Rabu, 15 Juli 2020

CERITA SEKS


KENIKMATAN BERSAMA MAYA

Kejadian ini terjadi sekitar satu bulan yang lalu, saat baru saja pindah kerja dikota Yogya. Dan disitulah awal kisah perselingkuhanku dengan istri sahabatku yang bernama Maya.


Oh iya perkenalkan namaku Andi, dan aku sudah berumah tangga dan dikaruniai satu orang anak perempuan cantik dari pernikahan aku dan istriku sekarang, kehidupan rumah tangga kami bisa di bilang biasa-biasa saja dan istriku juga bekerja disebuah perusahaan bank swasta yang ada diBandung.
Hubungan ranjang kami pun terbilang normal dan cenderung romantis dan semenjak aku dipindah tugaskan di Kota Yogya aku bertemu dengan keluargaku dibandung bisa seminggu sekali kadang dua minggu sekali,
Awal perselingukanku dengan Maya istri sahabatku itu semenjak kami berjanji ketemuan dengan sahabatku yang berada didaerah selaman. Singkat cerita akupun segera meluncur memacu mobilku ke arah Sleman dan setelah sekitar 20 menit dari yogya sampailah aku dirumah sahabatku yang bernama Adi karena jalanan siang itu cukup macet. Kulihat pagar rumahnya terbuka dan segera kumasukkan mobilku ke halaman rumahnya, tak beberapa lama muncullah wanita cantik Bertubuh ramping, rambut lurus panjang sepunggung, berkulit putih bersih mengenakan jeans ketat dan tshirt putih ketat, aku terpana melihatnya saat dia menghampiriku dari dalam rumah.
Kedua payudaranya yang begitu mempesona, mungkin berukuran 34B yang sangat pas dengan tinggi badannya yang sekitar 160cm itu, dengan sangat jelas aku melihat belahan toketnya yang begitu menawan ditambah lagi baju ketat yang dia kenakan sehingga kedua payudaranya terlihat terangkat ke atas, ternyata dia adalah Maya, istri sahabatku Adi.
Masih dalam keadaan terdiam terpaku melihat kemolekan istri Adi, tiba-tiba suara lembut menyapaku.
“Hai Mas Andi, ko bengong ayo masuk kedalam.” ajaknya.
“Oh, iya Mbak.”, Aku sedikit gugup dibuatnya dan tampaknya Maya menangkap hal itu dan hanya tersenyum lebar dan berkata.
“Kenapa? Ada yang aneh ya sama aku ya Mas?”
“Oh ya..eh ngga ko” jawabku gelagapan sambil menahan malu, dan mengikutinya dari belakang menuju ruang tamunya, sambil mengikutinya dari belakang aku melihat pantatnya yang sintal berisi, terlihat bentuk pantat yang begitu mengundang birahi setiap laki-laki yang melihatnya dan berandai-andai untuk menjamahnya.
Tak pernah kulihat pantat se-sexy ini, dalam hati aku berkata, ditambah jeans ketatnya yang membuat pantatnya semakin terangkat ke atas, semakin ku perhatikan ternyata tak terlihat ada garis cdnya, rupanya Maya ga pake cd, pikirku.
Entah kenapa otakku menjadi mesum menyaksikan tubuh indah istri sahabatku ini, dan kami pun sampai di ruang tamunya, dan aku langsung terduduk di sofa empuknya, Maya pun berbalik menyuruhku menunggu.
“Tunggu sebentar ya Mas Andi, Mas Adi masih mandi…”, Mayapun berlalu dan baru beberapa langkah dia berjalan dia berbalik dan berkata.
“Oh ya mau minum apa nih?”
“Mau Teh apa kopi Mas?”,  Tanyanya sambil sedikit menundukkan badannya di hadapanku untuk mengambil sesuatu yang tergeletak di sofa pas di hadapan ku. Ternyata itu adalah Handphone, saat Maya membungkuk untuk mengambil Handphone, tanpa sengaja kulihat sepasang payudara putih mulusnya yang menyembul hampir keluar dari bra hitam yang dipakainya.
Untuk beberapa detik aku menyaksikan pemandangan itu membuat batang penisku terbangun dan aku hanya bisa menelan liur sendiri sembari menyaksikan indahnya gunung kembar milik Maya. Lalu Maya kembali bertanya.
“Mas Andi, mau minum apa?”, spontan ku jawab.
“SUSU…!”, dengan lantang, dan Maya pun sesaat terlihat bengong mendengar jawabanku dan segera menatap kedua gunung kembarnya dan menyadari klo aku memperhatikan belahan toketnya sedari tadi, dan dia berkata.
“Mmmhhhh…kamu ini Mas Andi…pasti ngeliatin ini ya…!”, Dan sesaat aku terhenyak dan menunduk malu karena kepergok Maya.
“Ng…engga ko Mbak” bantahku.
“Ya udah, sekarang mau minum apa??” Tanyanya sekali lagi.
“Apa aja deh” jawabku.
“Oke.” Mayapun beranjak pergi ke dapur sambil membawa handphone yang tadi dia ambil.
Tak lama Maya pun kembali datang sambil membawa segelas kopi susu dan menyodorkannya di atas meja di hadapan ku.
“Makasih Ya Mbak ngerepoti”. Dan Maya pun hanya tersenyum dan berlalu meninggalkanku di ruang tamu sendirian.
Sambil menikmati kopi aku kembali terlintas pikiran kotorku tentang Maya istri sahabatku Adi, “Mmmhhh…gimana ya rasanya meniduri wanita seperti Maya!?”, Tak lama berselang Sahabatku Adi pun muncul.
“Woi bro, dah lama?, gimana kabarnya sekarang”
“Baru saja nyampe Adi dan kabar baik-baik saja”, Adipun menghampiriku, bersalaman dan duduk di hadapanku, lalu kami mengobrol ngalor ngidul tentang banyak hal, kadang diselingi candaan-candaan yang membuat kami tertawa terbahak-bahak, sesekali Maya yang berada di ruang tv sambil menonton tv melihat kami yang sedang mengobrol.
Namun terlihat dia enggan bergabung dengan kami dan hanya sesekali melontarkan senyum manis kearahku. Dan sekarang kulihat Maya beranjak dari hadapan tv menuju kamarnya, sekitar satu jam kemudian Mayapun keluar dari kamarnya, terlihat seperti habis mandi karena dia masih terlihat sedang mengeringkan rambut panjangnya dengan handuk putih, yang membuat mataku terbelalak dan menelan liurku sendiri adalah pakaian yang dia kenakan saat itu. Dia mengenakan daster satin berwarna merah muda sehingga bagian belahan dadanya lumayan terlihat begitu menantang, dan yang membuat tak bisa kukendali tiba-tiba penisku  terbangun dengan spontan.
Beberapa jam aku dirumah Adi sambil ngobrol-ngobrol dan melirik istrinya itu, aku segera berpamitan karena tampaknya Adi dan Maya pun akan pergi.
Di perjalanan pulang khayalanku terus saja melayang tanpa henti membayangkan kecantikan dan tubuh seksi Maya, istri sahabatku, Adi. Belum sampai aku ke rumah tiba-tiba ada pesan WA masuk di hp ku. Kulihat ternyata Adi, isi WA Adi hanya pingin ketemua dirumah kontrakanku diYogya.
Setelah kami bertemuan dirumah kontrakanku ternyata Adi membawa seorang cewek selingkuhanya kerumah dan sambil diperkenalkanya kepadaku.
“Gimana cantik ngak”, kata Adi.
“Buset itu siapa lagi Bro”. Kataku.
“Itu selingkuhanku Bro gimana cantik kan”.
“Aduh-aduh kasihan istrimu Bro dirumah yang setia menedampingimu”.
Dalam pikiranku aku merasa kasian sama Maya, istri Adi. Aku pun bertnya-tanya dalam hati, kenapa Adi menyia-nyiakan istri secantik itu. Apa mereka ada masalah atau memang Adi yang senang selingkuh dengan cewek-cewek yang mau diaja kencan dengannya...ah masa bodoh pikirku. Aku berusaha menjelaskan kepada Adi bahwa tindakanya itu berselingkuh dengan wanita lain itu salah dan kasihan istrimu dirumah tapi dia tetap saja tidak mau mendengar perkataanku itu.
Seminggu berlalu, saat aku mau potong rambut ke salon di sekitaran kota dan sesampainya di salon aku langsung memarkirkan mobilku dan aku segera berlari ke dalam salon. Setelah selesai mempotong rambut aku tidak beranjak pergi karena pingin santai di sebuah ruang yang cukup nyaman, kuambil beberapa majalah untuk kubaca, baru saja beberapa menit kubaca tiba-tiba ada suara lembut mengagetkanku.
“Mas Andi..!”, Ternyata itu Maya istri Adi sahabatku.
“Lagi apa disini?”
“Oh hai May, ini habis potong rambut”, Kali ini kulihat Maya berpakaian rapi, tampaknya itu seragam salon disini.
“Lho kamu kerja disini ya May”
“Iya Mas aku kerja disini, lah mang kamu ga kerja Mas?”.
“Mmhhh…ini kebetulan libur semalam lembur dikantor May”.
“Oh ya kamu mau dibikinin minuman ga??”
“Boleh deh asal gratisan, hehehe”.
“Dasar kamu Mas, ya dah tunggu ya”, Aku hanya mengangguk sambil melihat Maya berlalu meninggalkanku. Tak beberapa lama Mayapun muncul membawa segelas minumam hangat, dan duduk di sebelahku setelah meletakkan gelas itu diatas meja.
“Ayo diminum Mas, aku temenin kamu ngobrol ya.”
“Oh iya makasih, boleh”, Dan kami pun awalnya hanya ngobrol ngalor ngidul mengenai kegiatan dan pekerjaan masing-masing, disela-sela pembicaraan aku bertanya.
“Mas Adi kemana May?”.
“Kerja dia, sibuk banget kayaknya kadang pulang sampai larut malam dan kadang juga tidak pulang”, Lalu Maya terlihat bengong dan terdiam penuh tanya.
“Oh ya Mas, bukannya Mas Adi lagi bisnis kerja sama kamu Mas?”, Tanyanya keheranan, aku hanya terdiam untuk sesaat dan mencoba mengerti maksud ucapan Maya.
“Maksud kamu bisnis apa May?”, Maya keheranan dan kembali bertanya.
“Loh bukannya sekarang lagi bisnis sama kamu Mas? Mas Adi kemaren bilang dia ga akan pulang seminggu buat ngurusin bisnisan sama kamu Mas”, Aku makin bingung dengan pertanyaan Maya saat ini padahal aku baru saja dipindah dikota Yogya.
