecil karena nikmatnya. Kontolnya semakin tegang. Sementara
dinding mulut vaginaku terasa semakin basah. Perlahan-lahan kontolnya
ditusukkan lebih ke dalam. Kini tinggal separuh kontol yang tersisa di luar.
Secara perlahan dimasukkan kontolnya ke dalam vaginaku. Blesss.....Terbenam
sudah seluruh kontolnya di dalam vaginaku. Sekujur kontol sekarang dijepit oleh
dinding vaginaku .
Secara
perlahan-lahan digerakkan keluar-masuk kontolnya ke dalam vaginaku. Sewaktu
keluar, yang tersisa di dalam vaginaku hanya kepalanya saja. Sewaktu masuk
seluruh kontol terbenam di dalam vginaku sampai batas pangkalnya. Dia terus
memasuk-keluarkan kontolnya ke lobang vaginaku. Bibir segarku yang sensual
sedikit terbuka, sedang gigiku terkatup rapat. Dari mulut sexy ku keluar desis
kenikmatan.
“Anghhhh…
hhh… hhh… ssh… sssh…”, Andre terus mengocok perlahan-lahan vaginaku dengan
batang kontolnya.
Enam menit
sudah hal itu berlangsung. Kembali dikocoknya secara perlahan vaginaku sampai
selama dua menit. Kembali ditariknya kontolnya dari dalam vaginaku. Namun tidak
seluruhnya, kepala kontol masih dibiarkannya tertanam dalam vaginaku. Sementara
kontolnya dikocoknya dengan jari-jari tangan kanannya dengan cepat
Rasa nikmat itu
agaknya kurasakan pula. Aku mendesah-desah akibat sentuhan-sentuhan getar
kepala kontolnya pada dinding mulut vaginaku, “Sssh… sssh… zzz…ah… ah… hhh…”
Tiga menit kemudian dimasukkannya lagi seluruh kontolnya ke dalam vaginaku. Dan
dikocoknya perlahan. Sampai kira-kira empat menit. Lama-lama dia mempercepat
gerakan keluar-masuk kontolnya pada vaginaku. Sambil tertahan-tahan, dia
mendesis-desis.
“Mbak Linda… vaginamu
luar biasa… nikmatnya…”.
Gerakan
keluar-masuk secara cepat itu berlangsung sampai sekitar empat menit. Tiba-tiba
dicopotnya kontol dari dalam vaginaku. Segera Andre berdiri dengan lutut
mengangkangi tubuhku agar kontolnya mudah mencapai pada buah dadaku. Kembali
diraihnya kedua belah dadaku untuk menjepit kembali kontolnya yang berdiri
dengan amat gagahnya itu. Agar kontolnya dapat terjepit dengan nikmatnya, Andre
agak merundukkan badannya. Kontol dikocoknya maju-mundur di dalam jepitan buah
dadaku yang masih terhalang kain satin dasterku yang sudah basah oleh bekas
cairan yang tadi keluar dari dalam kontolnya.
Cairan vaginaku
yang membasahi kontolnya kini merupakan
pelumas pada gesekan-gesekan kontolnya pada kain satin dasterku dibagian dadaku.
“Oh…hangatnya…
Sssh… nikmatnya…Tubuhmu luarrr biasa…Mbak apalagi satinmu sangat licin”, Andre
merintih-rintih kenikmatan.
Andre
mempercepat maju-mundurnya kontolnya. Dia memperkuat tekanan pada buah dadaku
agar kontolnya terjepit lebih kuat. Karena gesekan oleh kain satin dasterku
kepala kontolnya tampak amat mengkilat di saat melongok dari jepitan dadaku.
Leher kontol yang berwarna coklat tua dan helm kontol yang berwarna pink itu
menari-nari di jepitan dadaku. Semakin dipercepat kocokan kontolnya pada dadaku.
Tiga menit sudah kocokan hebat kontolnya di dadaku berlangsung. Dia makin cepat
mengocokkan kontol di kempitan buah dadaku. Akhirnya dia tak kuasa lagi
membendung jebolnya tanggul pertahanannya.
