BIRAHI DIVILLA
TAWANGMANGGU
Namaku Ryan aku bekerja disebuah bank swasta dikota Solo. Hari ini hari pertamaku aku menggambil cuti kantor, Maya pacarku yang status seorang janda teman satu kantorku mengajak aku untuk liburan ketawangmanggu ketempat sebuah Vila milik temanya yang bernama Heni. Sebelum cuti memang Maya sudah merencanakan akan main dan menginap diVilla milik Heni teman dekatnya Maya.
Aku pacaran
dengan Maya sudah tiga bulan lamanya dan aku adalah laki-laki pertama yg
mengisi hatinya setelah dia menjanda satu tahun. Semenjak aku berpacaran dengan
Maya, kami melakukan hubungan badan baru
beberapa kali saja karena kita sama-sama sibuk. namun meski begitu dan jarang
melakukan hubungan badan hubungan kami tak terasa sudah tiga bulan berjalan.
Maya banyak mempunyai teman yang menurutku cantik-cantik dan sexy namun ada
satu yg menarik perhatianku Yaitu Heni pemilik Villa ditawangmanggu, dia
bekerja disebuah Bank dan jabatanya sudah lumayan tinggi tapi beda Bank dengan
Maya.
Sudah lama
aku memimpikan bisa menjadi pacar Heni sahabat Pacarku itu tapi keburu Maya
yang masuk kerangkulanku itu. Namun mau bagaimana lagi biar bagaimana juga dia
adalah sahabat dekat Maya, jadilah dia hanya menjadi Fantasy seksku semata.
pernah satu kali aku bertamu kerumahnya atas permintaan Maya untuk mengambil
barangnya yg tertinggal di rumah Heni, sesampai disana Heni keluar hanya dengan menggunakan daster satin tanpa
menggunakan bra. membuat jantungku dag dig dug melihatnya, ketika aku mengamati
tubuhnya Heni menyadari kenakalan kedua mataku yg mengarah ketubuhnya terutama
bagian buah dadanya itu memiliki puting yang besar.
Namun dia
diam saja seolah membiarkan aku meresapi dalam-dalam kemontokan buah dadanya itu
begitu kencang dan terawat walaupun sudah memiliki satu orang anak. malah dia
tersenyum nakal sambil sengaja membungkuk sehingga puting susunya yg berwarna
pink dan sudah mengeras itu terlihat. sepertinya Heni juga menikmati oleh
mataku yg nakal ini. ingin sekali rasanya aku melumat puting itu dan merasakan
tubuhnya namun apa daya saat itu di rumahnya suaminya sedang bermain dengan
anaknya jadi sempat ku tahan untuk nanti kulampiaskan dengan Maya pacarku.
Pagi itu kami
berangkat bersama dengan menggunakan mobil menuju vila milik Heni yang sudah
menunggu disana. sesampai disana kami disambut oleh Heni teman Maya. Kulihat
pemandangan disana cukup indah dan udara yang cukup dingin menusuk kulit.
Seharian kami bertiga mengobrol dan kebetulan juga suami dan anak Heni tidak
ikut jadi kita hanya bertiga divilla. Menjelang malam hari kami memutuskan
untuk istirahat. Heni menyuruh kami berdua memakai kamar diatas karena sudah
disiapkan sedangkan Heni memakai kamar pribadinya yang ada dibawah. setelah
melihat-lihat kamar yg akan kami tempati dalam beberapa malam itu, kami
memutuskan untuk masuk untuk kekamar.
Didalam kamar
aku tidur di samping pacarku Maya.
“Say....enaknya
ngapain nih dingin-dindin seperti ini?”
“Emang ngapain
yah?”, langsung saja ku dekap tubuh Maya sambil ku lumat bibirnya yg sensual
itu.
“Dasar nakal
banget sih kamu yank”, dengan nada manja
“Biarin,
mumpung disini aku mau puas-puasin maen ma kamu yank”
“Dasar.... ya
udah mulai dong jangan diem aja”
“Iya sayang”,
mula-mula Maya pergi ke kamar mandi, mau ngapain pergi kekamar mandi pikirku.