“Loh…ngga ko May kan aku baru saja pindak kerja dari bandung ke Yogya” bantahku.
Sesaat Maya terdiam dan menghela nafas panjang, dari raut wajahnya terlihat raut wajah kekecewaan dan kegelisahaan.
“Oh gitu ya Mas Andi ”, dengan suara parau setengah menahan tangis, dan kulihat dia coba menghapus air mata yang akan menetes di matanya mencoba untuk berusaha tegar.
Aku pun teringat saat Adi main kerumahku membawa cewek dan aku sempat menegurnya agar dia tidak berselingkuh dengan wanita lain dan akupun mengerti kenapa Adi berbohong pada Maya, kucoba merogoh hp dari saku bajuku, tadinya aku berniat mau WA Adi. Tapi baru saja hp kunyalakan muncul pesan WA dari Adi,
“Gimana Bro cantik kan”, dia memamerkan photo selingkuhanya kepadaku.
Begitu aku baca dihpku tenyata Maya melihat isi pesan WA dari suaminya melihat ada photo cewek selingkuhanya karena memang dia berada di sampingku, begitu selesai membaca pesan WA si Adi aku masukan Hpku kembali kesaku bajuku dan kulihat pemandangan wajah Maya yang terlihat hancur berkeping-keping.
Kedua mata Maya terbelalak sambil menahan sesak di dadanya dan mencoba menahan tangisannya, sesaat kemudian Maya pun mengambik hpku disaku bajuku dan mulai membaca dan melihat foto-foto cewek Adi. Aku hanya terdiam melongo menyaksikan Maya mengacak-acak hp ku, dan kulihat Maya sudah tak mampu lagi membendung tangisnya, dan beberapa rekan kerja Maya yang mnyaksikannya pun mendekat dan bertanya.
“Kenapa Mbak, ada apa? Kok nangis?”,  Rekan kerja Maya coba bertanya.
“Ngak papa, kalian kembali kerja lagi sana”,  sambil mngusap air mata Maya mencoba tegar dan meyakinkan rekan-rekannya bahwa dia baik-baik saja, lalu Maya berbalik ke arahku dan mengembalikan hp ku setelah dia puas melihat isi pesan WA aku dan Adi.
“Ni Mas Andi hpnya, maaf tadi aku ambil paksa”, Aku hanya mengangguk sambil kuambil kembali hpku, bingung dan takut terkena imbasnya aku hanya diam saja, lalu tiba-tiba Maya berdiri meninggalkanku masuk ke ruangannya yang berada di sebelah meja receptionis, sekitar 15 menit kemudian Maya muncul tapi kini ia tanpa menggunakan baju kerjanya, dia menggunakan celana jeans biru ketat dan kaos putih ketat  yang ditutup dengan jaket hitam.
Rambutnya tampak sudah terikat, dan menghampiri rekannya di receptionis dan meminta ijin untuk pulang karena kurang enak badan alasannya, dia meminjam helm salah satu rekannya dan menghampiriku, dengan nada pelan dia berkata.
“Ayo Mas kamu harus jelaskan semuanya padaku”, Mati aku, ini yang aku takutkan beberapa saat yang lalu, aku takut kalo Maya memintaku untuk mengantarkannya ke tempat Adi sekarang...Mampus aku bisa-bisa runyam semua nih. resah ku dalam hati.
“Tapi May, anu, aa..aku..kan lagi…”, Belum selesai aku berkata Maya menarikku dengan sedikit kasar.
“Ayo Mas Andi, jangan sampai aku menyalahkanmu disini” ucapan Maya membuatku tersudut di tambah di sekitarnya sudah berdiri beberapa rekannya memperhatikan kami, ah gila bisa malu aku ditambah kalo sampei semua orang melihatku.
Ya sudah aku menuruti kemauan Maya saat ini, di parkiran salon aku bertanya hendak kemana kita,
“Bawa aku ke tempat Adi sekarang Mas”, Mampus deh dan ini yang aku takutkan, ya sudah mau gimana lagi, aku nyalakan mobilku menuju tempat Adi ngekost, di perjalanan aku terus memutar otak agar semua ga terjadi seperti rasa takutku saat ini.
Kemungkinan ini bakal terjadi perang dunia, aku bakal ikut terlibat di dalamnya, sementara kulihat disebelah kemudi mobilku, Maya hanya terdiam membisu di jok depan mobilku, akhirnya setelah berusaha keras memutar otak, aku mendapat ide brilian.
“May, sebelum kita ke tempat Adi, aku menjelaskan dulu posisiku, tapi aku harap kamu bisa berkepala dingin nanggapinya”, Maya hanya terdiam dan terlihat bimbang, sesaat kemudian dia mengiyakan permintaanku, dan kupacu mobilku menuju suatu kearah pantai yang terkenal diyogya, disitu aku bisa ngobrol bebas, kerana situasinya enak dan ngga terlalu ramai di jam segitu.
Setelah kuparkirkan mobilku, kita pun segera memilih tempat, sengaja kupilih tempat yang agak berjauhan dengan pengunjung lainnya, setelah memesan minuman segar dan beberapa makanan, aku melihat Maya masih saja terdiam dan tertunduk, mungkin menahan kekecewaan yang teramat sangat besar di hatinya, aku pun mencoba memecah kebisuan dan bertanya.
“May, maaf sebelumnya ya”, Maya hanya menatap kosong ke arahku, dan aku kembali terdiam.
“Kenapa Mas Andi? Kenapa Adi berbuat kaya gini? Kenapa juga kamu rahasiakan ini?”
“Aku, anu, May”, Setelah menghela nafas panjang akhirnya aku berusaha mengatakan sejujurnya.
“Gini May, sebenernya aku ga tau sama sekali soal ini sebelumnya, aku juga sudah berusaha menjelaskan kepada Adi untuk jangan berselingkuh dengan wanita lain tapi aku ditolak, sumpah aku ga bohong May”, Maya mulai serius menatapku tajam, dan hanya diam.
“Sedikit pun aku ga merahasiakan semua ini, aku cuma ga mau terlibat di dalamnya, aku kasian sama kamu dan aku juga sudah berusaha menjelakan tapi Adi tetap saja tidak mau mendengarkan omonganku, tolong percaya May, aku dah punya anak dan istri, kami pun bahagia, jadi aku berusaha memberi penjelasan kepada Adi jangan main dengan Api tapi tetap saja Adi tidak mau mendengaran penjelasanku?”, Sedikit demi sedikit Maya pun mulai percaya omonganku, setelah panjang lebar menjelaskan akhirnya Maya pun mulai bersuara.
“Kenapa ya Mas, ko Adi tega banget ma aku?”
“Itu awalnya gimana sih May?”, Ku coba bertanya mengorek-ngorek informasi lebih dalam darinya.
“Ga tau Mas, mungkin karena aku ga bisa ….”, Maya menghentikan ucapannya dan mulai menitikkan air mata, aku hanya terdiam sejenak dan aku berpindah tempat duduk ke sebelah Maya, dengan sedikit ragu aku mulai merangkul pundaknya, Maya hanya diam saja sambil sesekali menghapus air matanya.
“Emang kamu ga bisa apa? Ko ga dilanjutkan?”, Kulepaskan rangkulanku dan mulai kutatap matanya, Maya menghela nafas panjang dan mulai meneruskan kembali ucapannya.
“Ya semua dah terlanjur, baiklah aku ceritakan sama kamu awal perubahan Diri Adi, tapi janji ya Mas cuma kamu aja yang tau masalah ini”.
“Ok..ok…lebih baik juga kan kamu cerita ma aku biar beban kamu sedikit berkurang”, Aku pun coba meyakinkan Maya, dan mulai konsentrasi mendengarkan, setiap kata yang Maya ucapkan, setelah panjang lebar Maya menjelaskan dari awal pernikahan hingga kini Adi berubah menghianatinya. Akhrirnya aku tau, dulu pernikahan mereka bahagia dan Maya sempat hamil, hingga musibah itu datang.
Maya terjatuh dari kamar mandi di saat usia kandungannya berumur 4 bulan, dan mengalami keguguran, dan imbas keguguran Maya menyebabkan Maya di vonis nggak bisa untuk hamil lagi, karena rahimnya harus diangkat untuk menyelamatkan nyawa Maya waktu itu. Meskipun sudah berusaha kesana kemari demi mendapatkan buah hati tapi tetap tak membuahkan hasil, di ujung rasa frustrasinya Adi mulai berubah sedikit demi sedikit, hingga terkesan acuh terhadap Maya dan juga jarang pulang untuk menafkahi batin Maya. Terakhir Adi pulang adalah saat aku berkunjung ke rumahnya tempo hari.
“Itu mungkin penyebabnya Mas” kata Maya kembali meneteskan air mata, dan kali ini lebih deras Mila meneteskan air matanya.
Aku yang ga tega melihat Maya seperti itu kembali aku rangkul pundaknya, tanpa basa basi Maya pun langsung membenamkan kepalanya di dadaku, terasa dadaku mulai dibasahi air matanya, kupeluk erat sambil membiarkan dia menangis sepuasnya dulu.
Ntah berapa lama dia menangis di dadaku, sehingga tak terasa kaos yang kupakai sudah benar-benar basah karena air matanya. Tapi aku benar-benar menikmati saat-saat itu, karena secara tidak langsung toketnya menempel erat di dadaku dan membuat penisku bangkit dari tidurnya, sampai akhirnya tangisnya mereda. Sambil sesegukan kepalanya terangkat dan dia mulai membersihkan sisa air matanya.
“Makasih ya Mas Andi  udah minjemin dada kamu buat aku”, dan Maya kembali terduduk seperti biasa lagi, dan kulepaskan pelukanku.
“Ngak papa May, kalo aku bisa bantu, aku pasti bantuin kamu”, Kucoba menghibur Maya, setelah beberapa saat kulihat Maya sudah mulai tenang. Aku coba menyodorkan minuman dingin yang sedari tadi sudah kupesan agar dia lebih santai.
Setelah semua terasa santai aku mulai berbincang – bincang santai buat mnghibur Maya dan sesaat kemudian aku mendapati ide mesum untuk Maya membalas penghianatan ke Adi.
“May, udah kamu jangan meperuncing masalah ini, kalo kamu melabrak dia sekarang mungkin bakal terjadi sesuatu yang buruk dan ujung-ujungnya perceraian, dan kamu bakal ada di posisi yang kalah, dan mungkin itu yang diinginkn Adi.”