“Mbak...anghhh....ahhhhh..!”,
desahan dengan tidak tertahankan. Matanya membeliak-beliak. Jebollah
pertahanannya. Kontolnya menyemburkan cairan sperma.
Crot! Crot!
Crot! Crot....cairan spermanya menyemprot dengan derasnya. Sampai empat kali.
Kuat sekali semprotannya, sampai menghantam rahangku. Spermanya tersebut
berwarna putih dan kelihatan sangat kental. Dari rahang sperma mengalir turun
ke arah leherku. Cairan sperma yang tersisa di dalam kontolnya pun menyusul
keluar dalam tiga semprotan. Cret! Cret! Cret! Kali ini semprotannya lemah.
Semprotan
awal hanya sampai pangkal leherku, sedang yang terakhir hanya jatuh di atas
belahan dadaku. Dia menikmati akhir-akhir kenikmatan. “Luar biasa…Mbak, nikmat
sekali tubuhmu…,” dia bergumam.
“Kok gak
dikeluarin di dalem aja Andre”, kataku lirih.
“Gak apa kalau
Andre mucrat didalem Mbak”, jawabnya.
“Gak papa
Adre, Mbak pengen ngerasain semprot cairan
spermamu didalam”.
“Andre baru
kali ini aku merasakan kenikmatan, belum pernah Mbak rasakan kenikmatan seperti
ini”, kataku lagi.
“Ini baru
ronde pertama Mbak, mau lagi kan ronde kedua”, katanya.
“Mau Andre
tapi ngecretnya didalem ya”, jawabku.
“Kok tadi
kamu diem aja Mbak, katanya lagi.
“Bingung Andre
tapi nikmat”, jawabku sambil tersenyum.
“Engh…” aku
menggeliatkan badanku.
Andre segera
mengelap kontolnya dengan tissue yang ada di atas meja, dan memakai celana
pendek. Beberapa lembar tissue diambil untuk mengelap cairan spermanya yang
berleleran di rahang, leher, dan dadaku. Ada yang tidak dapat dilap, yakni
cairan sperma yang sudah terlajur jatuh dikain satin dasterku.
“Mo kemana Andre,
tanyaku.
“Mo ambil
minum dulu Mbak”, jawabnya.
“Kok
celananya dipake, katanya mau ronde kedua”, kataku. Aku sudah pengen dia
menggelutiku sekali lagi.
Dia kembali
membawa gelas berisi air putih, diberikannya kepada ku yang langsung kutenggak
sampe habis. Dia keluar lagi untuk mengisi gelas dengan air dan kembali lagi ke
kekamar. Masih tidak puas dia memandangi buah dadaku yang terhampar di depan
matanya. Dia memandang ke arah pinggangku yang ramping dan pinggulku yang
melebar indah.
Terus
tatapannya jatuh ke bagian vaginaku yang dikelilingi oleh rambut hitam jang
lebat. Aku ingin mengulangi permainan tadi, digeluti, didekap kuat. Mengocok vaginaku
dengan kontolnya dengan irama yang menghentak-hentak kuat. Dan dia dapat
menyemprotkanspermanya didalam vaginaku sambil merengkuh kuat-kuat tubuhnya
saat aku nyampe. Nafsuku terbakar.
“Mbak…,”
desahnya penuh nafsu. Bibirnya pun menggeluti bibirku. Bibir sensualku yang
menantang itu dilumat-lumat dengan ganasnya. Sementara aku pun tidak mau kalah.
Bibirku pun menyerang bibirnya dengan dahsyatnya, seakan tidak mau kedahuluan
oleh lumatan bibirnya. Kedua tangannyapun menyusup diantara lenganku. Tubuhku
sekarang berada dalam dekapannya. Dia mempererat dekapannya, sementara aku pun
mempererat pelukanku pada dirinya.
