MBAK HENI YANG KESEPIAN
Perkenalkan
namaku Andre. Aku adalah seorang karyawan disebuah perusahaan swasta diJakarta.
Jabatanku sebagai PPIC yang mengatur semua pesanan sampai barang jadi yang siap
kirim. Ditempat kerjaku aku memiliki seorang asisten admin bagian produski yang
menama Heni. Aku sering manggilnya Mbak Heni,
soalnya memang dia lebih tua 4 tahun dariku.
Mbak Heni adalah
seorang wanita yang sangat menarik, tubuhnya tinggi semampai, hampir setinggi aku,
kulitnya putih bersih dengan bentuk tubuhnya langsing. Buah dadanya tidak
terlalu besar, tapi kalau dilihat dari luar, aku yakin buah dada itu pasti
bulat sempurna dan kenyal, karena aku sering melirik ke arah payudaranya yang
membusung menantang itu.
Satu lagi
yang aku suka dari Mbak Heni, dia sering
memakai kemeja-kemeja berbahan satin saat dikantor. Entah mengapa aku lebih
tertarik dengan wanita yang memakai kemeja atau pakaian dari satin, apalagi
ditambah bibir tipis Mbak Heni yang sensual, membuat aku gak bosen-bosen
memandang wanita seksi itu yang ada disebelah meja kerjaku.
Mbak Heni sebenarnya
sudah menikah dan memiliki satu orang anak, tapi sayang suami Mbak Heni, adalah
seorang pelaut di kapal pesiar eropa, jadi Mbak Heni sering ditinggal 6 sampai
8 bulan berlayar. Dia sering bercerita denganku saat dikantor atau makan siang
kalau dia terasa kesepian bila suaminya berlayar sampai berbulan-bulan.
Mbak Heni
sering curhat kepadaku sampai-sampai kami seperti orang berpacaran karena
saking akrabnya orang melihat kita selalu berdua baik dikantor maupn diluar
kantor dan berakhir diatas ranjang.
Awal mula
kami melakukan hubungan diranjang dengan Mbak Heni saat aku mau mengeprint
laporan pekerjaan. Karena printer diletakkan di meja Mbak Heni, maka aku
berjalan menuju meja kerjanya. Tapi sebelum sampai ke mejanya, aku melihat Mbak
Heni serius sekali membaca sebuah situs di layar komputernya.
Akupun tertawa kecil dan kembali ke mejaku, aku gak
mau mengganggu Mbak Heni karena aku hafal betul situs yang sedang dibaca Mbak Heni
adalah situs kumpulan cerita-cerita seks.
Kemudian aku menggoda Mbak Heni dengan
mengirim pesan what app:
“Hayo lagi
baca apa ? Nakal Ya…” isi pesanku ke dia.
Mbak Heni
begitu membaca pesanlu dia langsung membalikkan badannya dan memandang tajam ke
arahku, aku Cuma tersenyum melihat wajah marah bercampur malu.
“Gak baca
apa-apa. Mau tau aja nih!” jawab dia masih melalui what app.
“Gak usah
malu Mbak, aku juga sering baca kok.” jawabku lagi.
Dia kembali
memandangku dari jauh setelah membaca what appku dengan wajah cemberutnya.
“Apa suamimu,
masih lama pulangnya Mbak?” tanyaku lewat what app.
“He-eh, masih
lama lah emang kenapa.” jawab Mbak Heni
diwhat app.
“kalau ada
apa-apa aku siap bantu kok Mbak?” tanyaku menggoda.
“Maksudnya?”
jawab dia.
“Ya kan Mbak
kangen sama sang suami yang jauh disana, siapa tau saya bisa bantu atau gantiin
sementara.” jawabku sedikit nakal sambil becanda.
“Dasar kamu,
orangnya jahat suka godai aku seperti itu”, setelah menulis pesan dan aku baca Mbak
Heni menatapku dengan pandangan kearahku.