“Maksud kamu Mas?”, Maya bertanya keheranan dan penasaran dengan ide ku.
“Ya maksudku, kenapa kamu ga balas aja penghianatan Adi dengan cara yang sama, dan yang penting Adi masih ngasih kamu nafkah meskipun nafkah batin engga”, Sesaat Maya terdiam dan raut wajahnya berubah marah.
“Gila kamu Mas, aku ke sini berharap dapat solusi yang baik, bukan begini”, Aku tersentak kaget, ntah apa lagi yang sanggup kukatakan, namun aku tetap bersikap tenang.
“Bukan begitu maksudku May, kamu dengerin dulu aku ya.”
“Kamu yang denger Mas, kenapa kamu malah mencari kesempatan di saat aku seperti ini?, Kamu benar-benar keterlaluan Mas”, Tampak raut kekecewaan Maya padaku dan aku hanya bisa diam untuk sesaat.
“Ngga gitu juga May, ini kan cuma ide, kalo kamu ga suka ya kamu bisa nolak, kamu bisa pikirkan lagi baik-baik May”, Aku pun melangkah menjauhi Maya membiarkan dia sendiri berpikir, kubakar sebatang rokok sambil merenungkan kebodohanku tadi, dalam hati aku merasa benar-benar bersalah memberikan ide bodoh itu, belum habis sebatang rokokku hisap tiba-tiba Maya menghampiriku.
“Masih ada rokoknya Mas?”. Tanya Maya membuyarkan lamunanku, kusodorkan rokok mild yang kupegang bersama koreknya, dan Maya pun menyalakannya dan duduk di sampingku, kulihat raut keputus-asaan dan kekecewaan memenuhi isi kepalanya.
Terlihat dia begitu terpukul, kulihat dia menghisap rokok begitu dalamnya, hingga sebatang rokok dia habiskan dalam sekejap, dan membuang puntungnya begitu saja, aku hanya terdiam menyaksikan itu. Beberapa saat kemudian Maya menghela nafas panjang dan menatapku, kini raut wajahnya berubah, kini ia terlihat lebih tenang dan dia tersenyum penuh arti padaku. Kemudian dia berkata.
“Kamu benar Mas, ide kamu memang benar, sepertinya aku emang harus melakukan hal yang sama, aku ga mau rugi sendiri, aku…aku…kesepian selama ini Mas”, Kata-kata Maya membuatku terdiam sesaat dan membuatku tenang, bahkan aku sebenarnya panasaraan siapa laki-laki yang bakal menjadi selingkuhannya nanti, dalam hati aku terus berharap dia memilihku, otakku sudah dipenuhi pikiran kotor tentangnya, dan aku hanya tersenyum mendengar ucapan Maya.
“Tapi Mas, aku ingin kamu yang nanti jadi kekasih gelapku, pemuas birahiku, dan obat dari lukaku ini”, Gila, ucapan Maya benar-benar membuat aku senang setengah mati, dan membuat penisku bersorak gembira menantikan saat-saat menghujam vagina kelak, tapi aku berusaha menjaga sikapku.
“Tapi May, apa kamu sudah memikirkannya baik-baik? Aku kan sudah beranak istri”.
“Ya sudah klo kamu ga mau, aku bakal cari yang lain, tapi sebenarnya aku ingin kamu Mas, karena kamu yang ngasih aku ide ini, seharusnya kamu juga yang harus bertanggung jawab kan?”, Aku berpura-pura berpikir keras mendengar ucapan Maya itu, tapi dalam hati aku bersorak riang.
“Tapi May, akuuu…..”
“Ya dah mau ga? Aku juga tau kamu pasti ingin menikmati tubuhku ini kan, aku tau kamu selalu mencuri-curi pandang melihat tubuhku waktu di rumah ku kemarin”, Maya memotong ucapanku.
“Iya May, gara-gara kamu pakai daster itu aku jadi terpana melihatmu dan aku jadi bergairah tapi May kamu juga harus mengerti keadaanku saat ini yang aku ngak sendiri, aku harap kamu pun bisa merahasiakannya pada semua orang, ini hanya antara kamu dan aku saja, May.”
“Iya Mas,  aku mengerti tapikan istri dan anakmu sekarang tinggal dibandung jadi dia tidak bakalan tau yang penting sekarang coba kamu buktikan kalau kamu mau jadi kekasih gelapku”.
“Gimana May caranya?”.
“Cium aku Mas!”, Aku terdiam ragu, dan melihat sekelilingku, untung tempat ini masih sepi hanya ada beberapa pengunjung, dan kulihat semua berpasangan, aku mulai mendekatkan tubuhku dan kudekap Maya lalu kucium bibir merekahnya penuh nafsu.
Maya langsung membalas dengan ganasnya, setelah beberapa menit kami berciuman, lalu kelepaskan bibirku dari bibir Maya dan kulepaskan juga dekapan ku.
“Tuh kan bener kamu emang dah nafsu ma aku, padahal tadi aku cm bercanda loh.” Maya tersenyum manis menyudutkanku, tapi apa boleh dikata nasi sudah menjadi bubur.
“Habis kamu cantik sih, tubuh kamu tu membangkitkan nafsu birahiku apalagi pas kamu pakai daster satin merah muda itu.” balasku seenaknya, tiba-tiba tanpa kusadari tangan Maya sudah berada di atas penisku yang sudah mengeras sejak awal kami berciuman, meskipun masih terhalang celana jeans yang kupakai tapi padatnya penisku ketika mengeras bisa terlihat menonjol dari luar.
“Hhhmmmm…besar juga ya, sabar ya batang penismu, tunggu beberapa saat lagi kamu bakal punya kandang baru.” ucap Maya sambil mengelus-ngrlus penisku yang tertutup rapatnya jeansku sambil sesekali dia tersenyum cekikikan melihat penisku yang semakin menegang keras, aku hanya terdiam menikmati perlakuan Maya seperti itu.
Setelah puas memainkan penisku, Maya berdiri dan berjalan ke meja kami sebelumnya, dia membereskan barangnya dan mengajakku untuk meninggalkan tempat itu, aku mengikutinya dan beranjak dari tempat ini. Setelah kubayar semuanya aku bergegas menuju parkiran, dan Maya sudah menunggu di sana.
“Antar aku pulang ya Mas” pinta Maya padaku, aku hanya mengangguk dan mulai menyalakan mobilku.
Di sepanjang perjalanan Maya terus memelukku erat seperti abg yang lagi kasmaran, aku hanya menikmati saja momen – momen seperti itu disamping kemudi mobilku. Akhirnya sampailah kami di depan rumahnya, Maya pun turun dari mobilku, lalu melangkah menuju rumahnya, baru saja beberapa langkahm Maya berbalik.
“Mas Andi makasih ya, oh ya Mas, kasih aku waktu ya beberapa hari buat mempersiapkan semuanya, aku ingin semua ini jadi cerita indah ku kelak”, Aku hanya mengangguk mengiyakan kemauan Maya, tak lama aku berpamitan untuk pulang dan menunggu kabar dari Maya selanjutnya.
Malam semakin larut dan aku masih saja melamun di teras rumah sambil mnghabiskan batang demi batang rokok mild yang kubeli tadi sore. Karena sudah begitu sepi, mungkin anak dan istriku sudah yang dibandung sudah terlelap tidur dalam dekapan mimpi indahnya, tapi aku masih melamunkan sosok Maya di sana, ntah apa yang telah merasuki otakku sekarang.
Rasanya sudah tak bisa kubendung lagi keinginan untuk meniduri Maya dengan daster satin itu, tapi malam itu aku belum mendapat kabar kepastian darinya.
“Apa mungkin dia berubah pikiran?” gumamku dalam hati, aku masih merasakan lembut bibirnya waktu kami berciuman dengan penuh nafsu tempo hari itu.
Belum habis lamunanku tiba-tiba hp ku berbunyi ditengah malam yang sepi itu lalu kubuka  pesan WA ternyata Maya mengirimkan pesan kepadaku.
“Akhirnya kau muncul juga sayang.” tawaku dalam hati,
“Ping!”
“Pong ja ah, hehehe….”
“Iiiihhhh… apaan sih pong?”
“Ini loh si otong yang balas jadi pong deh isinya, hahaha.” candaku.
“Iiihhh…nakal ya, hehehe… emang kenapa si otongnya? Ko bangun jam segini?? Kamu ko belum tidur sayang”
“Iya nih si otong nagih janji terus, katanya mana sarang barunya terus kapan di elus-elus kamu lagi, heheheh”.
“Aku ga bisa tidur nih say, kepikiran kamu terus nih,hehehe…”.
“Ko bisa sih mikirin aku terus say?”.
“Iya nih, ga tau kenapa cuma kamu yang ada di otakku saat ini, hanya kamu yang terlihat memakai daster satin warna merah muda itu.”
“Iiiihhhhh… gombal ah, mempan tuh ma aku, hehehe…. tapi sumpah aku suka banget kamu gombalin aku sayang”, Aku pun merasa sangat bahagia saat ini, ternyata dia dah panggil aku dengan sayang, dan sesaat itu pun penisku semakin menegang.
“Yang bener say? Kalo kamu benar suka ntar tiap hari aku gombalin deh, hehehe.”
“Serius ih yank, aku suka banget”, Sambil mengirim emoticon love dan kiss.
“Ok deh say, eehhhmmm, kamu lagi apa say, ko jam segini belum tidur?”.
“Iya nih say, aku mau ngabarin kamu kalo besor kita dah bisa mulai rencana kita”, Deg… jantungku sempat terhenti sesaat. Akhirnya tiba waktunya aku nikmati tubuhmu perdana Maya gumamku dalam hati.
“Aku dah pastiin semua aman sekarang, besok aku off nih say, kamu sini ya, terserah mau jam berapa juga, tapi kalo bisa dari pagi biar kita puas”.
“Ah ok deh say, besok pagi aku ke sana, tapi say ni penisku dah keras banget nih, kayaknya pengen malem ni masuk kandang barunya”.
“Iiihhhh sabar donk penismu sayang, besok ya kamu maen sepuasnya dalam kandang baru kamu ini.” lalu Maya pun mengirimkan foto, saat kubuka ternyata foto yang sangat luar biasa membuat penisku terasa ingin melompat, itu foto vagina Maya, vagina yang sangat indah berwarna merah merona di hamparan kulit putih mulus tanpa sehelai bulu pun sambil memakai daster merah muda kesukaanku.
Dan kulihat klitorisnya yang sangat indah menyembul seperti kacang hijau yang terselip di antara jari-jari tangan, aku sampai sedikit ngiler memandangi foto vagina Mila ini, begitu indah dan menawan.