Kehangatan
tubuhnya terasa merembes ke badanku, dadaku yang membusung terasa semakin
menekan dadanya. Aku meremas-remas kulit punggungnya. Aku mencopot celananya
dan merangkul punggungnya lagi. Dia kembali mendekap erat tubuhku sambil
melumat kembali bibirku. Dia terus mendekap tubuhku sambil saling melumat
bibir. Sementara tangan kami saling meremas-remas kulit punggung. Kehangatan
menyertai tubuh bagian depan kami yang saling menempel.
Kini
kurasakan buah dadaku yang montok menekan ke dadanya. Dan ketika saling sedikit
bergeseran, puting susuku seolah-olah menggelitiki dadanya. Kontolnya terasa
hangat dan mengeras. Tangan kirinya pun turun ke arah perbatasan pinggang
ramping dan pinggul besar ku, menekannya kuat-kuat dari belakang ke arah
perutnya. Kontolnya tergencet diantara perut bawahku dan perut bawahnya yang
menepel diatas kain satin dasterku.
Sementara
bibirnya bergerak ke arah leherku, diciumi, dihisap-hisap dengan hidungnya, dan
dijilati dengan lidahnya. “Ah… geli… geli…,” desahku sambil menengadahkan
kepala, agar seluruh leher sampai daguku terbuka dengan luasnya. Aku pun
membusungkan dadaku dan melenturkan pinggangku ke depan. Dengan posisi begitu,
walaupun wajahnya dalam keadaan menggeluti leherku, tubuh kami dari dada hingga
bawah perut tetap dapat menyatu dengan rapatnya. Tangan kanannya lalu bergerak
ke dadaku yang montok, dan meremas-remas dadaku dengan perasaan gemas.
Setelah puas
menggeluti leherku, wajahnya turun ke arah belahan dadaku. Dia berdiri dengan
agak merunduk. Tangan kirinya pun menyusul tangan kanan, yakni bergerak
memegangi dadaku. Digeluti belahan dadaku sementara kedua tangannya
meremas-remas kedua belah dadaku sambil menekan-nekankannya ke arah wajahnya.
Digesek-gesekkan memutar wajahnya di belahan dadaku. Bibirnya bergerak ke atas
bukit dadaku sebelah kiri.
Diciuminya
bukit dadaku, dan dimasukkan puting susuku ke dalam mulutnya. Kini dia
menyedot-sedot puting susu kiriku. Dimainkan putingku di dalam mulutnya dengan
lidah. Sedotan kadang diperbesar ke puncak bukit dadaku di sekitar puting. “Ah…
ah… Andreeee…geli…,” aku mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke
kiri-kanan.
Dia
memperkuat sedotannya. Sementara tangannya meremas kuat dadaku sebelah kanan.
Kadang remasan diperkuat dan diperkecil menuju puncak, dan diakhiri dengan
tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jarinya pada putingku.
“Andreee hhh…
geli… geli… enak… enak… ngilu…ngilu…” Andre semakin gemas.
Susuku dimainkan secara bergantian, antara sebelah
kiri dan sebelah kanan. Bukit dadaku kadang disedot sebesar-besarnya dengan
tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang disedot hanya putingku dan dicepit
dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain kadang diremas dengan daerah tangkap
sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya dipijit-pijit dan
dipelintir-pelintir kecil puting yang mencuat gagah menjeplkan dikain satin
dasterku.
“Ah…Andreee…
terus… hzzz… ngilu… ngilu…” aku mendesis-desis kenikmatan. Mataku kadang
terbeliak-beliak. Geliatan tubuhku ke kanan-kiri semakin sering frekuensinya.
Sampai
akhirnya aku tidak kuat melayani serangan-serangan awalnya. Jari-jari tangan
kananku yang mulus dan lembut menangkap kontolnya yang sudah berdiri dengan
gagahnya. “Om.. kontolnya besar ya”, ucapku. Sambil membiarkan mulut, wajah,
dan tangannya terus memainkan dan menggeluti kedua belah toketku, jari-jari
lentik tangan kananku meremas-remas perlahan kontolnya secara berirama.