Aku melihat
sambil tersenyum dan megedipakan mataku kearah pandanganya sambil menulis diwhat appnya.
“He..he..he..
cuma becanda Mbak jangan dimasukan hati nanti mikir terus”. Aku memang
sebenernya cuma mau menggoda dia.
Setelah chat
itu, kami kembali bekerja karena pekerjaanku sangat banyak menumupuk dimejaku.
Hingga seminggu kemudian Mbak Heni mengirim pesan what app.
“Andree, lagi
sibuk banget ya?” tanyanya melalui what app.
“Iya nih
Mbak, kebetulan orderan lagi rame.” jawabku sekenanya, karena aku memang sedang
sibuk mengerjakan tugasku yang harus segera dikirim.
“Ada apa
Mbak, apa ada masalah?”.
“Ngak Andre
besok sabtu kamu ada acara ngak?”.
“Ngak Mbak”.
“Sabtu besok
dateng ke rumahku ya, agak sore aja setelah kamu pulang kerja. Tapi jangan
sampai ada orang tau ya.” jawabnya.
“Emang kenapa
sampai orang tidak tau”.
“Aku pingin
berdua sama kamu, aku kesepian Andre dan aku butuh teman curhat sama kamu?”
“Siap Mbak
besok sabtu saya kesana” jawabku yang mengakhiri chat dengan hati yang gembira
dan bakalan akan ada moment yang tak akan terlupakan.
Hari sabtu
sekitar jam 4 sore setelah aku pulang kerja, aku langsung pergi kerumah Mbak Heni.
Sesampainya disana kulihat Rumahnya sepi, aku tidak melihat anak Mbak Heni yang
baru berusia 3 tahun.
“Si kecil kemana
Mbak kok ngak kelihatan?” tanyaku saat aku sudah duduk disofa ruang tengah
rumahnya.
“Aku titipin
ke rumah neneknya” jawab dia sambil membawa minuman dari dapur. Kemudian dia tersenyum
nakal.
Saat aku
datang kerumahnya kulihat Mbak Heni terlihat sunggu seksi sekali, dengan hanya
memakai daster satin warna biru dengan dua tali kecil dipundahknya dan bawahan
seatas lutut, memamerkan belahan dadanya yang sungguh membuat kedua mataku tidak
bisa terpejam. Aku gak pernah lihat dia berpakaian seperti ini sebelumnya, tapi
aku pikir mungkin dia berpakaian begitu karena tau tujuan aku datang kerumahnya
sediki berbeda kali ini.
Setelah
menaruh minuman di meja, Mbak Heni duduk disebelahku.
“Ayo minum dong
kok ngelamu ngelihat aku seperti itu Andre”.
“Mbak hari
ini kamu terlihat seksi dan cantik memakai daster seperti itu”.
“Emang kenapa
Andre, aku kalau dirumah seperti ini”. Jawabnya.
“Tapi aku kan
laki-laki yang bukan suamimu Mbak dan
penampilanmu berani seperti itu lagi
dihadapanku kalau kamu diperkosa gimana”.
“Kalau yang
memperkosa Andre Mbak pasrah”, mendengar jawab seperti aku hatiku langsung
dek-dekan.
Penisku
terasa mulai menegang karena memandang wanita berpakaian satin seperti ini. Apalagi
kulihat Mbah Heni tidak memekai Bra karena jelas sekali kedua puting susunya
menjeplak dikain satin dasternya itu. Dia sengaja atau tidak memakai Bra yang
jelas dia benar-baner memancing gairah kelaki-lakianku. Tapi sayang Mbak Heni
sepertinya canggung
Kurangkul
pundaknya dengan tangan kananku “Mbak..”
kataku perlahan. Mbak Heni cuma memandangku sambil tertunduk, ada sedikit rasa malu
terpancar dari wajahnya.