“Tuh otong, dah liat kan kandang baru kamu, hehehe…”
“Say, si otong dah kaya mau copot ni ngeliat kandang barunya, hehehe.”
“Ya udah malem ni kamu sabar dulu ya, besok WA aku kalo kamu mau ke rumah, aku tidur duluan ya sayang, biar besok bisa kuat ngajak maen si otong, hehehe… goodnight honey muuaaach.”
“Ok deh say, kamu tidur yang nyenyak ya mimpiin aku..muuuaacchh.”
Setelah itu tak ada lagi pesan dari Maya yang masuk, mungkin dia sudah tertidur sekarang, aku pun beranjak masuk ke dalam rumah, kukunci semua pintu dan jendela, dan beranjak ke ruang tengah, disana aku terduduk sesaat karena si otong masih saja berdiri keras, terpaksa aku onani si otong sambil kulihat foto vagina Maya. Setelah puas beronani ria, aku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri lalu pergi ke kamar dan kurebahkan tubuhku diatas tempat tidur hingga aku terlelap tidur sambil membayangkan Maya dan apa yang akan terjadi esok.
Pagi-pagi sekali aku sudah terbangun kira pukul 5:00 dan bergegas mandi, dan aku minta izin kepada atasanku bahwa hari ini aku tidak bisa masuk kerja karena alasan tidak enak badan, sebelum berangkat dari rumah aku mengabari Maya via WA kalau aku sudah OTW menuju rumahnya.
“Yank aku otw ke rumahmu nih, mungkin 25 menit lagi  nyampe”, Tak beberapa lama Maya membalas.
“Aduh pagi banget say, aku baru melek nih belum mandi, ya udah kalo kamu dah nyampe kamu langsung masukin saja mobil kamu ke garasi, terus kunci jangan lupa ya say, pintu depan ngak aku kunci, aku mandi dulu biar seger, hehehe.”
Aku pun mengiyakannya, tapi sebelum beraksi aku WA, Adi sahabatku dulu, menanyakan posisinya saat ini untuk memastikan keamanan aksiku nanti.
“Dimana Bro lo sekarang?”
“Biasa lagi tugas ni bro di luar kota, kemaren malam aku berangkat mungkin balik minggu depan, ada apa bro??”
“Ah engga bro, anu, aku tadinya mau pinjem duit dulu buat keperluan”, alasanku, padahal dalam hati bersorak riang “Yesssss…! Seminggu ini bakal puas aku menjamah istrimu.” dalam hati aku bergumam.
“Ya dah aku transfer aja kalo lo mau, mana sini no rek lo?”.
“Ah ga usah bro, biar aku pinjem sama bosku aja.”
“Oh ya udah klo gitu”.
Aku pun tertawa kecil mengetahui Adi sedang berada di luar kota saat ini, dalam hati aku berkata, Salahmu kawan menghianati istri secantik Maya, dan maaf kawan istrimu kesepian, dan akan kutemani dia, memuaskan birahinya dan menjadi obat dari luka yang sudah kau berikan pada istrimu.
Tak lama aku pun segera memacu mobilku, sampailah aku di depan rumah Maya dan kulihat situasi di komplek itu masih sangat sepi, karena memang mungkin mereka beraktivitas sedari pagi buta untuk menghindari kemacetan kota Yogya di pagi hari. Tanpa berpikir panjang langsung kumasukkan mobilku ke garasinya lalu kututup kembali tak lupa aku pun menutup pagar depannya dan kukunci juga. Setelah itu secapat kilat aku masuk ke dalam rumahnya, aku tutup rapat dan kukunci, segera aku mencari Maya.
“May, Maya sayang kamu dimana?”, Tak ada jawaban, tapi kudengar suara orang mandi di kamar Maya, aku pun segera masuk ke dalam kamarnya, dan kulihat pintu kamar mandi tertutup rapat, dan begitu kulihat ranjangnya yang empuk beralaskan sperai berkain satin berwarna merah muda dengan motif rendra-rendra yang masih berantakan  aku pun segera berbaring diatas ranjang empuknya yang masih betantakan karena belum sempat dia bereskan.
Mendengar Maya sedang mandi gairah sexualku bangkit, batang penisku  pun mengeras, sial aku dah ngak tahan lagi ingin bercinta dengan Maya, aku pun segera bangkit dan kudekati pintu kamar mandi, kuketuk lalu aku panggil
“Maya…Maya sayang…!”
“Bentar sayang, tanggung dikit lagi nih.” jawabnya dari dalam.
Sebenarnya aku sudah tak kuat, nafsu birahiku sudah memuncak sampai ke ubun-ubun, ah lebih baik aku berinisiatif untuk membuka seluruh pakaianku hingga telanjang bulat, hingga begitu Maya keluar aku akan segera menerkamnya tanpa ampun. hehehe pikiran nakalku, sambil menunggu aku mainkan penis sambil masuk kedalam selimut satin diatas ranjang sambil terlentang.
Setelah beberapa menit berlalu terdengar suara pintu kamar mandi terbuka perlahan, dan aku semakin fokus menatap pintu itu yang lama semakin terbuka lebar, lalu terlihatlah Maya dengan badan yang sudah memakai daster satin warna merah muda itu seperti gambar yang semalam dia kirim ke WA ku. Batang penisku semakin keras melihat dari atas buah dadanya sampai ujung pantatnya, mataku terbelalak tak berkedip sedikit pun menyaksikan pemandangan tubuh indah nan molek milik Maya.
Kupandangi setiap inci tubuh putih mulusnya yang terbalut daster berkain satin warna merah muda itu, dari atas hingga bawah dan terus berulang-ulang kupandangi, tampaknya Maya tidak menyadari kalau aku sudah telanjang bulat dengan penis besar mengarah ke atas berada didalam selimut, Ssaat selesai mandi Maya sedang asik mengeringkan rambutnya dengan handuk, Aku pun segera berdiri untuk menghampirinya.
Barulah saat aku berdiri Maya pun tersadar dan terhenyak melihat tubuh bugilku, dia terlihat terpesona dengan badan atletis dan penis besarku, matanya melotot dan mulutnya sedikit menganga seperti ada kata-kata yang tertahan di ujung lidahnya. Aku semakin mendekati tubuh Maya dan terdengar hanya suara “waaaw” dari mulut Maya, aku pun langsung memegang pundak Mila yang masih terperangah melihat tubuhku dan penisku, lalu tersadar dan berkata,
“Ya..yaank kamu ko tela…,”, Belum beres Maya bicara aku langsung melumat habis mulutnya, sehingga yang terdengar hanya suara.
“Mmhhh…emmhh…emmmhhh” dari mulut sexynya, beberapa menit aku menyerang bibirnya Maya pun membalasnya dengan rakus dan lahapnya, penuh gairah dan nafsu, dimainkan lidahnya merangsek masuk ke dalam rongga mulutku.
Lidahnya seakan-akan mengaduk-ngaduk isi mulutku mencari lidahku, dan menghisapnya kuat-kuat yang membuatku semakin bernafsu, setelah sekitar 15 menit kami saling berciuman dengan ganasnya di depan kamar mandi, aku pun menuntun Maya menuju ranjang, sembari melangkah perlahan mulut kami masih terus beradu saling menghisap satu sama lain.
Di tepian ranjang aku balikkan tubuh Maya sehingga posisinya membelakangi ranjang sekarang, kini terlihat jelas setiap lekuk tubuh indahnya yang terhalang daster kain satin itu, puting susu sangat jelas terlihat menembus keluar menjeplak dikain satin dasternya. Ingin segera kuhisap dan memainkannya tapi sepertinya bibir Maya tak mau melepaskan bibirku, ia terus saja menghisap dalam-dalam lidahku hingga terasa memanjang lidahku dibuatnya. Kerena asiknya Maya memainkan mulutku maka aku pun langsung menyasar setiap lekuk tubuhnya dengan kedua tanganku, tangan kananku mulai meremas pantatnya dengan lembut, sementara tangan kiriku menjamah gunung kembarnya.
Kuremas-remas lalu kumainkan putingnya, kupilin-pilin hingga Maya melepaskan bibirnya dan mendesah “Aahhh…aaahhh…yaaaank…eeenn…aakk…”.
Aku pun sedikit menundukan kepalaku dan kulumat buah dada Maya sebelah kanan, kuciumi dan kujilati putingnya dari luar kain satin dasternya yang membuat Maya semakin terangsang sangat hebat, kuhisap dalam-dalam putingnya yang membuat Maya semakin menjadi-jadi.
“Teruuuss…teeerusss..yank… hisap yang kuuaaaatt aaahhhh…” racaunya ber ulang-ulang, kulihat Maya begitu menikmati permainanku ini, wajahnya terlihat memerah, tangannya hanya terkulai lemas tak berdaya bagai tak bertenaga.
Setelah beberapa menit kami berdiri, kurebahkan tubuh Maya ke kasur lalu kuciumi tubuhnya inci demi inci, aroma sabun dan shampo yang ia gunakan tercium begitu harum membuatku semakin bernafsu, kuciumi keningnya, lalu bibirnya dengan lembut, lalu kuciumi juga daun telinganya dan sesekali aku menghisapnya yang membuat Maya mengelijang seperti cacing kepanasan.
Melihatnya seperti itu semakin membuat aku gencar mencumbunya, kumainkan kedua buah dadanya, aku remas halus dan terkadang kasar, kuturunkan ciumanku ke leher, turun ke belahan buah dadanya sambil terus kuremas agak kasar, Maya hanya terus mendesah dan meracau,
“Ssshhhh…aaahhh…yaaank…ssshhhh”, Sekarang mulai aku meraba perutnya yang masih terhalang kain licin dasternya,  turun ke selangkangannya hingga membuat Maya mengangkat sedikit perutnya ketika jari-jariku menyentuh tumpukan vaginanya,
Sementara mulutku masih asik menghisap kedua payudaranya bergantian walau masih terhalang kain satin dasternya, lalu kubuka lebar kedua kakinya, hingga sekarang Maya dalam posisi mengangkang dan aku terlungkup setengah miring disampingnya. Tangan kiriku menopang tubuhku sementara tangan kananku menjamah gundukan kecil di selangkangannya, dan mulutku masih asik mengulum dan menghisap puting buah dadanya. Aku raba dengan halus vaginanya, kumainkan jariku di bibir vaginanya, membuat Maya kembali menggeliat dan mengangkat sedikit tubuhnya.