Begitu keluar dari kamar mandi rupanya Maya sudah mengganti pakaiannya dengan daster satin warna merah muda warna kesukan Maya tanpa memakai CD dan Vra lagi yg menurutku sangat sexy
“Wah udah
persiapan ternyata dari rumah May...?”, sambil keluar dari kamar mandi Maya
meliuk-liukkan badannya menari dengan sangat sexynya menuju ranjang tempat aku
merebahkan diriku. Dengan perasaan dag dig dug aku menelan ludah melihat kelakuan
pacarku yg sudah aku pacari hampir 3 bulan.
“Ini aku
lakuin cuma buat kamu yank, aku udah persiapin semuanya buat laki-laki yg akan
menikahiku tahun depan nanti, yaitu kamu” ucap Maya berbisik di telingaku
Langsung saja
Maya merebahkan tubuhku yg sempat bangun ketika melihat tingkah sensualnya.
Maya duduk diatas dan melumat bibirku sambil menggoyangkan pinggulnya diatas
kemaluanku yg masih terbalut celana pendekku.
Dibukanya
kaosku sambil Maya menciumi bagian leherku dilanjut dengan menarik celana
pendeku hingga terlepas. Batang penisku langsung saja menjulang tegak. Libido
ku sudah di puncak, badanku sudah mulai panas tanda nafsuku telah menguasai
ragaku. Maya langsung kudekap dan ku
tindih badannya ku lumat lagi bibirnya sambil Maya memulai permainan lidah
andalannya kusambut dengan ganasnya
“mmphhttt,,,”
Maya mendesah
Ciumanku
mulai turun ke daerah lehernya sambil tanganku meremas lembut pada buah dadanya
yg montok itu. lama sekali aku menjilati lehernya dengan sesekali kugigit dengan
perlahan hingga aku sudah tidak sabar lagi untuk menikmati buah dadanya yg
sudah menantang untuk segera disantap. kuhentikan ciuman dan jilatankku pada
lehernya kumainkan buah dadanya dengan sangat lembut sambil kujilati buah
dadanya yang masih terhalang kain satin dasternya tanpa menyentuh tonjolan putingnya,
aku sengaja melakukannya untuk membuatnya penasaran.
“Anghhhh...ahhhh...
ayo yank hisap putingnya, puasin aku malam ini,,,” desah Maya yg sudah dikuasai
nafsu
Kuhusap
putingnya dengan hidungku sehingga membuat desahan Maya makin menjadi, melihat
keadaanya seperti itu membuatku semakin bernafsu, langsung saja ku cium puting
susunya kujilati sambil kuhisap dengan nafsunya tanpa membuka penghalang kain
satin dasternya. tanganku kembali bergerilya mencari setiap sudut daerah
sensitifnya, sampailah dibagian vaginaya kumasukkan tanganku kedalamnya membuat
Maya sedikit menjerit. kumainkan
klitorisnya, tak tahan juga dia sambil berkata.
“yaaaaankkkk
masukiiiinnn,,, aku dah gaaag tahaaan”, aku masih belum terburu-buru, ku jilati
terlebih dahulu belahan vaginanya yang sudah becek itu.
“Ooohgghhhh,,,,
amphuuunnn yaaankkk, enaak bangeeet hisapan kamu, aku gag kuat,,, akhhhhh,,”, menengar
celotehannya aku semakin bersemangat mengerjai vaginanya.
Kujulurkan
lidahku masuk ke lubang vaginanya kugoyang-goyangkan disana membuat Maya secara
refleks ikut menggoyangkan pinggulnya menikmati permainan lidahku di vaginanya
itu. kusumpal mulutnya dengan tangganku, karena takut terdengar oleh Heni
berada di kamar bawah, tak ada penolakan saat kumasukkan tanganku kedalam mulut Maya.
“Inilah
saatnya sayang” ucapku sambil mengusap bibirku yg basah oleh cairan cintanya.
kugesek penisku
perlahan dibagian klitoris Maya
“Anghhhhh.....”,
Maya mendesah meski tertahan karena mulutnya yg tersumpal tanganku.