Dia merengkuh
tubuhku dengan gemasnya. Dikecupnya kembali daerah antara telinga dan leherku.
Kadang daun telinga sebelah bawahnya dikulum dalam mulutnya dan dimainkan
dengan lidahnya. Kadang ciumannya berpindah ke punggung leherku yang jenjang.
Dijilati pangkal helaian rambutku yang terjatuh di kulit leherku. Sementara
tangannya mendekap dadaku dengan eratnya.
Telapak dan
jari-jari tangannya meremas-remas kedua belah dadaku. Remasannya kadang sangat
kuat, kadang melemah. Sambil telunjuk dan ibu jari tangan kanannya menggencet
dan memelintir perlahan puting susu kiriku, sementara tangan kirinya meremas
kuat bukit toket kananku dan bibirnya menyedot kulit mulus pangkal leherku yang
bebau harum, kontolnya digesek-gesekkan dan ditekan-tekankan diatas kain satin
dibagian perutku.
Aku pun
menggelinjang ke kiri-kanan. “Ah… Andreee ngilu… terus andreee terus… ah… geli…
geli…terus… hhh… enak… enaknya… enak…,” aku merintih-rintih sambil terus
berusaha menggeliat ke kiri-kanan dengan berirama sejalan dengan permainan
tangannya didadaku. Akibatnya pinggulku menggial ke kanan-kiri.
“Mbak.. enak
sekali Mbak… sssh… luar biasa… enak sekali…,” diapun mendesis-desis kenikmatan.
“Andre enak
ya? Kontolmu terasa besar dan keras sekali menekan perut Mbak. Gimana Andre
kamu suka gesek kontolmu dikain satin
Mbak”.
“Nikmat Mbak
pokonya dan kapapun kalau kita ngentot Mbak harus pakai pakaian seperti ini”.
“Iya Andre
sayang Mbak mau apa yang kamu inginkan asalkan kita sama-sama puas, Andre...Jangan
mainkan putingnya saja… geli… remas
seluruhnya saja…”, aku semakin menggelinjang-gelinjang dalam dekapan eratnya.
Aku sudah
makin liar saja desahannya, aku sangat menikmati gelutannya, lupa bahwa dia ini
keponakan suamiku.
Aku menarik
wajahnya mendekat ke wajahku. Bibirku melumat bibirnya dengan ganasnya. Dia pun
tidak mau kalah. Dilumatnya bibirku dengan penuh nafsu yang menggelora,
sementara tangannya mendekap tubuhku dengan kuatnya. Kulit punggungku yang
teraih oleh telapak tangannya diremas-remas dengan gemasnya. Kemudian dia
menindihi tubuhku. Kontolnya terjepit di antara pangkal pahaku dan perutnya
bagian bawah. Akhirnya dia tidak sabar lagi.
Bibirnya kini
berpindah menciumi dagu dan leherku, sementara tangannya membimbing kontolnya
untuk mencari vaginaku. Diputar-putarkan dulu kepala kontolnya di kelebatan
rambut kemaluanku. Aku meraih kontolnya yang sudah amat tegang. Pahaku yang
mulus itu terbuka agak lebar. Aku raih kontolku dengan tanganku dan kuarahkan
kebelahan vaginaku.
Kepala
kontolnya menyentuh bibir vaginaku yang sudah basah. Dengan perlahan-lahan dan
sambil digetarkan, kontol ditekankan masuk ke dalam vaginanku. Bles,....Kini
seluruh kepala kontolnya pun terbenam di dalam vaginaku. Dia menghentikan gerak
masuk kontolnya.
“Andreee…
teruskan masuk… dong sayang… jangan berhenti sampai situ saja…,” aku protes
atas tindakannya.
Namun Andre
tidak perduli. Dibiarkan kontolnya hanya masuk ke dalam vaginaku hanya sebatas
kepalanya saja, namun kontolnya digetarkan dengan amplituda kecil. Sementara
bibir dan hidungnya dengan ganasnya menggeluti leherku yang jenjang, lengan
tanganku yang harum dan mulus, dan ketiakku yang bersih dari bulu.
Aku
menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan. “Anghhhh...ahhhh…enak… enak… Andreeee,
… Terus masuk, andreeeeee.”, Bibirnya mengulum kulit lengan tanganku dengan
kuat-kuat.
Sementara
tenaga dikonsentrasikan pada pinggulnya. Dan… satu… dua… tiga! kontolnya
ditusukkan sedalam-dalamnya ke dalam vaginaku dengan sangat cepat dan kuat. Plak!
Pangkal pahanya beradu dengan pangkal pahaku yang sedang dalam posisi agak
membuka dengan kerasnya. Sementara kontolnya bagaikan diplirid oleh bibir vaginaku
yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi.
Srrrt!
“Auwww!” pekikku. Andre diam sesaat, membiarkan kontolnya tertanam seluruhnya
di dalam vaginaku tanpa bergerak sedikit pun.
“Sakit Andreee…
” kataku sambil meremas punggungnya dengan keras.
Dia pun mulai
menggerakkan kontolnya keluar-masuk vaginaku. Seluruh bagian kontolnya yang
masuk kevaginaku dipijit-pijit dinding oleh lobang vaginaku dengan agak kuatnya.
“Bagaimana Mbak, sakit?” tanyaku.
“Sekarang
sudah enggak Andreee ssh… enak sekali…
enak sekali… kontolmu besar dan panjang sekali… sampai-sampai menyumpal penuh
seluruh penjuru liang vaginaku,” jawabku.
Andre terus
memompa vaginaku dengan kontolnya perlahan-lahan. Buah dadaku yang menempel di dadanya ikut
terpilin-pilin oleh dadanya akibat gerakan memompa tadi. Kedua puting susuku
yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadanya. Kontolnya
diiremas-remas dengan berirama oleh otot-otot vaginaku sejalan dengan
genjotannya tersebut. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala kontolnya
menyentuh suatu daging hangat di dalam vaginaku. Sentuhan tersebut serasa
geli-geli kenikmat.
Andre mengambil
kedua kakiku dan mengangkatnya. Sambil menjaga agar kontolnya tidak tercabut
dari dalam vaginaku, dia mengambil posisi agak jongkok. Betis kananku
ditumpangkan di atas bahunya, sementara betis kiriku didekatkan ke wajahnya.
Sambil terus mengocok vaginaku perlahan dengan kontolnya, betis kiriku yang
amat indah itu diciumi dan dikecupi dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis
kiri, ganti betis kanannya yang diciumi dan digeluti, sementara betis kiriku
ditumpangkan ke atas bahunya.
Begitu hal
tersebut dilakukan beberapa kali secara bergantian, sambil mempertahankan
gerakan kontolnya maju-mundur perlahan di dalam vaginaku. Setelah puas dengan
cara tersebut, dia meletakkan kedua betisku di bahunya, sementara kedua telapak
tangannya meraup kedua belah dadaku. Masih dengan kocokan kontol perlahan di vaginaku,
tangannya meremas-remas dadaku. Kedua gumpalan daging kenyal itu diremas
kuat-kuat secara berirama. Kadang kedua puting susuku digencet dan dipelintir-pelintir secara
perlahan.
Aku pun
merintih-rintih kenikmatan. Keuda Mataku merem-melek mengimbanginya dengan
sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah. “Ah… Andreee, anghhh Sssh… sssh… terus Andreee, terus…. Kontolmu membuat
vaginaku merasa nikmat sekali… Nanti
jangan dingecretinkan di luar vaginaku ya sayang, Ngecret di dalam saja… ” Dia mulai mempercepat
gerakan masuk-keluar kontolnya di lubang vaginaku.
“Ah-ah-ah…
yang cepat…Terus Andeeee terus… ” Dia
bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihanku.