Kubuka mulut vaginanya dengan jariku, kugesek-gesekkan jariku di antara mulut vaginanya hingga sesekali gesekanku menyentuh klitorisnya.
“Aaahhh…aaahh…aaaahhhh…sssstttt..”,  racau Maya saat jariku menyentuh klitorisnya.
Kurasakan vaginanya begitu basah, dan becek seakan-akan cairan di dalam vaginanya tak mau berhenti mengalir, kuhentikan hisapanku di payudaranya lalu kucium bibirnya dan kubisikan di telinganya.
“Siap-siap kamu merasakan nikmat tiada henti dariku sayang”, Maya hanya tersenyum nakal sambil menggigit tepian bibirnya, membuatku semakin bernafsu memburu orgasme pertamanya, lalu kubenamkn kepalaku di antara selangkangannya, kuciumi sekitar vaginanya, tercium aroma vagina yang khas bercampur aroma sabun kewanitaann yang wangi, Sementara Maya terus mendesah saat kumainkan lidahku di mulut vaginanya.
“Aaaahhhh…aaaahhhhh…aaahhh”, Maya terus mendesah, tanganku mencengkram kedua belah pahanya dan Maya pun semakin mengangkang lebar-lebar, kini terlihatlah lubang vagina yang merah yang terus dibanjiri cairan putih bening yang terus mengalir dari dalam vaginanya.
Tapi meskipun Maya mengangkang lebar-lebar lubang vaginanya terlihat begitu sangat sempit, tanpa panjang lebar aku mulai menjilati dan kuhisap dinding dalam vaginanya, kumasukan lidahku menerobos lubang vaginanya, itu membuat Maya sedikit mengejang perutnya. Terangkat kedua tangannya mencengkram keras kepalaku dan menekan kuat ke mulut vaginanya,
“Mas....Andiiiii… saaayy.. aank…kaa..muu…aappaaiinn…aaakkuu.. aaaahhhhh…ssssshhhh…eeeennaakk”,  racau Maya gelagatan.
“Tteerruuusss…ssshhhh…”, tak kuhiraukan racaunya, meskipun batang penisku sudah berdenyut-denyut keras dan semakin mengeras tapi aku coba menahannya agar tak terburu-buru ke permainan puncaknya.
Kini aku mainkan klitorisnya, aku hisap kuat kuat, membuat Maya semakin mengelijang kenikmatan. Tampak Maya semakin sering menggoyangkan pinggulnya sepertinya dia sudah dekat dengan orgasmenya yang pertama, menyaksikan hal itu langsung kutancapkn jari tengahku ke dalam vaginanya, “Jleeebb…..” Jariku masuk dengan mudah karena memang vaginanya becek banget.
Sesaat kurasakan hangat jariku d idalam vaginanya, lubang vaginanya terasa begitu sempit sampai-sampai jari tengahku terasa terjepit dinding-dinding dalam vaginanya
“Aaaawwww…..”, sambil mengangkat perutnya ketika jariku menusuk lubang Vaginanya,
“Peellaann…yaank…aaahhhh”, Tampaknya Maya sedikit merasa kesakitan, mungkin ini kali pertama lubang vaginanya dimasuki benda tumpul lagi meskipun baru jari tengahku saja.
Aku pun menarik dan memasukkan kembali jariku secara perlahan, hingga Maya mulai merasa terbiasa dan nyaman dengan jariku di dalam vaginanya, dan kali ini pinggulnya bergoyang seirama dengan kocokan jariku yang semakin lama semakin kupercepat,
“Plok…plok..”, Terdengar suara benturan antara mulut vagina beceknya dan telapak tanganku, 5 menit kemudian kulihat Maya semakin mempercepat goyangan pinggulnya dan menekan jariku lebih dalam tampaknya dia mencapai puncaknya.
Melihat hal itu aku langsung mempercepat kocokan jariku, dan tanganku yang lain meremas-remas payudaranya dan kujepit putingnya.
“AAAAAHHH…AAAAHHH… aku mau keluuuaaaarrr SAAAYYAAAANG… AAAAAAHHHH…!”, Sedetik kemudian kurasa dinding vaginanya berdenyut-denyut kuat dan terasa semburan cairan hangat di dalam vaginanya yang mengalir deras di jariku hingga menetes keluar vaginanya.
Aku masih membiarkan jariku di dalam vaginanya. Sambil kulihat perlahan tubuhnya mereda, terlihat lunglai, keringat membasahi sekujur tubuhnya, sementara tangannya masih meremas-remas halus kedua payudaranya, sementara matanya terpejam dan terlihat Mila sedang menikmati sisa-sisa puncak orgasmenya mulutnya menggigit sedikit bibir
bawahnya sehingga terlihat begitu binal. Kucabut jariku dan “Aaaaasssshhhhh…!” Desahnya, matanya terbuka dan menatapku penuh kepuasan, senyum nakal yang begitu binalnya menghiasi bibir manisnya kini, seakan mengisyaratkan. betapa dia menyukai dan menikmati permainanku sesaat tadi. Kudekatkan kepalaku di wajahnya, kucium Mila penuh cinta dan gairah, Mila membalasnya dengan hangat setiap ciuman yang kudaratkan di bibirnya, beberapa saat kemudian aku lepaskan ciumanku, dan berdiri di samping ranjang di sampingnya.
“Enak ya say??”, Maya hanya mengangguk mengiyakan, matanya terus menatapku penuh arti.
“Itu baru awal ko yank, kamu bakal merasakan yang lebih nikmat lagi dari tadi, kamu bakal aku puasin sebagai obat kekecewaanmu ma Adi.”
“Iya sayang, kamu bebas mau ngapa-ngapain aku juga, aku milik kamu seutuhnya sekarang, tapi jangan sebut nama Adi lagi ya, aku benci dengernya”.
“Ok deh sayang” hatiku tertawa riang mendengarnya.
“Setelah ini kamu bakal lupa sama dia Say, kamu bakal ketagihan.” bisikku d telinganya, sambil kucium keningnya, Maya hanya tersenyum penuh arti.
“Tapi yank, kamu ko belum nyapa si otong?” sambil kuacungkan penis besarku di hadapannya, Mayapun menurunkan pandangannya ke arah si otong, matanya terbelalak tak berkedip menyaksikan batang penisku yang banget besar dan ini mungkin baru pertama kali dia melihat penis sebesar ini, jauh dibandingkan penis suaminya.
“Oh ini toh yang namanya otong…!”, sambil mengelus-elus kepala penisku dengan lembut.
“Woooowww… besar banget dan keras ya otong, kamu bakal susah nih masuk kandang kecilnya nanti”, aku hanya tertawa kecil mendengar Maya ngobrol dengan si otong.
“Yank apa si otong nanti bisa masuk? Kandangnya kan kecil banget.” kata Maya sambil tersenyum jahil menatapku.
“Hehehe…si otong malah suka banget say sama kandang sempit kaya punya kamu itu loh.” godaku.
“Sebelum masuk kandang dia pengen kamu ciumi dulu katanya”, Maya pun tersenyum dan mencubit perutku.
”Iiiiihhhhh kamu nakal otong, jadi makin gereget deh ah”, Masih dengan posisi yang sama aku lihat Maya kini berganti posisi menungging menghadap ke arah selangkanganku, dengan posisi ini aku semakin leluasa memandang indahnya tubuh Maya, lekukan punggung Maya hingga pantat menghadirkan sensasi keindahan tersendiri, dua gunung kembarnya tergantung menjuntai kebawah namun masih terlihat mengeras terhalang kain satin dasternya.
Mungkin saat itu birahinya masih tinggi, matanya terus menatap nakal ke arah si otong, tangannya tak henti-henti mengelus-elus batang penisku dan sesekali dia berusaha mencengkram dan mengocoknya, itu semua membuat penisku berdenyut-denyut.
“Iiihhhh…otong dah ga sabar ya, dari tadi ko nyut-nyutan mulu, tahan sebentar ya.” oceh Maya nakal dihadapanku.
“Ternyata kamu haus sex juga ya say? Soalnya dari tadi kamu keliatan ga canggung menikmati apa yang aku lakuin?” tanyaku, Maya hanya menatapku dan tersenyum nakal.
“Aku juga wanita normal Andi sayang, butuh seks sama seperti wanita-wanita yang sudah menikah lainnya.” jawab Mayaa sedikit syahdu, namun tak henti-hentinya dia memainkan batang penisku, terkadang mengelus lembut mulut penisku dengan kain satin selimutnya diranjang.
“Aku sudah lama ngga dapat jatah, sudah 2 bulan ini Adi gak menafkahi batinku, tapi…kamu datang masuk dengan ide gila di hati ku, sebenernya batinku bergejolak Mas, tapi aku ga tahan gini terus, apa lagi kini aku tau Adi gak setia lagi padaku, hancur sudah hatiku Mas..!”, lanjut Maya dan sedetik kemudian kulihat matanya mulai berkaca-kaca dan air matanya jatuh perlahan membasahi pipinya.
Aku hanya terdiam mendengar dan menyaksikan itu, jujur hatiku pun berontak atas penghianatanku kepada istriku, tapi kesetiaanku luluh lantah karena rasa iba pada awalnya, kini aku gak bisa berpikir rasional lagi, mungkin aku kini mulai menyayanginya setulus hati ini.
Tapi bagaimana semua bisa terjadi, aku gak mau ambil pusing memikirkannya, lalu lanjut Maya berkata,
“Aku ga tau kenapa Mas, hadirnya kamu sekarang membuat hatiku tentram kembali, semua perasaan kesepian dan kekecewaanku kini berangsur hilang dan padam, akuuu…akuuuu…merasa nyaman denganmu Mas, apa mugkin aku jatuh cinta ma kamu Mas, yang pasti aku benar-benar menyayangi kamu Mas, aku gak mau jauh dari kamu, aku ingin kamu seutuhnya Mas”, Jeeebbrreeeeeddd…..aku semakin terdiam membisu, batinku bergejelok hebat, kepalaku seperti berhenti berpikir.
Dilema ini begitu sulit kupecahkan saat ini, di sisi lain aku adalah suami yang setia dan sayang sama istri dan anakku selama ini. Di sisi lain telah tumbuh benih-benih kasih sayang di hatiku untuk Maya, tak pernah terlintas sebelumnya semua bakal terjadi seperti ini. Awalnya aku hanya ingin memuaskan nafsu birahiku saja tanpa perasaan, tapi kini lain kenyataannya. Melihat Maya masih saja menangis, kuangkat tubuhnya lalu kupeluk erat kubenamkan kepalanya ke dalam dadaku.