Aku cium
keningnya untuk menenangkannya. Sepertinya cukup berhasil, wajahnya sedikit
menurun ketegangannya. Aku cium keningnya sekali lagi kemudian aku kecup kedua
pipinya. Mbak Heni cuma diam sambil menutup kedua matanya. Aku kecup bibirnya
sekali, tidak ada reaksi. Aku kecup sekali lagi. Kali ini ada sedikit balasan.
Yang ketiga kalinya aku cium bibirnya agak lama. Mbak Heni sudah mulai berani, dia membalas ciumanku yang
berangsur liar. Saat aku beranikan memasukkan lidahku ke mulutnya, dia
menyambut dengan liar, bahkan membalas memasukkan lidahnya bergantian.
Saat ciumanku
semakin liar, tak lupa tanganku mulai berkerja. Pertama-tama tanganku memegang pinggangnya
yang masih kecang, kemudian dari situ aku elus punggungnya. Setelah itu aku
mengelus perutnya, terasa perutnya rata tanpa lemak walaupun dia pernah melahirkan
1 kali. Elusanku aku turunkan ke pinggulnya merasakan licinya kain satin
dasternya. Kemudian mengikuti garis celana dalamnya dan sampai kebagian
pantatnya, kemudian aku meremas-remas pantatnya. Mbak Heni cuma melenguh kecil saat
aku meremas pantatnya.
Kemudian aku
beranikan diri untuk meremas payudaranya, walaupun masih dari luar kain satin
dasternya. Tapi karena kain satin yang licin dan tipis tanpa Bra, aku dengan
mudah meremas-remas kedua payudara sambil memainkan kedua puting susunya dari
luar kain satin dasternya.
Kali ini Mbak
Heni melenguh agak keras walaupun tidak melepas ciumannku, Mbak Heni menata
bantal sofa yang ukurannya besar di ujung sofa kemudian dia bersandar disitu
dengan pasrah. lalu aku posisikan tubuhku di antara kedua selangkangannya, dia
membuka selangkangannya agak lebar untuk memudahkanku menindihnya.
Aku kembali
menciumnya, kali ini sambil meremas-remas payudaranya yang memang masih sangat kenyal
itu sambil memainkan puting susunya. Sekali-sekali aku cium pipi dan lehernya.
Aku juga kadang-kadang menjilat lehernya hingga membuat dia bergetar beberapa
saat.
Ciuman aku
turunkan kearah payudara kanannya. Perlahan-lahan aku kecup sekitar payudaranya
tanpa membuka penghalang kain satin dasternya. Kemudian aku jilat memutar
mengecil dibagian puting susunya yang semakin menonjol menjeplak kain satin
dasternya. Aku hisap sesaat kemudian aku pindah ke payudara kiri untuk
memperlakukan hal yang sama.
Sepertinya
Mbak Heni tidak sabar, kemudian dia menarik tanganku dan menekan telapakku ke
arah payudaranya. Aku mengerti, kemudian aku remas-remas perlahan payudaranya
sambil kadang-kadang memutar-mutar putingnya. Serangan aku tingkatkan. Perlahan
aku elus-elus paha dalamnya. Mbak Heni kelojotan menerima seranganku. Aku
menyusupkan tanganku kedalam celana dalamnya. Langsung terasa olehku belahan
bibir vagina yang diselimuti bulu-bulu halus, sudah sangat basah disana.
Tiba-tiba
Mbak Heni langsung melepas celana dalamnya hingga jatuh kelantai. Rupanya Mbak
Heni sangat buru-buru karena gairahhnya yang sudah tidak bisa dikontrol lagi.
Aku membantu meloloskan celana dalanya tersebut. Kemudian aku sendiri membuka
celana panjangku dan celana dalamku hingga aku telanjang total. Aku tindih Mbak
Heni sekali lagi. Rencanaku sih aku ingin mencium bibirnya, kemudian turun ke payudaranya
baru kemudian mencium vaginanya. Tapi Mbak Heni sudah tidak sabaran.
Dia langsung
mengarahkan penisku untuk diarahkan ke lubang vaginanya. Hmm.. sepertinya Mbak Heni
sudah begitu lama menahan birahinya sehingga ingin langsung main tusuk saja.
