Rabu, 23 September 2020

CERITA SEKS DENGAN KEPONAKAN SUAMIKU

 

KENIKMATAN BERSAMA DENGAN ANDRE KEPONAKAN SUAMIKU

Nama Linda dan sumiku bernama Randy dan sudah tiga tahun kami menikah tapi kami belum dikaruniai seorang anak satu pun, Apalagi semenjak suamiku pergi berlayar kami hanya bertemu tiga kali dalam setahun. Selama suamiku berlayar aku ditemani keponakan suamiku yang bernama Andre.


Andre seorang mahasiswa dan selama kuliah, suamiku menyuruh Andre tinggal dirumah sekalian buat menemaniku untuk ada teman bicara bila dirumah. Setiap malam bila Andre sedang santai kami sering ngobrol-ngobrol diruang tengah.

Hari demi hari masuk bulan kedua, kulihat sikap Andre kepadaku mulai berubah dia suka sekali melihat aku memakai daster terutama bila aku memakai daster berbahan satin. Andre selalu salah tingkah. Dirumah aku memamang suka memakai pakaian seperti daster yang longgar karena sudah kebiasaanku.

Suatu sore, sepulang dari kampus, Andre lupa membawa kunci rumah dan Andre mengetuk pintu cukup lama tetapi aku tidak mendengarnya karena aku sedang di kamar mandi. Ketika keluar dari kamar mandi, baru samar-samar aku mendengar ketukan pintu. Siapa, pikirku sambil segera mengenakan kimono dari bahan satin yang pendek, sekitar 15 cm diatas lutut. Aku membukakan pintu. Andre terlihat bengong tanpa berkedip sekalipun melihat kondisi aku yang baru selesai mandi dan rambutku tergerai sebahu.

Karena kimonoku pendek, maka paha dan betis ku tampak dengan jelas. Kulitku kelihatan licin, dihiasi oleh rambut-rambut halus yang pendek. Pinggulku besar melebar. Pinggangku kelihatan ramping. Sementara kimono yang menutupi dadaku belum sempat kuikat secara sempurna, menyebabkan belahan dadaku yang montok itu menyembul di belahan baju, apalagi puting susuku jelas sekali menonjol keluar menenpel dikain satin kimonoku.

Aku belum sempat mengenakan bra. Leherku jenjang dengan beberapa helai rambut terjuntai. Sementara bau harum sabun mandi terpancar dari tubuhku. Dari samping dadaku begitu menonjol dari balik kimonoku. Begitu pintu aku buka, Andre lalu berjalan mengikutiku menuju ruang makan. Pasti dia memperhatikan gerak tubuhku dari belakang. Pinggulku yang besar itu meliuk ke kiri-kanan mengimbangi langkah-langkah kakiku.

“Maaf Mbak Linda, Andre lupa bawa kunci. Mbak terganggu mandinya ya”, katanya.

“Udah selesai kok Andre”, jawabku.

Andre duduk di meja makan. Aku mengambilkan teh untuknya dan kemudian masuk ke kamar dan mengganti kimonoku dengan daster. Tak lama kemudian aku keluar hanya mengenakan daster satin berbahan licin, tonjolan dadaku membusung. Aku tidak mengenakan bra, sehingga kedua puting susuku tampak jelas sekali tercetak diluar kain satin dasterku.

Aku mengambil toples berisi kue dari lemari makan. Pada posisi membelakanginya, pasti Andre menatap tubuhku dari belakang apalagi aku pakai daster satin.  Akhirnya Kita ngobrol ngalor ngidul soal macem-macem. Kedua mata Andre menatapku dari dekat tanpa rasa risih. Aku tidak menyadari bahwa belahan daster di dadaku mempertontonkan susuku yang montok kala agak merunduk. Akhirnya pembicaraan sedikit menyerempet soal seks.

“Mbak, selama ditinggal sama Om Randy berlayar apa Mbak ngak kesepian”, kataku tanpa basa basi

Aku hanya tertunduk malu, mendengar Andre berkata seperti itu.

“Kok diam Mbak, kalau iya Andre ngak papa kok, sekedar hanya tanya saja”.

“Sebenarnya Iya Andre tapi itu sudah jalan Mbak seperti itu”.

“Mbak pingin”. Andre mendesaku.

Aku mulai curhat apa yang selama ini aku simpan aku ceritaka kepada Andre. Dia hanya mendengarkan curhatanku saja.

“Andre, mandi dulu deh, udah waktunya makan. Mbak mau nyiapin makan dulu ya”, kataku mengakhiri pembicaraan seru.

“Kirain Mbak Linda mau nawarin mandiin”, godanya.

“Ih kamu Andre, genit”, jawabku tersipu.

“Kalo Mbak, Andre gak keberatan lo”, jawabnya lagi.