“Sudah May, kamu jangan menangis lagi, aku di sini buat kamu dan selalu berusaha ada buat kamu, aku sayang kamu May, benar-benar menyayangimu”, bisikku di telinganya, sesaat kemudian Maya menghentikan tangisnya, mengusap sisa air mata yang masih membasahi mata dan pipinya, kini wajahnya menengadah ke arah wajahku, aku tatap dalam-dalam matanya. Lambat namun pasti kini senyum manisnya kembali terukir di wajahnya.
“Aku tau kamu gak bisa janjikan kebersamaan ini terus bersamaku Mas, aku cukup senang tau kamu juga menyayangiku, aku tak minta apapun lagi Mas, selama kamu bisa menyayangi aku, aku bakal terus menunggu kamu di sini”, Aku hanya menatapnya penuh perasaan dan kueratkn pelukanku sebagai tanda kalo perasaanku juga sama dengannya, lalu Maya membenamkan lagi kepalanya di dadaku, tangannya mengelus-elus dada bidangku secara halus, kini tatapannya beralih ke arah selangkanganku.
“Ko tidur sih otongku”? canda Maya nakal sambil mengelus batang penisku yang sedari tadi mengecil karena keadaan yang begitu mellow tadi menurunkan nafsu birahiku.
“Hehehe…abis tadi melow sih.” jawabku ringan.
“Sini aku kecup ya!” Maya pun menurunkan kepalanya dan mulai menciumi kepala penisku yang semakin membesar dan mengeras, ciuman dan kocokan halus Maya membangkitkan kembali nafsu birahiku saat itu.
“Idih dah bangun lagi ya, mmmmhhhhh… besar banget sih kamu otong.” kembali Maya meracau dihadapan penisku yang berdiri tegak, kini tatapannya kembali binal, aku tau dia sudah terangsang lagi.
Kini Maya mulai menjilati penisku dengan lembut dari kepala hingga pangkal penisku, tak lupa dia mengulum buah zakarku bergantian, kini penisku semakin basah oleh liurnya. Mendapat perlakuan seperti itu aku hanya mendesah nikmat sambil kucengkram pundaknya, kini Maya mencoba mengocok dengan kain satin dasternya sambil memasukan kepala penisku ke mulutnya, namun dia terlihat kesulitan memasukannya karena kepala penisku yang membesar, perlahan tapi pasti, sekarang kepala si otong sudah terbenam seutuhnya menyisakan batang kekar penuh urat yang masih terus dikocok-kocok tangan lembutnya.
Sekarang dia berusaha memasukkannya lebih dalam lagi, tapi baru saja beberapa centi masuk ke dalam mulutnya terlihat seperti tersendak, dia pun memundurkan perlahan dan memasukkannya kembali hingga mentok di rongga mulutnya, terlihat penisku tidak bisa masuk sepenuhnya, mungkin terlalu panjang untuknya, kini kurasakan nikmat yang teramat sangat ketika Maya mengocok-ngocok penisku dengan mulut dan tangannya.
Dari perlahan hingga cepat dan sesekali disertai hisapan kuat dan jilatan di bagian kepala penisku. Rasanya begitu nikmat terasa sampai ke ubun-ubunku, aku pun tak ingin terus berdiam saja, kuraih payudaranya sebisaku, kuremas-remas dengan kuat, dan kuplintir-plintir putingnya. Kini yang terdengar hanya desahan Maya dan suara kocokan dan hisapan mulutnya
“Mmmhhh…,mmmhhhh… sssrrrpppp… sssrrrppp…plok..plok…mmmhhhh…”, Setelah beberapa menit akhirnya aku ga tahan lagi ingin segera menjebol vaginanya, kuhentikan kegiatan Maya mengoral si otong, aku balikkan tubuhnya, kucium bibirnya dengan rakus dan ganas.
Lalu kurebahkan ia di kasur, aku pindahkan posisi badan ke hadapan selangkangannya, aku lebarkan kedua kakinya, hingga kini Maya menggangkang lebar-lebar.
Terlihat vaginanya seperti berkedut, cairan bening mengalir dari dalam vaginanya, tak kuat menyaksikan pemandangan ini lalu aku dekatkan penis di mulut vaginanya, aku gesek-gesekkan dengan kepala penisku hingga menabrak klitorisnya dan terdengar suara Maya.
“Aaaahhh…aaahhhh…mmmhhhh…!”, Ketika klitorisnya tertabak kepala penisku, tangan kirinya meremas-remas payudaranya sementara tangan kanannya menarik tanganku yang sedang memegang batang penisku yang seakan ingin segera dimasukkan ke dalam liang vaginanya.
“Yaaankk…aaaa..aahhh…maaassuukkin… aaa…aahh…cceeppeett…yaannkk” pintanya memelas, kulihat wajahnya kembali menjadi binal, bibir bawahnya ia gigit menampakkan gairah luar biasa yang tak terbendung, sekarang aku mulai memposisikan kepala penisku di mulut liang vaginanya.
Kutusukkan penisku perlahan-lahan masuk ke dalam liang vaginanya, tampak Maya sedikit meringis menahan rasa sakit, wajar saja meskipun Maya tak perawan lagi tapi beberapa bulan ini vaginanya tak terjamah suaminya, sehingga vaginanya menjadi sedikit menyempit lagi, ditambah ukuran penisku yang besar membuat vaginanya terasa seperti perawan lagi.
Melihat hal itu, aku hentikan sejenak kegiatanku sambil kubiarkan Maya agar lebih tenang, “Terusin yank, ayo terusin aja, gpp.” pinta Maya lagi.
Ya sudah kalo begitu maunya, aku hanya menuruti saja, kini kembali kutekan penisku yang lebih dalam lagi, baru seperempat penisku masuk, Mayaa berteriak pelan, “Aaaaawwww…sssttt… gpp terusin yank.”
Aku lihat ia mencoba menahan sakit dan nikmat yang bersamaan, kini aku mundurkan sedikit penisku, terasa kini lubang vaginanya begitu becek, melihat hal itu kutusukkan penisku dalam satu hentakan ke liang vaginanya hingga masuklah penisku sepenuhnya mentok hingga ke ujung vaginanya.
“Aaawwwwhhh…sssstttthhhh…aaaahhhh.” Maya mulai menegang, perutnya sedikit terangkat, matanya terbelalak dan mulutnya menganga merasakan hentakan keras menghujam vaginanya antara perih dan nikmat bercampur aduk.
Kubiarkan sejenak penisku di dalam vaginanya agar terbiasa dengan ukuran penisku, vaginanya begitu sempit, terasa dinding-dinding vaginanya menjepit erat seluruh batang penisku, ini adalah sensasi yang sama saat aku memerawani istriku dulu, tapi sekarang sungguh berbeda, ini sungguh luar biasa benar-benar kenikmatan tiada tara yang kembali kurasakan.
Kini Maya sudah mulai terbiasa dengan kehadiran penisku di dalam vaginanya, seiring dengan perih yang mereda, kini pinggul Maya mulai bergoyang perlahan, melihat itu aku langsung menindihnya, kudekatkan wajahku ke wajahnya, kucium halus bibir lembutnya yang semakin lama semakin ganas dan panas, bersamaan dengan itu aku mulai menggerakkan penisku maju mundur dengan perlahan.
“Mmmhhh…mmmmhhh…mmmhhhh” hanya itu suara yang terdengar dari mulutnya yang kukulum.
Rakus sekarang, genjotan penisku sekarang sudah semakin cepat dan goyangan pinggul Maya sudah semakin seirama dengan gerakanku, kulepas ciumanku dan aku bangkit setengah berdiri, kunaikkan pahanya, lalu kugenjot cepat vaginanya kini terdengar suara benturan penisku dan vaginanya.
“Plook…plook..plook”
“Aaahhhh…eeemmmhh…aaa..aahh… iya… sayyang…ttteerruuusss…aaaa…aaahh” racau Maya seiring dengan cepatnya genjotanku.
Beberapa menit kemudian kurasakan penisku berdenyut tanda akan segera mendekati puncak orgasmeku, tapi belum sampai aku mencapainya, kurasakan dinding-dinding vagina sempitnya berkedut-kedut keras. Maya menggoyang-goyangkan pinggulnya menekan penisku dengan keras hingga mentok ke ujung vaginanya, badannya mengejang perutnya terangkat ke atas, mulutnya terbuka, kedua tangannya menopang ke kasur dan mencengkramnya dengan kuat sesaat kemudian.
“Aaahhhh…aaa…aaahhh…yyaaa…aaank… aa…aaakkuu… ma..maa..uuuu… keeeluuuaaarrr…Aaaaaaaaaaaaahhhhh..” lengkingan panjang Maya terdengar beriringan dengan semburan cairan hangat dalam vaginanya yang membasahi seluruh batang penisku, itu menandakan orgasme kedua Maya pagi ini.
Tapi kali ini orgasme yang lebih dahsyat dari yang pertama, badan Maya kini melunglai lemah, matanya terpejam, tangan kirinya meremas-remas pelan payudaranya, sementara mulutnya menggigit pelan telunjuk tangan kanannya, badannya masih sedikit bergetar-getar, cengkraman dinding vaginanya sudah melemah.
“Mmmhhhh…mmmmhhhh…mmmhhhh…”, Terlihat Maya sedang menikmati sisa-sisa orgasmenya, aku masih membiarkan penisku di dalam vaginanya sambil kuatur nafas untuk menuntaskan permainanku karena tadi aku sudah mendekati puncak orgasmeku, aku lihat tubuh Maya sudah basah kuyup bermandikan keringat dan aku pun sama, setelah beberapa saat berlalu kucabut penisku.
Maya hanya menatap nakal dan segera kulumat lagi bibirnya, kusedot lidahnya, kukulum dan kutelan liur yang tersedot olehku, rupanya gairah Maya kembali bangkit, kini aku minta dia berbalik badan menungging, kali ini aku memposisikan dia dengan doggy style, aku berencana menuntaskannya dengan posisi ini.
Kini aku berada di belakang pantatnya, kucengkram erat pantat putih mulus itu dengan gemas, Maya hanya menoleh ke arahku dan tersenyum binal padaku, lalu aku arahkan penisku di depan liang vaginanya, tanpa aba-aba aku langsung menghujamkannya masuk ke dalam vaginanya.
“Aaaaww…mmmhhhfff..” Maya merintih kaget, lalu aku biarkan sebentar lalu kugenjot perlahan, pinggul Maya mulai mengikuti gerakanku seirama dengan genjotan-genjotan yang semakin kupercepat. Dalam posisi ini vaginanya memang terasa lebih mencengkram penisku, aku pegang pinggulnya dengan tangan kananku sementara tangan kiriku meremas payudaranya yang mulai mengeras lagi dari belakang.
Aku naikkan lagi tempo genjotanku dan Maya mendesah semakin sering.
“Aaaahhh…,oooohhhh…mmmmhhhhff…aaahhh”, Aku masih terus menggenjot dengan tempo yang sama hingga cairan dalam vagina terlihat menetes keluar di sela-sela vaginanya, aku ambil cairan itu lalu kulumuri di sekitar mulut anusnya sambil sesekali aku tusukan telunjukku sedikit ke dalam lubang anusnya.
Maya yang menyadari lubang anusnya kumainkan terlihat mengelijang namun tampak penolakan darinya.
“Yaaank jagan disituuu…ssshhhh…aaaahhh”, tolaknya diiringi desahan manjanya.
“Kamu jangan takut sayang, ini bakalan enak banget, kamu bakal suka.” rayuku.
“Tapi yaaank, aku belum pernah…sssshhhh…mmmmhhh.”
“Ngak papa ko sayang, gak bakalan sakit malah makin enak, dicoba ya say.” Bujuk aku agar ia mengijinkanku untuk menusuk anusnya meskipun hanya jariku. Dengan sedikit keraguan, akhirnya Maya mengangguk tanda mengiyakan, mendapat lampu hijau aku pun segera mencabut sejenak penisku, kuambil cairan dalam lubang vaginanya yang kini menganga lebar.
Lalu kulumuri di sekitar mulut anus dan sedikit aku masukan dalam rapatnya lubang anusnya, kumasukin kembali penisku menghujam vaginanya dan jari telunjukku kumainkan di anusnya mencoba menerobos masuk lubang anusnya, Maya hanya mengerang menahan sedikit perih dan sensasi kenikmatan yang baru kali ini ia rasakan, perlahan-lahan jari telunjukku menerobos masuk lubang anusnya sementara genjotan penisku terus menghujam vaginanya tanpa henti.
Akhirnya setengah jariku masuk ke dalam anusnya, beberapa detik kemudian kuhujamkan jariku lebih dalam, dengan sekali hentakan masuklah seluruh telunjukku ke dalam anusnya, Maya sedikit berteriak menerima hentakan keras yang kulakukan, “AAAAAAAAWWWW…,sa…sakit yank.” sambil menoleh ke arahku, matanya terbelalak, mulutnya menganga.
“Ngak papa say, cuma sebentar ko, habis ini bakalan jadi enak yang kamu rasain.” Jawabku menenangkannya. Kubiarkan jariku di dalam anusnya sementara vaginanya kugenjot sedikit lebih cepat agar rasa perihnya teralihkan, beberapa menit kemudian Maya mulai menikmati sensasi baru ini,
Desahannya kini sudah makin keras saja apa lagi saat aku mulai menggenjot jariku keluar masuk lubang anusnya perlahan. Tubuhnya menggeliat bagai cacing kepanasan menerima sensasi double penetration yang aku berikan.
“Aaauuuuww..oooohhhh… ssshhh… aaahhhh…oouuuuhhhh… eee…eeennaakk… yank”, Tampaknya Maya benar-benar sudah terbiasa dengan ini, keringat sudah membanjiri seluruh tubuh kami masing-masing, tak terasa sudah 1 jam lebih dari awal kami bergumul memacu merengkuh gairah kenikmatan yang tiada tara, 5 menit kemudian kurasakan penisku berdenyut-denyut.
Aku tau ini saatnya ku dapatkan puncak orgasmeku, aku genjot semakin cepat dan dalam penis dan jariku di kedua buah liang nikmat milik Maya, dan Maya kini membenamkan kepalanya ke kasur sementara pantatnya semakin terangkat ke atas dan menekan lebih dalam lagi penisku,
“Aaaahhhhh…aauuuhhhh…aakkuu… mau.. kkee…luuuaaaarrr…laaagiii… yyaaank”, Dinding vaginanya berkedut-kedut kencang mencengkram penisku di dalam sana, aku yang sedari tadi sudah mendekati puncaknya menekan kuat-kuat penisku lebih dalam hingga mentok, sementara jariku pun sama aku benamkan lebih dalam, sesaat kemudian Maya mengerang panjang.
“Aaaaaaaaaa…aaaaaaaahhhhh…..”,Cairan hangat menyembur dalam vaginanya diikuti pucak orgasmeku yang pertama.
“Aaaarrrgggghhhh…,!”, Ku cabut jariku dari anusnya lalu aku pegang pinggulnya kutekankan lebih erat hingga tubuhku menempel dengan pantatnya dan akhirnya.
“Croott…crroooottt…crroooott”, Beberapa kali aku semburkan cairan spermaku di dalam vaginanya yang sudah banjir dari orgasme ketiganya, kudiamkn penisku masih di dalam vaginanya, aku baringkan tubuhku di atas punggungnya sambil aku peluk tubuhnya dari belakang, kami hanya terdiam tanpa kata.
Yang terdengar hanya suara kami berdua terengah-engah letih, sementara keringat kami masih terus mengalir membasahi tubuh kami dan sebagian menetes membasahi ranjang diatas kain satin sperainya, sambil mengatur nafas aku bangkit dan mencabut penisku dari vaginanya.
Sementara Maya masih saja terengah-engah kecapean tapi masih dalam posisi menungging sehingga terlihat liang vaginanya yang menganga dan lubang anusnya yang berdenyut-denyut kembang kempis, tampak cairan speraku mulai meleleh keluar dari vaginanya, begitu banyak karena bercampur dengan cairan vaginanya yang terlihat bening bercampur putih spermaku.
Kubiarkan saja cairan spermaku menetes di atas kain satin sperai kasurnya sementara aku bergeser ke samping Maya, aku rebahkan tubuhnya yang sudah kelelahan. Kini Maya terbaring lemah, matanya terpejam dan nafasnya masih terengah-engah, aku berbaring setengah miring di sampingnya, aku pandangi wajah cantiknya tanpa bosan-bosannya.
Sambil kubelai rambut panjangnya, lalu aku kecup hangat keningnya, perlahan matanya terbuka dan menatapku penuh perasaan, Maya tersenyum manis padaku dan berkata.
“Aku sayaaaaang banget kamu Mas Andi, aku cinta sama kamu Mas”, Aku pun hanya tersenyum dan berbisik.
“Aku juga cinta kamu May”, kutatap lagi dalam-dalam matanya dan kucium bibir lembutnya penuh gairah, hingga akhirnya aku terbaring di sampingnya dan kini Maya
memindahkan posisi kepalanya ke dadaku, tangannya melingkar memeluk perutku, dan akhirnya akupun terlelap dalam keadaan telanjang di ranjangnya. Dalam hati aku bertanya apakah ini benar adanya, apakah aku benar-benar mencintainya atau kah hanya nafsu sesaat, dan jika cinta ini benar, apa yang akan aku katakan kepada istriku kelak, pertanyaan-pertanyaan itu kini mulai mnghantuiku, entah berapa lama aku berpikir hingga akhirnya aku tertidur pulas.
Kubuka mataku pelahan dan terasa angin sepoi-sepoi yang diiringi hawa hangat menerpa tubuhku, ternyata di luar sana matahari sudah meninggi ntah berapa lama aku tertidur tadi. Kulihat Maya sudah tak ada di sampingku lagi, suasana kamar pun sedikit berbeda sekarang, tampak sudah begitu rapih dan bersih, sekarang tubuhku sudah terbalut selimut satin yang menutupi tubuhku diatas ranjang.
“Ah, mungkin Maya menyelimutiku.” pikirku.
Sejenak aku biarkan pikiranku melayang dan mataku terus menatap langit-langit kamarnya, setelah bosan kubangunkan tubuhku dan duduk di atas ranjang tempat pergumulan aku dan Maya tadi, kulihat lagi sekelilingku dan mencoba menemukan pakaianku yang tadi berserakan di lantai kamarnya, ternyata pakaianku sudah terlipat rapi di samping ranjang Maya, mungkin Maya membereskannya tadi.
Aku pun beranjak dari ranjang  menuju kamar mandinya, setelah puas mandi aku segera bergegas mengeringkan tubuhku dan berpakaian lagi, kususuri rumah Maya sambil kucari dia dimana.
“May… Maya sayang kamu dimana??” panggilku berulang-ulang,
“Di sini yank…!”, Maya pun menjawab panggilanku, aku cari arah suara itu, ternyata berasal dari dapur.
Aku lihat Maya sedang memasak, masih dengan pakaian daster satin merah muda tampak sedikit kusut dan ada bekas noda sperma yang terlihat menempel kering dikain satin bekas tadi kita berlomba kenikmatan diatas ranjang. Daster yang sangat seksi bawahan seatas lutut, rambutnya diikat seperti kuncir kuda.
“Mas Andi sayang kamu udah seger, udah mandi ya?” sapanya dari dapur, sambil tersenyum manis padaku.
“Itu aku dah buatin Kopi buat kamu, tapi mungkin udah agak dingin.” sambungnya, aku segera menghampirinya, memeluknya dari belakang dan menciumi leher dan belakang telinganya.
“Mmmmhhhhh…aaaahh..” desah Maya sesaat kemudian. Maya pun menghentikan sejenak kegiatannya dan berbalik tubuhnya dan langsung melingkarkan kedua tangannya di pundakku, kami saling bertatapan penuh perasaan. Tanpa komando lagi aku dekatkan bibirku ke bibir manis Maya, sedikit aku miringkan kepalaku dan aku kecup perlahan bibirnya.
Aku lumat dengan penuh perasaan, Maya pun terus membalas seranganku, kini mulutnya sedikit terbuka tanpa menunggu lagi langsung kuterobos rongga mulutnya menggunakan lidahku, kini kulumat habis mulutnya, kuhisap lidahnya, sementara Maya hanya menikmati seranganku.
Tanganku mulai beraksi seiring dengan bangunnya si otong yang berangsur-angsur membesar dan menegang, aku jamah payudara kanannya dengan tanganku. Ternyata Maya tak menggunakan bra, namun sesaat kemudian Maya mendorongku perlahan tanda ia ingin menyudahi seranganku.
“Nanti lagi ya sayang, masakanku keburu gosong nih, nanti kita lanjutkan lagi setelah makan, tuh kamu abisin dulu kopinya ya sayang.” pinta Maya halus padaku, aku yang terdiam hanya menganggukkan kepala tanda mengiyakannya, aku pun beranjak menuju meja makan dimana kopi yang Maya sajikan berada.