Penisku
perlahan masuk kedalam lubang kenikmatan milik Maya pacarku ini, kumasukkan
sebatas kepala lalu ku keluarkan lagi, dan akhrnya “blesss” masuklah sudah
batang penisku, terasa sensasi yg sangat luar biasa dinding vaginanya berkedut
pelan kadang terasa menyedot penisku meski saat itu aku hanya diam menikmati
sensasi nikmat itu.
“Hayo dong
yang....yang kenceng jangan didiamkan
saja yanggg.....”
“Oh...vagina
kamu enak banget sih yank, nagih banget tau ngak udah beberepa kali aku entotin masih aja terasa
sempit kaya gini”
Maya hanya
tersenyum sambil memejamkan matanya dan sedikit menggoyangkan pinggulnya,
memberi aba-aba padaku agar juga menggoyangkan pinggulku. Goyangankupun kumulai
dengan pelan dan santai.
“Anghhhh....ahhhh”
desahan dari mulut Maya.
Sepuluh menit
sudah aku menggenjotnya dengan gaya misionaris, aku sudah tidak peduli suara
kami akan terdengar oleh Heni karena suara desahan kami keras terdengan dari
dalam kamar. kubalikkan badan Maya kuangkat pinggulnya menjadi posisi Dogy
pelan tapi pasti kumasukkan kembali penisku ke veginanya yg sudah becek itu.
“Cplak....plak....Cplok...ohhhhh
aaahhhhh,,, ssshhhh mhhhh”, ruangan ini
sunyi yg terdengar hanya suara kelamin kami yg beradu mencapai puncak dan suara
desahan Maya yg sedikit tertahan namun begitu sexy terdengar, membuatku semakin
bernafsu mengerjai vaginanya sambil tanganku meremas gemas payudaranya yg
menggantung bebas dibawah sana.
“yank aku
pengen diatas”
“Oke sayang ,
yg seksi yah goyangnya..”
Aku mencabut penisku
dari dalam vaginanya kemudian Maya dengan sigap bangun dan mendorongku ke
ranjang membuatku jatuh terlentang dan kemudian Maya mulai mengangkangi
pinggangku. tubuhnya begitu sexy dengan balutan daster satin yang licin itu
dengan rambut tergerai ke sebelah kiri payudaranya terguncang dengan indahnya
mengikuti irama goyangannya.
“Ahhhhhhh....ohhh....
yeeeahhh..... asssshhhh”, Maya mendesah
kencang sambil meremas-remas payudaranya sendiri.
Cukup lama
Maya mengocok dengan lubang vaginanya diatas tubuhku hingga akhirnya untuk ke
berapa kalinya Maya mengalami orgasme, tubuhnya mengejang-ngejang sambil
pinggulnya masih menggoyang penisku, tangannya mencengkram kuat tanganku, Maya
memejamkan matanya ketika dia menghentikan goyangannya menikmati orgasmenya
sambil berteriak agak kencang
“aaaaarggghhhttt,,,,
aaakuuu keluar yaaankk aaaooohhhchhhchh”.
Sesaat
setelah orgasmenya mereda, tubuhnya lunglai jatuh diatas tubuhku, masih
memejamkan matanya Maya berkata
“enak banget
yank, aku keluar banyak banget. sekarang giliran kamu ya yank, aku capek
banget.”
“Yang aku
pingin masukan penisku kelubang pantatmu gimana yank??”, aku sudah pernah
sekali main dilubang pantatnya.
“Terserah
kamu aja yank, yg penting nikmat dan kamu puas”
kubalikkan
tubuh Maya dan kuangkat pinggulnya menyerupai posisi Doggy style. mula-mula ku
gesek-gesek ujung penisku dengan cairan hembody yang aku ambil dari dalam tas
Maya lalu aku mulai menusuk lubang pantatnya dengan sekali sentakan keras ku
masukkan penisku ke dalam lubang pantatnya. Maya agak kaget menerima tusukanku
yg tiba-tiba itu, Maya sedikit mengeluarkan air mata,
“sakit ya
yank?? aku pelan aja deh”
“gapapa yank kalau
kamu suka ”, lama kami bermain di lubang pantatnya dengan posisi Dogy style dan
mengeluarka bau khas dari dalam pantatnya becampur kotaran kuning.