Aku tidak menjawab perkataan Andre dan berlalu ke dapur, menyiapkan makan. Sementara itu Andre masuk kamarnya dan mandi. Selesai mandi, dia hanya memakai celana pendek dan kaos. Kelihatannya dia tidak mengenakan CD karena kontolnya yang ternyata sudah tegang itu kelihatan jelas tercetak di celana pendeknya. Aku diam saja melihat kontolnya yang sudah berdiri dari luar celana pendeknya. Rupanya Andre terangsang ketika ngobrol seru sebelum dia mandi itu. Ketika makan malam, kita ngobrol soal yang lain, aku berusaha tidak mengarahkan pembicaraan kearah yang tadi. Tetapi Andre masih dibawah pengaruh napsu berahinya. Dia menatapku dengan pandangan yang seakan-akan mau menerekamku.

Selesai makan, aku membereskan piring dan gelas. Sekembalinya dari dapur, aku terpeleset sehingga terjatuh kelantai. Rupanya ada air yang tumpah ketika aku membawa peralatan makan ke dapur. Betis kanan ku membentur rak kayu.

“Aduh”, aku mengerang kesakitan.

Andre segera menolongku. Punggung dan pinggulku diraihnya. Dia membopong ku kekamarku. Dia meletakkan aku di atas ranjang. Belahan dasterku terbuka lebih lebar sehingga dia dapat dengan leluasa melihat kemontokan dadaku. Aku berusaha meraih betisku yang terbentur rak tadi. Kulihat bekas benturan tadi membuat sedikit memar di betis ku. Andre berusaha membantuku. Diraihnya betisku seraya diraba dan diurut bagian betis yang memar tersebut.

“Aduh Andre pelan-pelan, sakit”, erangku lagi.

Sambil terus memijit betisku, Andre memandang wajahku. Mataku akhirnya terpejam. Nafasku jadi teratur. Aku sudah tertidur. Mungkin karena lelah seharian membereskan rumah. Mendadak aku merasakan tubuhku ada yang meraba-raba.

“Andre, mau diapain aku”, kataku lirih.

Andre terkejut dan segera menghentikan aksinya. Dia memandangi tubuh yang terbalut daster satin. Tubuh molekku sungguh membangkitkan birahinya. Buah dadaku yang besar membusung, pinggang yang ramping, dan pinggul yang besar melebar. Puting susuku berdiri tegak menembus keluar kain satin dasterku.

Rupanya selama aku tertidur karena rasa ngantuk, Andre menggerayangi sekujur tubuhku sehingga naspunya tak terbendung lagi. Kulihat Andre sudah bertelanjang bulat. Aku terkejut melihat kontolnya yang begitu besar dan panjang (dibandingkan dengan kontol suamiku) dalam keadaan sangat tegang. Napsuku bangkit juga melihat kontolnya, timbul hasratku untuk merasakan bagaimana nikmatnya kalo kontol besar itu menggesek keluar masuk lubang vaginaku.

“Mbak linda, malam ini berikan aku izin untuk memberi kenikmatan sama kamu”, katanya perlahan sambil mencium dan menjilat puting susuku yang masih terhalang kain satin dasterku.

Aku hanya terdiam saja, kedua mataku terpejam. Andre mengendus-endus kedua dadaku yang berbau harum sambil sesekali mengecupkan bibir dan menjilatkan lidahnya. Puting susuku bagian kanan dilahap ke dalam mulutnya. Badanku sedikit tersentak ketika puting itu digencet perlahan dengan menggunakan lidah dan gigi atasnya.

“Andreeeee.....anghhhhh”, rintihku, tindakannya membangkitkan napsuku juga.

Aku menjadi sangat ingin merasakan kenikmatan seks bersama Andre, sehingga aku diam saja membiarkan dia menjelajahi tubuhku. Disedot-sedotnya puting susuku secara berirama. Mula-mula lemah, lama-lama agak diperkuat sedotannya. Diperbesar daerah lahapan bibirnya. Kini puting susuku itu semua masuk ke dalam mulutnya. Kembali disedotnya daerah tersebut dari lemah-lembut menjadi agak kuat. Aku merasakan ada suatu kenikmatan saat puting susuku disedop oleh Andre.

Andre tetap tidak membuka penghalang kain satin dasterku yang masih menghalangi kedua puting susuku itu dan Andre terus meremas buah dadaku dan disedot-sedot  secara berirama. Sambil terus menggumuli susuku dengan bibir, lidah, dan wajahnya, Andre terus menggesek-gesekkan kontolnya dibagian kain satin dasterku yang halus dan licin dibagian perutku. Dibenamkannya wajahnya di antara kedua belah gumpalan dada ku. Perlahan-lahan dia bergerak ke arah bawah. Digesek-gesekkan wajahnya di lekukan tubuhku yang masih terhalang kain satin dasterku antara gumpalan susu dan kulit perutku. Kiri dan kanan diciumi dan dijilatinya secara bergantian diatas kain satin.

Kecupan-kecupan bibir, jilatan-jilatan lidah, dan endusan-endusan hidungnya pun beralih ke perut dan pinggangku. Sementara gesekan-gesekan kepala kontolnya pindah ke betisku. Bibir dan lidahnya menyusuri perut sekeliling pusarku yang putih mulus. Wajahnya bergerak lebih ke bawah. Dengan nafsu yang menggelora dia memeluk pinggulku secara perlahan-lahan.

Kecupannya itupun berpindah kebawah  CD tipis yang membungkus pinggulku. Ditelusurinya pertemuan antara kulit perut dan CD, ke arah pangkal paha. Dijilatnya helaian-helaian rambut jembutku yang keluar dari CDku. Lalu diendus dan dijilatnya CD pink itu di bagian belahan bibir vaginaku. Aku makin terengah menahan napsuku, sesekali aku melenguh menahan kenikmatan yang kurasakan.

Andre bangkit. Dengan posisi berdiri di atas lutut dikangkanginya tubuhku. kontolnya yang tegang ditempelkan di belahan dadaku. Kepala kontol digesek-gesekkan dibelahan dadaku yang masih terghalang kain satin. Sambil mengocok batangnya dengan tangan kanannya, kepala kontolnya terus digesekkan diatas kain satin dadakuu, kiri dan kanan. Setelah sekitar dua menit Andre melakukan hal itu. Diraih kedua belah gumpalan dadaku yang montok itu. Dia berdiri di atas lutut dengan mengangkangi pinggang ramping ku dengan posisi badan sedikit membungkuk. kontolnya dijepitnya dengan kedua gumpalan dadaku. Perlahan-lahan digerakkannya maju-mundur kontolnya di cekikan kedua dadaku. Di kala maju, kepala kontolnya terlihat mencapai pangkal leherku yang jenjang.

Di kala mundur, kepala kontolnya tersembunyi di jepitan oleh dadaku. Lama-lama gerak maju-mundur kontolnya bertambah cepat, dan kedua dadaku ditekannya semakin keras dengan telapak tangannya agar jepitan di kontolku semakin kuat. Dia pun merem melek menikmati nikmatnya jepitan buah dadaku yang masih terhalang kain satin dasterku.

Batang kontolnya pun mulai melelehkan sedikit cairan bening yang keluar dari lubang kontolnya. Cairan tersebut membasahi belahan dadaku dan kain satin dasterku. Gerakan maju-mundur kontolnya di dadaku yang diimbangi dengan tekanan-tekanan dan remasan-remasan tangannya di kedua dadaku, menyebabkan cairan itu menjadi teroles rata di sepanjang kain satin dasterku dibelahan dadaku yang menjepit kontolnya. Cairan tersebut menjadi pelumas yang memperlancar maju-mundurnya kontolnya di dalam jepitan dadaku apalagi licinya kain satin dasterku membuat gerakan gesekan kontolnya semkain licin dan menimbulkan cairan bening yang keluar dari dalam kontolnya.

Dengan adanya sedikit cairan dari kontolnya tersebut dia terlihat merasakan kenikmatan dan kehangatan yang luar biasa pada gesekan-gesekan batang dan kepala kontolnya dengan dadaku.

“Mbak Linda ini sangat  luar biasa nikmatnya aku gesekan dikain satin dastermu dibelahan dadamu Mbak…”, Andre benar-benar sudah tak kuasa menahan rasa nikmat nya.

Nafasku menjadi tidak teratur. Desahan-desahan keluar dari bibirku , yang kadang diseling desahan lewat hidungku, “Ngh… ngh… hhh… heh… eh… ngh…” Desahan-desahanku semakin membuat nafsunya makin memuncak. Gesekan-gesekan maju-mundurnya kontolnya di jepitan didadaku semakin cepat. kontolku semakin tegang dan keras.

“Enak sekali, Mbak.....anghhhh”, erangnya tak tertahankan.

Dia menggerakkan kontolnya maju-mundur di jepitan dadaku dengan semakin cepat. Alis mataku bergerak naik turun seiring dengan desah-desah perlahan bibirku akibat tekanan-tekanan, remasan-remasan, dan kocokan-kocokan didadaku. Ada sekitar lima menit dia menikmati rasa kenikmatan luar biasa di jepitan oleh dadaku itu.

Buah dadaku sebelah kanan dilepas dari telapak tangannya. Tangan kanannya lalu membimbing kontol dan menggesek-gesekkan kepala kontol dengan gerakan memutar di kain satinku yang halus dan licin. Sambil jari-jari tangan kirinya terus meremas dada kiriku, kontolnya digerakkan memutar-mutar menuju ke bawah. Ke arah perut. Dan di sekitar pusarku, kepala kontolnya digesekkan memutar diatas kain satin bagian perutku, sambil sesekali disodokkan perlahan di lobang dipusaraku.