Tenaganya
menjadi berlipat ganda. Ditingkatkan kecepatan keluar-masuk kontolnya di dalam
vaginaku. Terus dan terus. Seluruh bagian kontolnya diremas-remas dengan
cepatnya oleh dinding vaginaku. Aku menjadi merasa merem-melek kenikmatan.
Begitu juga dirinya, dia pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa
keenakan yang luar biasa.
“Anghhh...Mbak
Linda.....nikmat sekali sayanggggg vaginamu…”.
“Ya Andree....
terusss…terus Andreee.... terusss…” Dia meningkatkan lagi kecepatan
keluar-masuk kontolnya pada bagian lubang vaginaku.
“Andreee… anggg…
aahhh… Terus… terus… Mbak mau hampir nyampe…sedikit lagi… sama-sama ya Andre
kalau bisa,” aku jadi mengoceh tanpa kendali. Andre mengayuh terus. Sementara itu vaginaku berdenyut
dengan hebatnya.
“Andreeeee…
Ah-ah-ah-ah-ah… Mau keluar Andreeee.... mau keluar..ah-ah-ah-ah-ah… sekarang
ke-ke-ke…”, Tiba-tiba kontolnya dijepit oleh dinding vaginaku dengan sangat
kuatnya tubuhku mengejang-ngejang sangat kuat meraakan orgasme yang nikmat
sampai tidak bisa dikatakan dengan kata-kata lagi.
Sedangakn didalam
vaginaku, kurasakan batang kontol Andre menyemprotkan cairan sperma dengan
cukup derasnya.
Dan aku
meremas lengan tangannya dengan sangat kuatnya. Aku pun berteriak tanpa
kendali: “…keluarrr…!” Mataku membeliak-beliak. Sekejap tubuh kurasakan
mengejang seperti daya setrum 220 volt.
“Mbak....aku
keluar juga....Mbak...Anghhhh....ahhhhh”, saat sama-sama merasakan orgasme siisi
ruangan penuh dengan suara desahan kenikmatan.
Andre pun
menghentikan genjotannya. Kontolnya yang tegang luar biasa dibiarkan tertanam
dalam dasar rahimku. Aku memejam beberapa saat dalam menikmati puncak
kenikmatan. Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan tanganku pada
lengannya perlahan-lahan mengendur. Kelopak mataku pun membuka, memandangi
wajahnya. Sementara jepitan dinding vaginaku pada batang kontolnya
berangsur-angsur melemah, walaupun kontolnya masih tegang dan keras. Kedua
kakiku lalu diletakkan kembali di atas ranjang dengan posisi agak membuka. Dia
kembali menindih tubuhku dengan mempertahankan agar kontolnya yang tertanam di
dalam lubang vaginaku dan tidak tercabut.
“Andre… kamu luar
biasa… rasanya seperti ke langit ke tujuh,” kataku dengan raut wajah penuh
kepuasan.
Kontolnya
masih tegang di dalam vaginaku. Kontolnya masih besar dan keras. Andre kembali
mendekap tubuhku. Kontolnya mulai bergerak keluar-masuk lagi didalam vaginaku
menghabiskan sisa-sisa kenikmatan. Kurasakan batang kontolnya mulai berangsur-angsur
melemah yang kurasakan dari dinding vaginaku.
Perlahan-lahan
baik tubuhku maupun tubuhnya tidak mengejang lagi. andre menciumi leherku
dengan lembutnya, sementara aku mengusap-usap punggungnya dan mengelus-elus
rambutnya. Aku merasa puas sekali dientot Oleh Andre keponakan suamiku itu.
Semenjak itu
kami sama-sama ketagihan bermain seks dengan berbagai gaya dan model dan dari
lubang vagina dan pantat semua Andre rasakan tanpa ada yang tersisa dan setiap
aku bermain dengan Andre aku selalu memakai pakai-pakaian serba satin semua
dari busana hingga kain sperai tempat tidur semua dari satin.