Puas dengan
lubang pantatnya penisku kembali menusuk kelubang vaginanya hingga tak terasa akhirnya
aku merasakan ada sesuatu yg ingin keluar didalam penisku.
“akhggghhhh
yank aku mau keluar,,,” teriakku
“aku juga
yaaankkkk,,,” disusul teriakan Maya.
Tubuh Maya
mengejang tak karuan menandakan orgasmenya telah datang dan ku tanamkan penisku
sedalam-dalam di vaginanya kami berdua berteriak agak keras meneriakkan
kenikmatan yg kami dapatkan bersama-sama. akhirnya tubuhku melemah menindih
tubuh Maya yang juga lemas menahan kenikmatan yg tiada taranya.
Kami
tersenyum puas, penisku perlahan mengecil dan keluar dengan sendirinya dari lubang
vaginanya disusul spermaku yg ikut meleleh melalui lubang vaginanya yang jatuh
keatas kain sperai tempat tidur. lalu setelah kami tertidur dengan posisi
berpelukan.
Tengah malam hari
telah tiba aku terbangun karena merasakan dinginnya udara divilla yg gerimis
malam itu, kulihat Maya tertidur sangat pulas karena kelelahan, kulihat di Maya
masih ada bercak bekas spermaku yg meleleh tadi, kuambil tisu basah lalu ku
basuh sambil ku bersihkan vaginanya itu membuatku bernafsu lagi, namun
kuurungkan niatku karena melihat wajah Maya yg terlihat sangat lelah. Maya
terlihat terlelap dalam tidurnya.
Tiba-tiba
perutku terasa sangat lapar, setelah memakai kaos dan celana pendek tanpa
mengenakan celana dalam lagi aku turun kebawah berniat untuk memasak mie
instant, ketika menuruni tangga aku lihat kamar mandi bawah lampunya menyala
dan terdengar suara kucuran air, mungkin Heni lagi pisis, jadi ku lewati saja
dan langsung menuju dapur. ketika sedang memasak mie instant aku mendengar
suara air di kamar mandi berhenti dan terdengar pula suara pintu kamar mandi yg
terbuka.
Setelah agak
lama tiba-tiba jantungku berdebar, wajahku memerah aku terkejut ketika sepasang
tangan melingkar di pinggangku, perlahan turun menuju penisuku yg mendadak
menonjol mengingat birahiku yg kutahan melihat Maya pacarku tadi, aku terenyum
dan perlahan membalikkan tubuhku, alangkah terkejutnya aku ketika yg kulihat
dihadapanku bukan Maya, Melainkan Heni sahabat pacarku, dan yang bikin aku
terkejut lagi adalah pakaian yg dikenakan olehnya. Malam itu Heni hanya memakai
daster satin juga seperti maya tapi berwarna merah setasa lututnya yang sangat
seksi.
“Giaman
kecapeaan ya main sama Maya diatas?” katak heni.
Sambil Heni
menutup bibirku dengan tangannya, sambil menunjukkan wajahnya yg memerah malu
sambil aku berkata,
“Maaf yang
Hen...aku menganggu tidurmu”, sambil matanya masih melirik kearah penisku.
kami terdiam
agak lama, untuk mencairkan suasana aku berinisiatif memulai pembicaraan
“Kamu mau
masak Mie Instant juga Hen?, aku juga lagi masak Mie nih mau sekalian?”
“Eh,,,
ummhh,, iya aku laper,,” ujar Heni
Astaga
senyumnya itu
“Oh ya udah
kamu duduk aja nonton tv nanti sekalian aku yg masakin gimana??”
“Oke deh”,
heni duduk di sofa sambil menyalakan TV dan aku memasak mie dengan hati
berdebar.
“Aduh
malam-malam gini Heni pakai daster satin bikin nafsu aja?” pikirku, Heni sedang
menonton TV ketika ku suguhi semangkok Mie Instant
“Nih Hen,
Makan dulu,,,”
“makasih ya
Ryan”
Selesai makan
heni merapikan sisa-sisa hidangan malam kami dan kembali duduk di depan TV ,
saat itu sudah pukul 01.30 pagi. kami masih saling terdiam ketika Heni memulai
pembicaraan kami.