Aku turuti kemauannya, aku arahkan penisku ke vaginanya, tapi Mbak Heni masih menggenggam penisku seakan tidak sabar
agar penisku dimasukkan kevaginanya.
Aku dorong
perlahan penisku hingga Bles....amblas semua penisku kedalam vaginanya, Mbak Heni
melenguh agak keras, badannya terasa begitu rileks seakan merasa lega akhirnya
yang diidam-idamkannya tercapai juga. Mbak Heni terdiam sesaat hanya menerima
kocokanku yang baru perlahan. Tapi tiba-tiba Mbak Heni menjadi sangat liar,
tangannya menekan erat pantatku sambil menggoyangkan pinggulnya kekanan-kekiri
dengan liar, seakan kocokanku tidak cukup. Wah begini deh kalo cewek dianggurin
sama suaminya, jadi super liar.
Mbak Heni berteriak-teriak
kenikmatan, sambil terus memutar-mutar pinggulnya mengikuti irama kocokan
penisku. Tapi tiba-tiba tubuh Mbak Heni menegang sambil berteriak kencang
seperti orang kejang-kejang. Terasa cairan orgasmenya menyemprot dari dalam
vaginanya, dia orgasme hebat. Kemudian badannya terasa sangat lemas, dia
memandangku dengan senyum kecil. Di vaginanya terasa sangat basah, aku merasa
cairan vaginanya sampai menetes keluar.
Aku genjot
perlahan-lahan karena aku belum apa-apa, tapi sepertinya orgasme Mbak Heni
begitu hebat sehingga dia tetap tergolek lemas sambil tersenyum kecil seperti di
awang-awang. Akhirnya aku hentikan genjotanku dan aku cabut penisku dari dalam vaginanya,
lalu aku gesek-gesekan diatas kain satin dasternya dibagian perutnya hingga aku muncartkan spermaku dikain satin
dasternya karena Mbak Heni terlihat
semakin lemas dan terlihat menjadi mengantuk.
Akhirnya aku
bersihkan cairan spermaku yang berceceran dikain satin dasternya dengan tissu
lalu aku angkat Mbak Heni dari kursi
sofa dan aku tidurkan di kamarnya. Dengan hanya selembar kain satin daster yang
masih melekat ditubuhnya, kemudian dia tertidur.
Aku memakai
pakaianku kembali dan duduk di tempat tidur menemani Mbak Heni yang tertidur sambil menonton televisi
yang memang ada di dalam kamarnya tersebut.
Sekitar jam 7
malam tiba-tiba Mbak Heni memelukku dari belakang, kemudian menciumku.
“Eh udah
bangun Mbak?” tanyaku. Dia cuma mengangguk sambil tetap memelukku erat.
“Maaf ya Andre.”
katanya manja.
“Maaf kenapa
Mbak?” tanyaku, sambil mengelus tangannya yang melingkar ke dadaku.
“Maaf tadi
aku langsung tidur, padahal kamu belum apa-apa.” kata Mbak Heni “, Trus kamu
gimana?” tanyanya sambil meraba penisku dari luar celana.
“Enggak
apa-apa kok Mbak yang penting udah muncrat tadi saat aku gesekan penisku dikain
satin dastermu”, jawabku sambil memutar
badanku. Kemudian aku memeluk tubuhnya erat.
Entah kenapa
aku jadi sayang sekali dengan wanita itu. Aku kecup keningnya sekali kemudian aku
peluk erat lagi.
“Enak kamu
kocoki penismu dikain satinku, kamu suka Andre?”.
“Suka Mbak
terasa licin dan nikmat”. Jawabku sambil mencium bibirku.
“Mau
diterusin lagi ngak Andre?” bisik Mbak Heni yang masih dalam pelukanku.
“Nanti aja
Mbak” jawabku.
“Kalau suka
aku punya banyak kok koleksi satin kalau kamu mau didalam lemari Andre”.