Aku minum setengah kopi itu dan aku nyalakan sebatang rokok, sambil menunggu Maya selesai memasak aku hanya memandanginya sambil aku habiskan rokok di tanganku. Setelah beberapa lama akhirnya Maya selesai memasak, kini ia sedang menyiapkan hidangan yang akan kami santap nanti, sesekali Maya aku goda dengan menepuk pantatnya ketika melewatiku.
“Iiiihhhh…nakalnya tuh tangan.” Maya hanya tersenyum manja melihat keisenganku, aku hanya tertawa cekikikan, setelah semua beres kami pun makan bersama sambil disertai senda gurau, saling menyuapi satu sama lain.
Sesekali Maya menyuapiku dengan mulutnya, aku pun menerimanya dengan senang hati dan diakhiri dengan ciuman panas penuh nafsu, sungguh nikmat sekali perlakuan Maya itu. Dia melayaniku selayaknya aku ini suaminya, aku benar-benar bahagia diperlakukan seperti itu, sampai-sampai aku lupa anak istriku yang ada dibandung sana.
Selesai makan bersama kami membereskan piring dan sisa-sisa makan, kulihat Maya mulai mencuci piring di tempat cuci, aku bawa beberapa gelas dan piring kotor ke tempatnya mencuci. Sambil mencuci kupeluk lagi tubuhnya dari belakang, Maya hanya tersenyum padaku sambil meneruskan cuciannya, sesaat kemudian si otong terbangun dan menegang ketika kudekatkan selangkanganku di pantatnya.
Kubuka celanaku sambil iseng-seng aku gesekan batang penisku sambil kuselipakan dibelahan pantatnya yang masih terhalang kain satin, aku sedikit tekan dan gesek-gesekkan di sana, terasa sungguh nikmat sekali saat kepala penisku menyentuh setiap gesekan kain satin saat aku gesek-gesek.
“Iiihhhh…kamu nakal sayang, otongnya bangun ya ?” tanya Maya sambil meneruskan kegiatannya, aku pun semakin terangsang. Aku ciumi leher Maya, aku jilati telinganya dari belakang, tanganku mulai meremas-remas kedua payudara tanpa bra itu, aku remas-remas perlahan, aku mainkan putingnya, aku pilin-pilin dari luar kain satin hingga kini Maya mulai terangsang dan tak konsentrasi mencuci piringnya.
“Sayang enak gesek disitu”, dengan nada mendesah kecil.
“Nikmat banget kain satin daster kamu bikin si otong ketagihan digesek disitu sayang”.
Tak terasa cairan beningku yang keluar dari lubang penisku membasahi kain satin daster Maya saat terus aku gesek-gesekan sambil kupeluk dari belakang dan kedua tangganku terus meremas dan memilin-milin kedua puting susunya dari luar kain satin dasternya. Sejenak Maya menghentikan kegiatannya dan menoleh ke arahku, tanpa basa-basi lagi aku kulum bibirnya, aku hisap kuat bibirnya.
“Mmmpppphhh…mmmmppphhh…”, desah Maya menahan sedotan mulutku.
“Aaaahhh…,aaahhhh…mmmmhhh..”, Maya mulai mendesah keras sambil terus mencuci, kini aku sibakkan daster bagian bawahnya, aku gerayangi selangkangannya dan ternyata Maya tak menggunakan cd juga didalamnya. Aku usap-usap belahan vaginanya dengan tangan kananku sementara tangan kiriku meremas remas payudara kirinya, kini Maya mulai terangsang hebat, sesekali mengelijang, namun ia masih meneruskan kegiatannya.
“Aaaahhhh…hhhhmmmppp…oooouuuuwww…hhhmmmm..” desah Maya menahan siksaan kenikmatan yang aku lancarkan, kini aku tusukkan jariku ke liang vaginanya yang basah, Maya mulai memundurkan sedikit, dan badannya bergetar ketika aku mulai mengocokkan jariku di liang vaginannya, namun ia berusaha kuat menyelesaikan kegiatannya.
“Aaduuuhhh…iiiihhhh…nnnaakkaalll…yaaank..” racaunya kini disambut dengan erangan.
“Saaabbbaaaarr…yaaaank…mmmmhhh…aaaahhhh… bentar laagiii bereeessttt…awwwaaass yaaa kamu yaaaank…”, ancamnya ketika kocokan jariku semakin aku percepat, pantatnya semakin menungging payudaranya mengeras , mulutnya terbuka sedikit, bibir bawahnya ia gigit seakan menahan kenikmatan tiada tara yang menghujam seluruh tubuhnya.
Karena aku sudah tak bisa menahannya lagi, kulebarkan sedikit kedua kakinya, aku angkat daster bagian bawahnya keatas aku arahkan penisku ke liang vaginanya dalam sekali hentakan.
Maka Bleeeesssss…,masuklah seluruh penisku ke dalam vaginanya.
“AAAAAAAHHHHHHH…..YYYAAAAAAANNKKK…” Maya berteriak kaget karena tanpa aba-aba penis besarku kembali menghujam vagina sempitnya, aku biarkan sejenak penisku di dalam vaginanya, dan kini Maya terlihat sudah beres mencucinya, ia menutup kran air dan langsung kepalanya berbalik, terlihat matanya berbinar.
Terlihat binal sekali, mulutnya langsung melumat bibirku tanpa ampun, lidahnya menerobos masuk ke dalam rongga mulutku, menghisap lidahku kuat-kuat yang sepertinya ia ingin membalas perlakuanku tadi.
Mmmmhhhhh nikmat sekali mulutnya memainkan lidahku, kutarik sedikit keluar penisku dari dalam vaginanya lalu kuhajamkan keras masuk ke dalam vaginanya yang sontak membuat Maya kembali terperanjat kaget dan melepaskan ciumannya.
“AAAAAHHHHH…kamu ini nakal banget sayang”, ucap Maya sambil menatapku nakal.
Kini ia mulai menggigit jari manisnya perlahan dan menatapku lebih binal lagi, aku hanya tersenyum, dan mulai memompa vaginanya pelan, Maya kembali berbalik, kedua tangannya menopang ke tepian tempat cuci, kini posisi Maya lebih menungging lagi. Aku pegang pinggulnya, aku mulai mengocok dengan tempo sedang.
Maya terus mendesah, “Aaaaahhh…mmmmhhhh…oouuuhhh…nnggghhh…teerruuuss.”, Seiring dengan desahaannya kupacu kocokanku semakin cepat, plok..plok..plok…suara benturan pantatnya dan selangkanganku yang semakin lama semakin keras terdengar.
Maya pun terus mendesah keras menerima hujaman keras penis besarku berkali-kali yang semakin cepat kocokannya, setelah 15 menit kocokanku menghujam vaginanya, kurasakan vagina Maya berkedut-kedut kencang.
“Aaahhh…aaarrrgghhh…AAAAAAHHHHHH…,yyyaaaank…,KKKEEELLLLUUUUAAA…,OOOUUUHHHGG…”, desahan panjang Maya diikuti tubuhnya yang bergetar hebat, dan semburan cairan hangat di dalam vaginanya.
Terasa cairan mengalir dari sela-sela penisku, aku biarkan tubuhnya yang masih bergetar hingga mereda, tubuh Maya sedikit menunduk, terlihat nafasnya tersenggal-senggal, keringat membasahi tubuh dan daster satin yang ia kenakan, kedua matanya yang terpejam kini terbuka melihatku dengan tatapan penuh kepuasan.
Ia tersenyum nakal namun, begitu manis kulihat, sementara penisku masih tertancap dalam vaginya sambil menunggu Maya selesai menikmati sisa-sisa orgasmenya, aku mainkan payudaranya, aku remas-remas lembut sambil membangkitkan gairah Maya kembali. Setelah beberapa menit berlalu, aku mulai mengatur gerakan kocokanku lagi, dari pelan hingga tempo yang cepat. Kini Maya terlihat lebih keras mendesahnya, sementara aku pun semakin mendekati puncak orgasmeku, aku angkat kaki kanannya ke atas hingga Maya hanya berdiri satu kaki saja dan tangannya menopang kuat di tepian tempat cuci.
Badannya sedikit memiring sehingga terlihat jelas ketika penisku menghujam ke dalam vaginanya, kini aku benar-benar sudah tak tahan ingin segera menyemburkan cairan spermaku, aku percepat kocokanku, beberapa detik kemudian… tubuhku mengejang.
Aku tekan penisku dalam-dalam hingga benar-benar mentok di dalam vaginanya, dan sesaat kemudian, “AAARRRRGGGGHHHH…,”.
CROOOTTT…CRROOTTT…,CCRRROOOTT… mucratlah semua cairan spermaku di dalam liang vaginanya, aku terkulai lemas di atas tubuh Maya dengan penis yang masih terus menancap dalam vaginanya. Kami berdua ngos-ngosan, keringat terus saja mengalir membasahi tubuh kami, sementara si otong kini menyusut dan aku cabut dari dalam vaginanya.
Terlihat cairan spermaku mengalir keluar menetes membasahi lantai dapur, aku biarkan begitu saja sambil aku atur nafasku, aku pun berdiri dan menarik tubuh Maya dalam pelukanku.
“Maya sayang kamu nikmat banget.” bisikku sambil mencium keningnya.
Maya hanya tersenyum manis padaku lalu membenamkan kepalanya di dadaku, melingkarkan tangannya di perutku dan memelukku erat sekali. Setelah beberapa menit kami berpelukan, Maya mengajakku mandi bersama, setelah membersihkan sisa-sisa cairan sperma di lantai, kami berdua beranjak menuju kamar mandi.
Mandi bersama sambil saling membersihkan satu sama lain lalu bercinta di dalam kamar mandi dan membilas diri kami masing-masing. Setelah mandi, kami berpakaian rapih dan duduk mengobrol di ruang tv sambil menonton, sesekali aku insengi dia, kami bercanda tawa layaknya sepasang muda mudi yang di mabuk cinta.
Hari itu kami menghabiskan waktu bersama, mengobrol, tertawa, bercanda, dan bercinta saling memuaskan nafsu masing-masing. Entah berapa kali kami bercinta, dan entah barapa kali kami orgasme, kami ga memperdulikan itu, yang pasti kami berdua sedang dilanda cinta terlarang yang sangat memabukkan.
Maya begitu menikmati setiap detik kehadiranku bersamanya, ia terlihat begitu bahagia seperti menemukan kehidupan barunya lagi, entah ini akan bertahan sampai kapan yang pasti kami begitu menkmati saat-saat ind ah ini.