“Giamana
habis main kelaparan ya”, sindir Heni kepadaku.
“Ah...ngak
juga Heni, oh ya sorry ya tadi berisik”.
“Ngak papa
mumpung ada kesempatan”.
“Heni...kamu
seksi juga kalau pakai daster seperti itu apalagi ngak pakai bra lagi,,”
tanyaku dengan penasaran.
“Nah kamu
ngintip ya dari tadi didapur?”.
“Ngak usak
ngitip saja sudah jelas terlihat puting susumu itu Hen, apalagi kamu seperti
Abg aja”.
“masa sih
kamu nakal juga ya, ntar aku aduin ke Maya lho”.
“Ya jangan
lah cukup kita aja yg tau,, hehehe”.
“Ryan, Trims
ya Mie Instantnya, aku jadi bingung mau balesnya pake apa?”
“ummm gapapa Hen,
Emang mau bales apa?” Balasku
“mhhh,,
Mayang dah tidur belum?”
“udah nih
pules banget dia,, kenapa?”
“Ngak papa
hanya tanya aja, aku mau bales kebaikan kamu malam ini”
“dengan?”
“cc,,iiumm,,”
“haah,, kamu
gag salah Hen?”
“iya bener,
kamu gak mau ya???”
“ehh mau,,
mau banget”
“Nah ya
ketauan ngarep ya dari tadi?”
“habis kamu
yang bikin aku ngarep”, wajahku memerah merasa telah ketauan apa yg aku
inginkan.
Perlahan Heni
memejamkan mata membuat aku bingung harus bagaimana, lalu kuberanikan diri
untuk menciumnya perlahan, Heni menghela nafas ketika bibir kami bertemu, tanpa
basa-basi kami membuka mulut masing-masing dan saling bertaut lidah dengan
hotnya.
“ummhhhh Ryannn...”
Heni mendesah sambil merapatkan tubuhnya.
Melihat itu
tanganku tak tinggal diam, ku usap pipinya lalu ke leher dan memcoba menyentuh
payudaranya, namun ada penolakan oleh tangannya, aku melepaskan tautan lidahku
di lidahnya sambil menatapnya, namun kepalaku kembali ditarik olehnya dan
kembali kami terlibat dalam pergumulan yg cukup panas. aku sudah tak tahan
lagi, kurebahkan tubuhnya di sofa yg kami duduki, tak ada penolakan berarti
darinya. ku beranikan diri untuk kembali menyentuh payudaranya, kini Heni melepaskan
pergumulan kami dan menatap mataku nanar, tiba-tiba Heni memelukku dan berkata
“Aku cek Maya
dulu, dia masih tidur gag, tunggu disini ya Hen”, Beberapa menit kemudian aku kembali ke sofa tempat ku duduk.
“Sorry agak
lama hen, Maya pules banget tidurnya jadi kita bebas deh,,,”
“Heni...
senyumnya bikin gua meleleh, bakal capek gua nih malem ini, hedeuh,,,’ ucapku
Membatin
“kamu mau
mulai dari mana Ryan...? malam ini aku milik kamu”.
“kamu
keliatan binal banget Heni dengan daster itu aku suka liatnya..”, Heni kembali
menyunggingkan senyuman manisnya sambil perlahan berjalan ke arahku.
“Glek,,,,”
darahku berdesir melihat pemandangan yg sejak lama ingin aku lihat itu.
Heni
mendorong tubuhku ketika aku hendak berdiri menghampirinya, “kan aku mau
berterima kasih ma kamu, jadi kamu diem aja, biar aku yg layani kamu”.
Heni mengangkat
daster satinya keatas, meloloskan celana dalam model G-string yg dia pakai dan
mengusapkan ke wajahku, aromanya luar biasa nikmat, aku mencoba menjulurkan
lidahku merasakan aroma nikmat itu.
“Bungkusnya
aja nikmat gimana isinya Hen?”, Heni menggigit bibirnya seakan menantangku
untuk menikmatinya, namun aku tahan karena penasaran dengan permainan dia yg
selanjutnya.