Ditariknya turun CD minimku hingga lepas dari sela-sela kedua kakiku. Bulu-bulu hitam lebat menutupi daerah sekitar belahan vaginaku. Kedua pahaku direnggangkannya lebih lebar. Kini hutan lebat di bawah perutku terkuak, mempertontonkan belahan vaginaku. Andrepun mengambil posisi agar kontolnya dapat mencapai belahan vaginaku dengan mudahnya. Dengan tangan kanan memegang kontol, kepalanya digesek-gesekkannya ke bagian bulu –bulu vaginanku. Kepala kontolnya bergerak menyusuri  kumpulan rambut menuju ke balahan vaginaku. Digesek-gesekkan kepala kontol ke sekeliling bibir vaginaku. Terasa geli dan nikmat. Kepala kontol digesekkan agak ke arah balahan vaginaku Dan menusuk sedikit ke dalam. Lama-lama dinding mulut vaginaku menjadi basah. Digetarkan perlahan-lahan kontolnya sambil terus memasuki balahan vaginaku.

Kini seluruh kepala kontolnya tebenam dalam jepitan mulut vaginaku. Kembali dari mulutku keluar desisan kecil karena nikmatnya. Kontolnya semakin tegang. Sementara dinding mulut vaginaku terasa semakin basah. Perlahan-lahan kontolnya ditusukkan lebih ke dalam. Kini tinggal separuh kontol yang tersisa di luar. Secara perlahan dimasukkan kontolnya ke dalam vaginaku. Blesss.....Terbenam sudah seluruh kontolnya di dalam vaginaku. Sekujur kontol sekarang dijepit oleh dinding vaginaku .

Secara perlahan-lahan digerakkan keluar-masuk kontolnya ke dalam vaginaku. Sewaktu keluar, yang tersisa di dalam vaginaku hanya kepalanya saja. Sewaktu masuk seluruh kontol terbenam di dalam vginaku sampai batas pangkalnya. Dia terus memasuk-keluarkan kontolnya ke lobang vaginaku. Bibir segarku yang sensual sedikit terbuka, sedang gigiku terkatup rapat. Dari mulut sexy ku keluar desis kenikmatan.

“Anghhhh… hhh… hhh… ssh… sssh…”, Andre terus mengocok perlahan-lahan vaginaku dengan batang kontolnya.

Enam menit sudah hal itu berlangsung. Kembali dikocoknya secara perlahan vaginaku sampai selama dua menit. Kembali ditariknya kontolnya dari dalam vaginaku. Namun tidak seluruhnya, kepala kontol masih dibiarkannya tertanam dalam vaginaku. Sementara kontolnya dikocoknya dengan jari-jari tangan kanannya dengan cepat

Rasa nikmat itu agaknya kurasakan pula. Aku mendesah-desah akibat sentuhan-sentuhan getar kepala kontolnya pada dinding mulut vaginaku, “Sssh… sssh… zzz…ah… ah… hhh…” Tiga menit kemudian dimasukkannya lagi seluruh kontolnya ke dalam vaginaku. Dan dikocoknya perlahan. Sampai kira-kira empat menit. Lama-lama dia mempercepat gerakan keluar-masuk kontolnya pada vaginaku. Sambil tertahan-tahan, dia mendesis-desis.

“Mbak Linda… vaginamu luar biasa… nikmatnya…”.

Gerakan keluar-masuk secara cepat itu berlangsung sampai sekitar empat menit. Tiba-tiba dicopotnya kontol dari dalam vaginaku. Segera Andre berdiri dengan lutut mengangkangi tubuhku agar kontolnya mudah mencapai pada buah dadaku. Kembali diraihnya kedua belah dadaku untuk menjepit kembali kontolnya yang berdiri dengan amat gagahnya itu. Agar kontolnya dapat terjepit dengan nikmatnya, Andre agak merundukkan badannya. Kontol dikocoknya maju-mundur di dalam jepitan buah dadaku yang masih terhalang kain satin dasterku yang sudah basah oleh bekas cairan yang tadi keluar dari dalam kontolnya.

Cairan vaginaku  yang membasahi kontolnya kini merupakan pelumas pada gesekan-gesekan kontolnya pada kain satin dasterku dibagian dadaku.

“Oh…hangatnya… Sssh… nikmatnya…Tubuhmu luarrr biasa…Mbak apalagi satinmu sangat licin”, Andre merintih-rintih kenikmatan.