“Ya Mbak aku
bisa croti dong kain satin mu lho”.
“Ngak papa
Andre kalau kamu suka”.
“Kita makan
malam aja dulu yuk Andre” ajakku. Kemudian Mbak Heni berdiri.
“Ayo, aku dah
masak tadi siang khusus buat kamu” ajak Mbak Heni ke arah meja makan.
Selama makan
malam kami bercerita panjang. Dari pembicaraan itu aku tahu kalau Mbak Heni memang
memiliki nafsu seks yang sangat tinggi tapi sayang suaminya jarang pulang.
Dia
sebenarnya sering tidak tahan, tapi tidak mau menghianati suaminya, tapi saat
bertemu aku, Mbak Heni menaruh perhatian ke aku, makanya saat aku menawarkan
bantuan waktu itu, Mbak Heni langsung memikirkannya dengan serius.
Sehabis makan
kami menonton televisi. Kami duduk di lantai yang dialasi permadani. Mbak Heni duduk
di antara selangkanganku yang kubuka lebar, dia menyandarkan tubuhnya ke
dadaku, sambil aku memeluknya dari belakang.
Selama nonton
tv, kami seperti pasangan yang sedang dimabuk kasmaran. Mbak Heni bersikap sangat
manja kepadaku, sedang aku pun memanjakannya dengan senang hati. Sambil
memeluknya dari belakang, sesekali aku membelai rambutnya dan mencium
tengkuknya yang putih bersih. Mbak Heni cuma melenguh pelan sambil
sekali-sekali mencium tanganku yang memeluknya.
Perlahan aku
mulai mengelus-elus payudaranya, Mbak Heni mulai duduk dengan gelisah. Apalagi saat aku
meremas payudaranya, tubuhnya menegang dan melemas seirama dengan remasanku. Tangan
kiriku masuk ke dalam dasternya langsung meremas payudaranya yang tidak
dibaluti bra lagi. Sementara jari tengah tangan kananku mulai menusuk lubang vaginanya,
terasa vaginanya berdenyutdenyut hebat.
Mbak Heni tidak
sabar kemudian membalikkan badannya, kemudian dia menciumku dengan ganas, sedangkan
tangannya menyerbu celanaku berusaha untuk mengeluarkan penisku. Aku buka ikat pinggang
dan resletingku sehingga Mbak Heni bisa menarik penisku keluar dan mulai mengocok-kocoknya.
“Mbak kita
pindah di kamar aja yuk” ajakku. Mbak Heni cuma mengangguk. Kemudian aku
menuntun dia menuju kamar tidurnya. Sampai di kamar tidur aku menelentangkannya
di tengah tempat tidur, kemudian aku melepaskan baju dan celanaku sehingga aku
pun telanjang bulat.
Perlahan aku
merangkak di atas tubuhnya untuk memposisikan tubuhku diantara selangkangannya.
Kemudian aku mencium bibirnya perlahan. Ciuman aku turunkan ke lehernya,
sesekali aku jilat lehernya. Ciuman kemudian aku turunkan kembali ke
payudaranya. Di situ aku menyedot putingnya dan meremas-remas payudaranya.
Sesekali putingnya aku gigit kecil untuk memberinya sensasi. Ciuman aku
turunkan lagi ke perutnya yang rata tersebut. Di situ aku baru sadar ternyata
pinggul Mbak Heni sangat bagus. Aku cium pinggulnya kemudian paha dalamnya. Aku
sengaja melewatkan vaginanya untuk sasaran akhir. Dari pahanya aku cium
betisnya sampai aku cium ujung kakinya.