Beberapa saat
kemudian Heni bersimpun di hadapanku menerik celana pendeku dengan agak keras,
sehingga batang penisku mengacung tanpa halangan lagi. dikecupnya kepala penisku
membuatku menggelinjang kegelian. lalu dia menjepit penisku dengan kedua payudaranya yg lumayan montok itu.
diarahkannya ke penisku, rupanya dia ingin mengocok penisku dengan payudaranya
yang masih terhalang kain satin dasternya.
“Oh....nikmat
sekali rasanya”, saat penisku dikocok naik turun oleh payudaranya dengan
gesekan licinya kain satin yang masih terhalang dikedua payudaranya. Heni
menjilati kepala penisku, semakin tidak tahan aku dibuatnya, beberapa menit
kemudian Heni berdiri dan mulai melucuti kaosku, lalu dia berjalan menaiki sofa
mengangkangiku, saat dia hendak berjongkok berniat memasukkan penisku kedalam vaginanya
aku menahannya.
“Tunggu Hen,
kali ini biar aku yg bekerja”, Heni menurut dan duduk disampingku.
“lakukanlah,
aku milikmu malam ini..”, kini ganti aku yg bersimpuh di depannya memegang
pahanya dan membukanya lebar-lebar. kulihat Heni memejamkan matanya entah apa
maksudnya.
kudekatkan
bibirku ke belahan vaginanya, bau khas vaginanya mulai tercium karena vaginanya
sudah sangat basah. langsung saja ku mulai permainan andalanku yg selalu
membuat Maya tidak berdaya namun kini kulakukan terhadap heni sahabat Maya.
“srhhuupppp,,,
”
“Ahhh…hhhhkkkk...
Ryyaaannn....ohhh”.
“Nikmati
permainanku sayang”, tangan Heni mulai meremas rambutku sambil menggoyangkan
pinggulnya sambil mendesah tak karuan.
“Ohhhhh...
sshhhh..... aaahhhh”.
Tiba-tiba
kepalaku dijepit oleh kedua pahanya lalu tubuh Heni menegang lalu
kejang-kejang, tak kusangka Orgasmenya sangat dahsyat hingga dari lubang
vaginanya memuncratkan cairan cintanya dengan sangat deras hingga berceceran
dibeberapa bagian wajahku.
Ditariknya
wajahku lalu dijilatnya hingga bersih, lalu Heni kembali duduk, tubuhnya
melemas nafasnya tak karuan.
“Ternyata
bener kata Maya”
“Apa...Hen?”.
“Iya Maya
pernah cerita katanya dia paling ngak kuat kalo vaginanya dijilatin ma kamu Ryan,
ternyata bener aku ngak kuat, sampe muncrat gitu, padahal aku baru pertama kali
muncrat kaya gitu.”, aku tersenyum lalu bangkit mempersiapkan diri untuk
melakukan serangan terakhir.
Pertama
kuserang dia dari depan, masih dalam posisi duduk di sofa sambil ku lebarkan kedua
pahanya perlahan ku tempelkan batang penisku kearah lubang vaginanya,
kugesek-gesek dan membuat Heni menggigit bibir bawahnya menahan kenikmatan
dariku, kepala penisku sudah hilang ditelan oleh lubang vaginanya, Heni
memejamkan kedua matanya ketika seluruh penisku mulai terbenam semuanya didalam
vaginanya. kudiamkan sebentar merasakan penisku berada didalam vaginanya, sama
sempitnya dengan milik Maya pacarku namun Heni lebih mahir memainkan vaginanya
dengan menyedot-nyedot penisku dengan dinding vaginanya.
kucoba
mengatur ritme permainanku,memulai ritme 5 – 1. ku keluarkan penisku hingga
sebatas kepalanya, kumasukkan hingga setengah penisku lalu kukeluarkan lagi
hingga hitungan kelima, membuat Heni mendesah halus nan eksotis.
“Anghhhh....ahhhhh...ahhhhh”,
dihitungan ke enam kuhentakkan penisku ke dalam-dalam ke dasar vaginanya
membuat Heni sedikit menjerit, lalu tersenyum penuh kenikmatan.
“Ryannn...Anghhhh....akhhh....sssshhhhhh.....
hmmmmhhh”
ku ulang
aksiku beberapa kali, bosan dengan gaya ini ku balikkan tubuh Heni dengan agak
kasar ke posisi Doggy. ku mulai menusukkan penisku dari belakang dan Heni
dengan agak kencang membuat mulutnya terbuka tanpa mengeluarkan suara sama
sekali.
Kumulai lagi
ritme 5 – 1 yg kulakukan tadi dengan sangat menggairahkan,, tiba-tiba Heni
menggoyangkan pinggulnya maju mundur dengan cukup kerasnya, kuikuti
permainannya hingga akhirnya Orgasmenya tiba, tubuh Heni terkulai tak berdaya,
kupeluk tubuhnya dari belakang menjilati tengkuknya.
“kok lama
kamu baru Orgasme Hen?”, dengan nafas yg tersengal Heni menjawab
“Aku udah
Orgasme 2 kali sama ini jadi 3 kali. capek banget aku dah ngak kuat”, aku
terkejut, ternyata saking asiknya aku melakukan ritme yg aku pelajari dari
temanku itu membuatku tidak sadar akan orgasmenya yg sebanyak 3 kali itu.
Rupanya Heni
terlihat kelelahan, Ku angkat tubuhnya pindah kedalam kamarnya lalu kurebahkan diatas
ranjang kamarnya dan ketika posisi terlentang aku naik keatas tubuhnya dan kembali
ku buka kedua pahanya dan menusukkan penisku
kedalam vaginanya. Heni kembali memejamkan kedua matanya kini saatnya ku
tuntaskan permainanku, ku mulai ritme 2 -1 dengan cara yg sama.
“Ahhhaaa....hhhmmmmm....houuuhhh....akhhhh...”,
begitu suara desahan Heni ketika menerima permainanku, Kali ini kurasakan vaginanya
menekan dengan cukup keras, kulihat wajah Heni rupanya dia kembali orgasme lagi, namun tidak ku
hiraukan, aku melupakan ritme permainanku dan ku sodokkan penisku ke vaginanya
dengan tidak beraturan dan keras. tubuhnya terguncang-gucang tak karuan payudaranya bergerak ke atas ke
bawah, matanya terus terpejam, entah
apakah dia merasakan sakit atau justru kenikmatan.
“Plok...cpllloookk....sleeepppp”.
“Hen aku mau
keluar”.
“Aku juga mau
orgasme lagi Ryan....”.
“Boleh aku
keluarin di dalem Hen?”.
“bbhhoolleehhhh....sayang”.
“kita
keluarin bareng ya Hen”, tubuh Heni kembali mengejang menandakan orgasmenya
akan segera tiba, ku sodok vaginanya lebih keras lagi dan pada akhirnya, croorrrttttt....crottttt...spermaku
muncrat di dalam rahimnya dan terasa hangat sekali ditambah lagi cairan
cintanya yang nikmat dan empotan vaginanya yg luar biasa.
kami
berpelukan dengan sangat erat, tubuh kamu basah berpeluh, k0ntolku menyusut
keluar dari memek Adel dengan sendirinya.
“Kamu kuat
banget Ryan, sampai aku capek”. kami merapihkan pakaian dan kami kembali dan
duduk di sofa.
“Makasih ya Hen,
kamu luar biasa,,”
“Nggak...aku
yg terima kasih sama kamu dan harusnya yang terima kasih malah jadi kamu yg
kerja keras”.
“hahahaha”, kami
tertawa.
“Sebenernya
dari dulu aku terobsesi sama kamu Hen, eh sekarang kamu nyerahin diri sendiri”.
“kamu baik Ryan,
dan kamu juga pacar sahabatku, jadi aku percaya ma kamu untuk menyerahkan
diriku.”
“Makasih ya Hen”,
kami berciuman kembali.
“sekarang
izinkan aku yg bekerja,”
Heni kembali
membuka celana pendeku dan mengocok penisku dengan kain satin dasternya hingga
penisku memuncratkan isinya kembali. Sejak itu aku layani permaina seks dengan
Maya pacarku dan temannya juga membuat staminaku harus aku jaga dengan minum
jamu-jamuan.