Andre mempercepat maju-mundurnya kontolnya. Dia memperkuat tekanan pada buah dadaku agar kontolnya terjepit lebih kuat. Karena gesekan oleh kain satin dasterku kepala kontolnya tampak amat mengkilat di saat melongok dari jepitan dadaku. Leher kontol yang berwarna coklat tua dan helm kontol yang berwarna pink itu menari-nari di jepitan dadaku. Semakin dipercepat kocokan kontolnya pada dadaku. Tiga menit sudah kocokan hebat kontolnya di dadaku berlangsung. Dia makin cepat mengocokkan kontol di kempitan buah dadaku. Akhirnya dia tak kuasa lagi membendung jebolnya tanggul pertahanannya.

“Mbak...anghhh....ahhhhh..!”, desahan dengan tidak tertahankan. Matanya membeliak-beliak. Jebollah pertahanannya. Kontolnya menyemburkan cairan sperma.

Crot! Crot! Crot! Crot....cairan spermanya menyemprot dengan derasnya. Sampai empat kali. Kuat sekali semprotannya, sampai menghantam rahangku. Spermanya tersebut berwarna putih dan kelihatan sangat kental. Dari rahang sperma mengalir turun ke arah leherku. Cairan sperma yang tersisa di dalam kontolnya pun menyusul keluar dalam tiga semprotan. Cret! Cret! Cret! Kali ini semprotannya lemah.

Semprotan awal hanya sampai pangkal leherku, sedang yang terakhir hanya jatuh di atas belahan dadaku. Dia menikmati akhir-akhir kenikmatan. “Luar biasa…Mbak, nikmat sekali tubuhmu…,” dia bergumam.

“Kok gak dikeluarin di dalem aja Andre”, kataku lirih.

“Gak apa kalau Andre mucrat didalem Mbak”, jawabnya.

“Gak papa Adre, Mbak  pengen ngerasain semprot cairan spermamu didalam”.

“Andre baru kali ini aku merasakan kenikmatan, belum pernah Mbak rasakan kenikmatan seperti ini”, kataku lagi.

“Ini baru ronde pertama Mbak, mau lagi kan ronde kedua”, katanya.

“Mau Andre tapi ngecretnya didalem ya”, jawabku.

“Kok tadi kamu diem aja Mbak, katanya lagi.

“Bingung Andre  tapi nikmat”, jawabku sambil tersenyum.

“Engh…” aku menggeliatkan badanku.

Andre segera mengelap kontolnya dengan tissue yang ada di atas meja, dan memakai celana pendek. Beberapa lembar tissue diambil untuk mengelap cairan spermanya yang berleleran di rahang, leher, dan dadaku. Ada yang tidak dapat dilap, yakni cairan sperma yang sudah terlajur jatuh dikain satin dasterku.

“Mo kemana Andre, tanyaku.

“Mo ambil minum dulu Mbak”, jawabnya.

“Kok celananya dipake, katanya mau ronde kedua”, kataku. Aku sudah pengen dia menggelutiku sekali lagi.

Dia kembali membawa gelas berisi air putih, diberikannya kepada ku yang langsung kutenggak sampe habis. Dia keluar lagi untuk mengisi gelas dengan air dan kembali lagi ke kekamar. Masih tidak puas dia memandangi buah dadaku yang terhampar di depan matanya. Dia memandang ke arah pinggangku yang ramping dan pinggulku yang melebar indah.

Terus tatapannya jatuh ke bagian vaginaku yang dikelilingi oleh rambut hitam jang lebat. Aku ingin mengulangi permainan tadi, digeluti, didekap kuat. Mengocok vaginaku dengan kontolnya dengan irama yang menghentak-hentak kuat. Dan dia dapat menyemprotkanspermanya didalam vaginaku sambil merengkuh kuat-kuat tubuhnya saat aku nyampe. Nafsuku terbakar.

“Mbak…,” desahnya penuh nafsu. Bibirnya pun menggeluti bibirku. Bibir sensualku yang menantang itu dilumat-lumat dengan ganasnya. Sementara aku pun tidak mau kalah. Bibirku pun menyerang bibirnya dengan dahsyatnya, seakan tidak mau kedahuluan oleh lumatan bibirnya. Kedua tangannyapun menyusup diantara lenganku. Tubuhku sekarang berada dalam dekapannya. Dia mempererat dekapannya, sementara aku pun mempererat pelukanku pada dirinya.

Kehangatan tubuhnya terasa merembes ke badanku, dadaku yang membusung terasa semakin menekan dadanya. Aku meremas-remas kulit punggungnya. Aku mencopot celananya dan merangkul punggungnya lagi. Dia kembali mendekap erat tubuhku sambil melumat kembali bibirku. Dia terus mendekap tubuhku sambil saling melumat bibir. Sementara tangan kami saling meremas-remas kulit punggung. Kehangatan menyertai tubuh bagian depan kami yang saling menempel.

Kini kurasakan buah dadaku yang montok menekan ke dadanya. Dan ketika saling sedikit bergeseran, puting susuku seolah-olah menggelitiki dadanya. Kontolnya terasa hangat dan mengeras. Tangan kirinya pun turun ke arah perbatasan pinggang ramping dan pinggul besar ku, menekannya kuat-kuat dari belakang ke arah perutnya. Kontolnya tergencet diantara perut bawahku dan perut bawahnya yang menepel diatas kain satin dasterku.

Sementara bibirnya bergerak ke arah leherku, diciumi, dihisap-hisap dengan hidungnya, dan dijilati dengan lidahnya. “Ah… geli… geli…,” desahku sambil menengadahkan kepala, agar seluruh leher sampai daguku terbuka dengan luasnya. Aku pun membusungkan dadaku dan melenturkan pinggangku ke depan. Dengan posisi begitu, walaupun wajahnya dalam keadaan menggeluti leherku, tubuh kami dari dada hingga bawah perut tetap dapat menyatu dengan rapatnya. Tangan kanannya lalu bergerak ke dadaku yang montok, dan meremas-remas dadaku dengan perasaan gemas.

Setelah puas menggeluti leherku, wajahnya turun ke arah belahan dadaku. Dia berdiri dengan agak merunduk. Tangan kirinya pun menyusul tangan kanan, yakni bergerak memegangi dadaku. Digeluti belahan dadaku sementara kedua tangannya meremas-remas kedua belah dadaku sambil menekan-nekankannya ke arah wajahnya. Digesek-gesekkan memutar wajahnya di belahan dadaku. Bibirnya bergerak ke atas bukit dadaku sebelah kiri.

Diciuminya bukit dadaku, dan dimasukkan puting susuku ke dalam mulutnya. Kini dia menyedot-sedot puting susu kiriku. Dimainkan putingku di dalam mulutnya dengan lidah. Sedotan kadang diperbesar ke puncak bukit dadaku di sekitar puting. “Ah… ah… Andreeee…geli…,” aku mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan.

Dia memperkuat sedotannya. Sementara tangannya meremas kuat dadaku sebelah kanan. Kadang remasan diperkuat dan diperkecil menuju puncak, dan diakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jarinya pada putingku.

“Andreee hhh… geli… geli… enak… enak… ngilu…ngilu…” Andre semakin gemas.

Susuku  dimainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit dadaku kadang disedot sebesar-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang disedot hanya putingku dan dicepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain kadang diremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya dipijit-pijit dan dipelintir-pelintir kecil puting yang mencuat gagah menjeplkan dikain satin dasterku.

“Ah…Andreee… terus… hzzz… ngilu… ngilu…” aku mendesis-desis kenikmatan. Mataku kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhku ke kanan-kiri semakin sering frekuensinya.

Sampai akhirnya aku tidak kuat melayani serangan-serangan awalnya. Jari-jari tangan kananku yang mulus dan lembut menangkap kontolnya yang sudah berdiri dengan gagahnya. “Om.. kontolnya besar ya”, ucapku. Sambil membiarkan mulut, wajah, dan tangannya terus memainkan dan menggeluti kedua belah toketku, jari-jari lentik tangan kananku meremas-remas perlahan kontolnya secara berirama.

Dia merengkuh tubuhku dengan gemasnya. Dikecupnya kembali daerah antara telinga dan leherku. Kadang daun telinga sebelah bawahnya dikulum dalam mulutnya dan dimainkan dengan lidahnya. Kadang ciumannya berpindah ke punggung leherku yang jenjang. Dijilati pangkal helaian rambutku yang terjatuh di kulit leherku. Sementara tangannya mendekap dadaku dengan eratnya.

Telapak dan jari-jari tangannya meremas-remas kedua belah dadaku. Remasannya kadang sangat kuat, kadang melemah. Sambil telunjuk dan ibu jari tangan kanannya menggencet dan memelintir perlahan puting susu kiriku, sementara tangan kirinya meremas kuat bukit toket kananku dan bibirnya menyedot kulit mulus pangkal leherku yang bebau harum, kontolnya digesek-gesekkan dan ditekan-tekankan diatas kain satin dibagian perutku.

Aku pun menggelinjang ke kiri-kanan. “Ah… Andreee ngilu… terus andreee terus… ah… geli… geli…terus… hhh… enak… enaknya… enak…,” aku merintih-rintih sambil terus berusaha menggeliat ke kiri-kanan dengan berirama sejalan dengan permainan tangannya didadaku. Akibatnya pinggulku menggial ke kanan-kiri.

“Mbak.. enak sekali Mbak… sssh… luar biasa… enak sekali…,” diapun mendesis-desis kenikmatan.

“Andre enak ya? Kontolmu terasa besar dan keras sekali menekan perut Mbak. Gimana Andre kamu suka gesek  kontolmu dikain satin Mbak”.

“Nikmat Mbak pokonya dan kapapun kalau kita ngentot Mbak harus pakai pakaian seperti ini”.

“Iya Andre sayang Mbak mau apa yang kamu inginkan asalkan kita sama-sama puas, Andre...Jangan mainkan putingnya  saja… geli… remas seluruhnya saja…”, aku semakin menggelinjang-gelinjang dalam dekapan eratnya.

Aku sudah makin liar saja desahannya, aku sangat menikmati gelutannya, lupa bahwa dia ini keponakan suamiku.

Aku menarik wajahnya mendekat ke wajahku. Bibirku melumat bibirnya dengan ganasnya. Dia pun tidak mau kalah. Dilumatnya bibirku dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara tangannya mendekap tubuhku dengan kuatnya. Kulit punggungku yang teraih oleh telapak tangannya diremas-remas dengan gemasnya. Kemudian dia menindihi tubuhku. Kontolnya terjepit di antara pangkal pahaku dan perutnya bagian bawah. Akhirnya dia tidak sabar lagi.

Bibirnya kini berpindah menciumi dagu dan leherku, sementara tangannya membimbing kontolnya untuk mencari vaginaku. Diputar-putarkan dulu kepala kontolnya di kelebatan rambut kemaluanku. Aku meraih kontolnya yang sudah amat tegang. Pahaku yang mulus itu terbuka agak lebar. Aku raih kontolku dengan tanganku dan kuarahkan kebelahan vaginaku.

Kepala kontolnya menyentuh bibir vaginaku yang sudah basah. Dengan perlahan-lahan dan sambil digetarkan, kontol ditekankan masuk ke dalam vaginanku. Bles,....Kini seluruh kepala kontolnya pun terbenam di dalam vaginaku. Dia menghentikan gerak masuk kontolnya.

“Andreee… teruskan masuk… dong sayang… jangan berhenti sampai situ saja…,” aku protes atas tindakannya.

Namun Andre tidak perduli. Dibiarkan kontolnya hanya masuk ke dalam vaginaku hanya sebatas kepalanya saja, namun kontolnya digetarkan dengan amplituda kecil. Sementara bibir dan hidungnya dengan ganasnya menggeluti leherku yang jenjang, lengan tanganku yang harum dan mulus, dan ketiakku yang bersih dari bulu.

Aku menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan. “Anghhhh...ahhhh…enak… enak… Andreeee, … Terus masuk, andreeeeee.”, Bibirnya mengulum kulit lengan tanganku dengan kuat-kuat.

Sementara tenaga dikonsentrasikan pada pinggulnya. Dan… satu… dua… tiga! kontolnya ditusukkan sedalam-dalamnya ke dalam vaginaku dengan sangat cepat dan kuat. Plak! Pangkal pahanya beradu dengan pangkal pahaku yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya. Sementara kontolnya bagaikan diplirid oleh bibir vaginaku yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi.

Srrrt! “Auwww!” pekikku. Andre diam sesaat, membiarkan kontolnya tertanam seluruhnya di dalam vaginaku tanpa bergerak sedikit pun.

“Sakit Andreee… ” kataku sambil meremas punggungnya dengan keras.

Dia pun mulai menggerakkan kontolnya keluar-masuk vaginaku. Seluruh bagian kontolnya yang masuk kevaginaku dipijit-pijit dinding oleh lobang vaginaku  dengan agak kuatnya.

“Bagaimana  Mbak, sakit?” tanyaku.

“Sekarang sudah enggak Andreee  ssh… enak sekali… enak sekali… kontolmu besar dan panjang sekali… sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru liang vaginaku,” jawabku.

Andre terus memompa vaginaku dengan kontolnya perlahan-lahan.  Buah dadaku yang menempel di dadanya ikut terpilin-pilin oleh dadanya akibat gerakan memompa tadi. Kedua puting susuku yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadanya. Kontolnya diiremas-remas dengan berirama oleh otot-otot vaginaku sejalan dengan genjotannya tersebut. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala kontolnya menyentuh suatu daging hangat di dalam vaginaku. Sentuhan tersebut serasa geli-geli kenikmat.

Andre mengambil kedua kakiku dan mengangkatnya. Sambil menjaga agar kontolnya tidak tercabut dari dalam vaginaku, dia mengambil posisi agak jongkok. Betis kananku ditumpangkan di atas bahunya, sementara betis kiriku didekatkan ke wajahnya. Sambil terus mengocok vaginaku perlahan dengan kontolnya, betis kiriku yang amat indah itu diciumi dan dikecupi dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang diciumi dan digeluti, sementara betis kiriku ditumpangkan ke atas bahunya.

Begitu hal tersebut dilakukan beberapa kali secara bergantian, sambil mempertahankan gerakan kontolnya maju-mundur perlahan di dalam vaginaku. Setelah puas dengan cara tersebut, dia meletakkan kedua betisku di bahunya, sementara kedua telapak tangannya meraup kedua belah dadaku. Masih dengan kocokan kontol perlahan di vaginaku, tangannya meremas-remas dadaku. Kedua gumpalan daging kenyal itu diremas kuat-kuat secara berirama. Kadang kedua puting susuku  digencet dan dipelintir-pelintir secara perlahan.

Aku pun merintih-rintih kenikmatan. Keuda Mataku merem-melek mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah. “Ah… Andreee, anghhh  Sssh… sssh… terus Andreee, terus…. Kontolmu membuat vaginaku  merasa nikmat sekali… Nanti jangan dingecretinkan di luar vaginaku ya sayang,  Ngecret di dalam saja… ” Dia mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kontolnya di lubang vaginaku.

“Ah-ah-ah… yang cepat…Terus  Andeeee terus… ” Dia bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihanku.

Tenaganya menjadi berlipat ganda. Ditingkatkan kecepatan keluar-masuk kontolnya di dalam vaginaku. Terus dan terus. Seluruh bagian kontolnya diremas-remas dengan cepatnya oleh dinding vaginaku. Aku menjadi merasa merem-melek kenikmatan. Begitu juga dirinya, dia pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa.

“Anghhh...Mbak Linda.....nikmat sekali sayanggggg vaginamu…”.

“Ya Andree.... terusss…terus Andreee.... terusss…” Dia meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kontolnya pada bagian lubang vaginaku.

“Andreee… anggg… aahhh… Terus… terus… Mbak mau hampir nyampe…sedikit lagi… sama-sama ya Andre kalau bisa,” aku jadi mengoceh tanpa kendali.  Andre mengayuh terus. Sementara itu vaginaku berdenyut dengan hebatnya.

“Andreeeee… Ah-ah-ah-ah-ah… Mau keluar Andreeee.... mau keluar..ah-ah-ah-ah-ah… sekarang ke-ke-ke…”, Tiba-tiba kontolnya dijepit oleh dinding vaginaku dengan sangat kuatnya tubuhku mengejang-ngejang sangat kuat meraakan orgasme yang nikmat sampai tidak bisa dikatakan dengan kata-kata lagi.

Sedangakn didalam vaginaku, kurasakan batang kontol Andre menyemprotkan cairan sperma dengan cukup derasnya.

Dan aku meremas lengan tangannya dengan sangat kuatnya. Aku pun berteriak tanpa kendali: “…keluarrr…!” Mataku membeliak-beliak. Sekejap tubuh kurasakan mengejang seperti daya setrum 220 volt.

“Mbak....aku keluar juga....Mbak...Anghhhh....ahhhhh”, saat sama-sama merasakan orgasme siisi ruangan penuh dengan suara desahan kenikmatan.

Andre pun menghentikan genjotannya. Kontolnya yang tegang luar biasa dibiarkan tertanam dalam dasar rahimku. Aku memejam beberapa saat dalam menikmati puncak kenikmatan. Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan tanganku pada lengannya perlahan-lahan mengendur. Kelopak mataku pun membuka, memandangi wajahnya. Sementara jepitan dinding vaginaku pada batang kontolnya berangsur-angsur melemah, walaupun kontolnya masih tegang dan keras. Kedua kakiku lalu diletakkan kembali di atas ranjang dengan posisi agak membuka. Dia kembali menindih tubuhku dengan mempertahankan agar kontolnya yang tertanam di dalam lubang vaginaku dan tidak tercabut.

“Andre… kamu luar biasa… rasanya seperti ke langit ke tujuh,” kataku dengan raut wajah penuh kepuasan.

Kontolnya masih tegang di dalam vaginaku. Kontolnya masih besar dan keras. Andre kembali mendekap tubuhku. Kontolnya mulai bergerak keluar-masuk lagi didalam vaginaku menghabiskan sisa-sisa kenikmatan. Kurasakan batang kontolnya mulai berangsur-angsur melemah yang kurasakan dari dinding vaginaku.

Perlahan-lahan baik tubuhku maupun tubuhnya tidak mengejang lagi. andre menciumi leherku dengan lembutnya, sementara aku mengusap-usap punggungnya dan mengelus-elus rambutnya. Aku merasa puas sekali dientot Oleh Andre keponakan suamiku itu.

Semenjak itu kami sama-sama ketagihan bermain seks dengan berbagai gaya dan model dan dari lubang vagina dan pantat semua Andre rasakan tanpa ada yang tersisa dan setiap aku bermain dengan Andre aku selalu memakai pakai-pakaian serba satin semua dari busana hingga kain sperai tempat tidur semua dari satin.