Selanjutnya
gerakan aku balik, aku cium betisnya, kemudian aku cium pahanya, selanjutnya,
perlahan aku kecup vaginanya. Aku tatap wajah Mbak Heni dari antara
selangkangannya, wajahnya terlihat tegang menunggu hal selanjutnya yang aku
kerjakan. Kemudian aku kecup vagina itu sekali lagi. Dengan menggunakan jariku,
aku sibak bulu jembutnya sehingga vaginannya terlihat jelas, perlahan aku jilat
bibir vagina kiri dan kanannya perlahan. Selanjutnya dengan gerakan pasti
jilatan aku arahkan ke klitorisnya. Klitorisnya tidak terlalu besar tapi cukup
mudah untuk dijilat kemudian aku hisap perlahan.
Pinggul Mbak Heni
semakin tidak tenang, dia seakan menghindari jilatannku tapi tangannya menekan
kepalaku untuk terus menjilati klitorisnya. Cairan vaginanya keluar sangat
banyak. Kemudian aku sejajarkan tubuhku dengan tubuhnya, dia mengerti kalau aku
ingin penetrasi kevaginanya. Tapi aku tunda sebentar, aku cuma
menggosok-gosokkan kepala penisku ke bibir vaginanya. Dia meringis seperti
protes karena aku berlama-lama, aku cuma membalasnya dengan seyum kecil.
Dia mencoba
menekan pantatku, tapi aku tahan. Dia menatapku dengan wajah protes, dia
terlihat frustasi. Dia mencoba menekannya sekali lagi, tapi tetap aku tahan,
dia semakin frustasi. Kemudian aku kecup bibirnya sekali dan aku masukkan
penisku sampai mentok.
“Kamu jahat
sayang.. kamu jahat..” bisik Mbak Heni saat aku memeluknya erat setelah
memasukkan penisku.
Aku pompa
penisku ke vaginanya perlahan, dan Mbak Heni meresponnya dengan mengikuti gerakanku.
Walaupun sebenarnya ini posisi yang konvensional, tapi entah kenapa terasa
begitu nikmat. Mungkin karena aku sudah merasakan benih-benih cinta dan Mbak Heni
pun begitu sehingga terasa setiap gesekan penisku dan vaginanya seperti
menyalurkan energi cinta di antara tubuh kami.
Aku bangkit
dan berlutut di antara selangkangannya dengan penisku masih didalam vaginanya.
Aku taruh jari tengahku ke mulutnya, dan aku hentikan gerakan penisku.
Pertama-tama dia bingung, tapi kemudian dia menghisap perlahan jariku. Saat dia
menghisap jariku, gerakan penisku aku selaraskan dengan gerakan hisapannya. Dia
tersenyum lebar, Mbak Heni mengerti permainan ini, kemudian dia mulai menghisap
mengikuti bagian mana dari vaginanya yang ingin ditusuk oleh penisku.
Lama-lama
gerakan hisapnya makin cepat sehingga aku makin susah menyelaraskan gerakannya dengan
penisku, sepertinya dia sedikit lagi orgasme. Aku tarik jariku dan aku
menindihnya dengan gaya konvensional. Perlahan aku pompa vaginanya kadang
pelan, kadang cepat. Mbak Heni terlihat makin dekat dengan orgasmenya, badannya
makin tegang.
Tak lama
tubuh Mbak Heni kembali mengejang-ngejang sambil mendesah sangat keras
merasakan oragasme, vaginanya terasa licin sekali oleh cairan orgasmenya. Aku percepat
pompaanku dan aku pun menekan penisku dalam-dalam sambil menyemprotkan cairan spermaku
kedalam rahimnya.
Crot....crott....cretttt...cairan
keluar sangat banyak sekali didalam rahimnya Kemudian aku memeluknya sambil
membisikkan “Aku cinta kamu Mbak”.
“Iya Andre
aku sayang kamu juga Andre”, Mbak Heni tersenyum kemudian memelukku erat
seperti tidak mau dilepaskan antara aku dan dia diatas ranjang yang ternoda.
Semenjak itu
kami selalu melakukan dan melakukan lagi diatas ranjang kamarnya dengan
berbagai gaya dan model permainan seks dari lubang vaginanya hingga lugang
anusnya semua sudah kami sama-sama rasakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar