Jumat, 03 Juli 2020

CERITA SEKS


MBAK HENI YANG KESEPIAN

Perkenalkan namaku Andre. Aku adalah seorang karyawan disebuah perusahaan swasta diJakarta. Jabatanku sebagai PPIC yang mengatur semua pesanan sampai barang jadi yang siap kirim. Ditempat kerjaku aku memiliki seorang asisten admin bagian produski yang menama Heni. Aku sering manggilnya  Mbak Heni, soalnya memang dia lebih tua 4 tahun dariku.
Mbak Heni adalah seorang wanita yang sangat menarik, tubuhnya tinggi semampai, hampir setinggi aku, kulitnya putih bersih dengan bentuk tubuhnya langsing. Buah dadanya tidak terlalu besar, tapi kalau dilihat dari luar, aku yakin buah dada itu pasti bulat sempurna dan kenyal, karena aku sering melirik ke arah payudaranya yang membusung menantang itu.
Satu lagi yang aku suka dari  Mbak Heni, dia sering memakai kemeja-kemeja berbahan satin saat dikantor. Entah mengapa aku lebih tertarik dengan wanita yang memakai kemeja atau pakaian dari satin, apalagi ditambah bibir tipis Mbak Heni yang sensual, membuat aku gak bosen-bosen memandang wanita seksi itu yang ada disebelah meja kerjaku.

Mbak Heni sebenarnya sudah menikah dan memiliki satu orang anak, tapi sayang suami Mbak Heni, adalah seorang pelaut di kapal pesiar eropa, jadi Mbak Heni sering ditinggal 6 sampai 8 bulan berlayar. Dia sering bercerita denganku saat dikantor atau makan siang kalau dia terasa kesepian bila suaminya berlayar sampai berbulan-bulan.

Mbak Heni sering curhat kepadaku sampai-sampai kami seperti orang berpacaran karena saking akrabnya orang melihat kita selalu berdua baik dikantor maupn diluar kantor  dan berakhir diatas ranjang.

Awal mula kami melakukan hubungan diranjang dengan Mbak Heni saat aku mau mengeprint laporan pekerjaan. Karena printer diletakkan di meja Mbak Heni, maka aku berjalan menuju meja kerjanya. Tapi sebelum sampai ke mejanya, aku melihat Mbak Heni serius sekali membaca sebuah situs di layar komputernya.

Akupun  tertawa kecil dan kembali ke mejaku, aku gak mau mengganggu Mbak Heni karena aku hafal betul situs yang sedang dibaca Mbak Heni  adalah situs kumpulan cerita-cerita seks. Kemudian aku menggoda Mbak Heni  dengan mengirim pesan what app:

“Hayo lagi baca apa ? Nakal Ya…” isi pesanku ke dia.
Mbak Heni begitu membaca pesanlu dia langsung membalikkan badannya dan memandang tajam ke arahku, aku Cuma tersenyum melihat wajah marah bercampur malu.
“Gak baca apa-apa. Mau tau aja nih!” jawab dia masih melalui what app.
“Gak usah malu Mbak, aku juga sering baca kok.” jawabku lagi.
Dia kembali memandangku dari jauh setelah membaca what appku dengan wajah cemberutnya.
“Apa suamimu, masih lama pulangnya Mbak?” tanyaku lewat what app.
“He-eh, masih lama lah  emang kenapa.” jawab Mbak Heni diwhat app.
“kalau ada apa-apa aku siap bantu kok Mbak?” tanyaku menggoda.
“Maksudnya?” jawab dia.
“Ya kan Mbak kangen sama sang suami yang jauh disana, siapa tau saya bisa bantu atau gantiin sementara.” jawabku sedikit nakal sambil becanda.
“Dasar kamu, orangnya jahat suka godai aku seperti itu”, setelah menulis pesan dan aku baca Mbak Heni menatapku dengan pandangan kearahku.
Aku melihat sambil tersenyum dan megedipakan mataku kearah pandanganya  sambil menulis diwhat appnya.

“He..he..he.. cuma becanda Mbak jangan dimasukan hati nanti mikir terus”. Aku memang sebenernya cuma mau menggoda dia.
Setelah chat itu, kami kembali bekerja karena pekerjaanku sangat banyak menumupuk dimejaku. Hingga seminggu kemudian Mbak Heni mengirim pesan what app.
“Andree, lagi sibuk banget ya?” tanyanya melalui what app.
“Iya nih Mbak, kebetulan orderan lagi rame.” jawabku sekenanya, karena aku memang sedang sibuk mengerjakan tugasku yang harus segera dikirim.
“Ada apa Mbak, apa ada masalah?”.
“Ngak Andre besok sabtu kamu ada acara ngak?”.
“Ngak Mbak”.
“Sabtu besok dateng ke rumahku ya, agak sore aja setelah kamu pulang kerja. Tapi jangan sampai ada orang tau ya.” jawabnya.
“Emang kenapa sampai orang tidak tau”.
“Aku pingin berdua sama kamu, aku kesepian Andre dan aku butuh teman curhat sama kamu?”
“Siap Mbak besok sabtu saya kesana” jawabku yang mengakhiri chat dengan hati yang gembira dan bakalan akan ada moment yang tak akan terlupakan.
Hari sabtu sekitar jam 4 sore setelah aku pulang kerja, aku langsung pergi kerumah Mbak Heni. Sesampainya disana kulihat Rumahnya sepi, aku tidak melihat anak Mbak Heni yang baru berusia 3 tahun.
“Si kecil kemana Mbak kok ngak kelihatan?” tanyaku saat aku sudah duduk disofa ruang tengah rumahnya.
“Aku titipin ke rumah neneknya” jawab dia sambil membawa minuman dari dapur. Kemudian dia tersenyum nakal.
Saat aku datang kerumahnya kulihat Mbak Heni terlihat sunggu seksi sekali, dengan hanya memakai daster satin warna biru dengan dua tali kecil dipundahknya dan bawahan seatas lutut, memamerkan belahan dadanya yang sungguh membuat kedua mataku tidak bisa terpejam. Aku gak pernah lihat dia berpakaian seperti ini sebelumnya, tapi aku pikir mungkin dia berpakaian begitu karena tau tujuan aku datang kerumahnya sediki berbeda kali ini.
Setelah menaruh minuman di meja, Mbak Heni duduk disebelahku.

“Ayo minum dong kok ngelamu ngelihat aku seperti itu Andre”.
“Mbak hari ini kamu terlihat seksi dan cantik memakai daster seperti itu”.
“Emang kenapa Andre, aku kalau dirumah seperti ini”. Jawabnya.
“Tapi aku kan laki-laki yang bukan suamimu Mbak  dan penampilanmu  berani seperti itu lagi dihadapanku kalau kamu diperkosa gimana”.
“Kalau yang memperkosa Andre Mbak pasrah”, mendengar jawab seperti aku hatiku langsung dek-dekan.

Penisku terasa mulai menegang karena memandang wanita berpakaian satin seperti ini. Apalagi kulihat Mbah Heni tidak memekai Bra karena jelas sekali kedua puting susunya menjeplak dikain satin dasternya itu. Dia sengaja atau tidak memakai Bra yang jelas dia benar-baner memancing gairah kelaki-lakianku. Tapi sayang Mbak Heni sepertinya canggung
Kurangkul pundaknya dengan tangan kananku  “Mbak..” kataku perlahan. Mbak Heni cuma memandangku sambil tertunduk, ada sedikit rasa malu terpancar dari wajahnya.
Aku cium keningnya untuk menenangkannya. Sepertinya cukup berhasil, wajahnya sedikit menurun ketegangannya. Aku cium keningnya sekali lagi kemudian aku kecup kedua pipinya. Mbak Heni cuma diam sambil menutup kedua matanya. Aku kecup bibirnya sekali, tidak ada reaksi. Aku kecup sekali lagi. Kali ini ada sedikit balasan. Yang ketiga kalinya aku cium bibirnya agak lama. Mbak Heni  sudah mulai berani, dia membalas ciumanku yang berangsur liar. Saat aku beranikan memasukkan lidahku ke mulutnya, dia menyambut dengan liar, bahkan membalas memasukkan lidahnya bergantian.

Saat ciumanku semakin liar, tak lupa tanganku mulai berkerja. Pertama-tama tanganku memegang pinggangnya yang masih kecang, kemudian dari situ aku elus punggungnya. Setelah itu aku mengelus perutnya, terasa perutnya rata tanpa lemak walaupun dia pernah melahirkan 1 kali. Elusanku aku turunkan ke pinggulnya merasakan licinya kain satin dasternya. Kemudian mengikuti garis celana dalamnya dan sampai kebagian pantatnya, kemudian aku meremas-remas pantatnya. Mbak Heni cuma melenguh kecil saat aku meremas pantatnya.

Kemudian aku beranikan diri untuk meremas payudaranya, walaupun masih dari luar kain satin dasternya. Tapi karena kain satin yang licin dan tipis tanpa Bra, aku dengan mudah meremas-remas kedua payudara sambil memainkan kedua puting susunya dari luar kain satin dasternya.

Kali ini Mbak Heni melenguh agak keras walaupun tidak melepas ciumannku, Mbak Heni menata bantal sofa yang ukurannya besar di ujung sofa kemudian dia bersandar disitu dengan pasrah. lalu aku posisikan tubuhku di antara kedua selangkangannya, dia membuka selangkangannya agak lebar untuk memudahkanku menindihnya.

Aku kembali menciumnya, kali ini sambil meremas-remas payudaranya yang memang masih sangat kenyal itu sambil memainkan puting susunya. Sekali-sekali aku cium pipi dan lehernya. Aku juga kadang-kadang menjilat lehernya hingga membuat dia bergetar beberapa saat.

Ciuman aku turunkan kearah payudara kanannya. Perlahan-lahan aku kecup sekitar payudaranya tanpa membuka penghalang kain satin dasternya. Kemudian aku jilat memutar mengecil dibagian puting susunya yang semakin menonjol menjeplak kain satin dasternya. Aku hisap sesaat kemudian aku pindah ke payudara kiri untuk memperlakukan hal yang sama.

Sepertinya Mbak Heni tidak sabar, kemudian dia menarik tanganku dan menekan telapakku ke arah payudaranya. Aku mengerti, kemudian aku remas-remas perlahan payudaranya sambil kadang-kadang memutar-mutar putingnya. Serangan aku tingkatkan. Perlahan aku elus-elus paha dalamnya. Mbak Heni kelojotan menerima seranganku. Aku menyusupkan tanganku kedalam celana dalamnya. Langsung terasa olehku belahan bibir vagina yang diselimuti bulu-bulu halus, sudah sangat basah disana.

Tiba-tiba Mbak Heni langsung melepas celana dalamnya hingga jatuh kelantai. Rupanya Mbak Heni sangat buru-buru karena gairahhnya yang sudah tidak bisa dikontrol lagi. Aku membantu meloloskan celana dalanya tersebut. Kemudian aku sendiri membuka celana panjangku dan celana dalamku hingga aku telanjang total. Aku tindih Mbak Heni sekali lagi. Rencanaku sih aku ingin mencium bibirnya, kemudian turun ke payudaranya baru kemudian mencium vaginanya. Tapi Mbak Heni sudah tidak sabaran.

Dia langsung mengarahkan penisku untuk diarahkan ke lubang vaginanya. Hmm.. sepertinya Mbak Heni sudah begitu lama menahan birahinya sehingga ingin langsung main tusuk saja. Aku turuti kemauannya, aku arahkan penisku ke vaginanya, tapi Mbak Heni  masih menggenggam penisku seakan tidak sabar agar penisku dimasukkan kevaginanya.

Aku dorong perlahan penisku hingga Bles....amblas semua penisku kedalam vaginanya, Mbak Heni melenguh agak keras, badannya terasa begitu rileks seakan merasa lega akhirnya yang diidam-idamkannya tercapai juga. Mbak Heni terdiam sesaat hanya menerima kocokanku yang baru perlahan. Tapi tiba-tiba Mbak Heni menjadi sangat liar, tangannya menekan erat pantatku sambil menggoyangkan pinggulnya kekanan-kekiri dengan liar, seakan kocokanku tidak cukup. Wah begini deh kalo cewek dianggurin sama suaminya, jadi super liar.

Mbak Heni berteriak-teriak kenikmatan, sambil terus memutar-mutar pinggulnya mengikuti irama kocokan penisku. Tapi tiba-tiba tubuh Mbak Heni menegang sambil berteriak kencang seperti orang kejang-kejang. Terasa cairan orgasmenya menyemprot dari dalam vaginanya, dia orgasme hebat. Kemudian badannya terasa sangat lemas, dia memandangku dengan senyum kecil. Di vaginanya terasa sangat basah, aku merasa cairan vaginanya sampai menetes keluar.
Aku genjot perlahan-lahan karena aku belum apa-apa, tapi sepertinya orgasme Mbak Heni begitu hebat sehingga dia tetap tergolek lemas sambil tersenyum kecil seperti di awang-awang. Akhirnya aku hentikan genjotanku  dan aku cabut penisku dari dalam vaginanya, lalu aku gesek-gesekan diatas kain satin dasternya dibagian perutnya  hingga aku muncartkan spermaku dikain satin dasternya karena Mbak Heni  terlihat semakin lemas dan terlihat menjadi mengantuk.

Akhirnya aku bersihkan cairan spermaku yang berceceran dikain satin dasternya dengan tissu lalu aku  angkat Mbak Heni dari kursi sofa dan aku tidurkan di kamarnya. Dengan hanya selembar kain satin daster yang masih melekat ditubuhnya, kemudian dia tertidur.
Aku memakai pakaianku kembali dan duduk di tempat tidur menemani Mbak  Heni yang tertidur sambil menonton televisi yang memang ada di dalam kamarnya tersebut.
Sekitar jam 7 malam tiba-tiba Mbak Heni memelukku dari belakang, kemudian menciumku.
“Eh udah bangun Mbak?” tanyaku. Dia cuma mengangguk sambil tetap memelukku erat.
“Maaf ya Andre.” katanya manja.
“Maaf kenapa Mbak?” tanyaku, sambil mengelus tangannya yang melingkar ke dadaku.
“Maaf tadi aku langsung tidur, padahal kamu belum apa-apa.” kata Mbak Heni “, Trus kamu gimana?” tanyanya sambil meraba penisku dari luar celana.

“Enggak apa-apa kok Mbak yang penting udah muncrat tadi saat aku gesekan penisku dikain satin dastermu”,  jawabku sambil memutar badanku. Kemudian aku memeluk tubuhnya erat.
Entah kenapa aku jadi sayang sekali dengan wanita itu. Aku kecup keningnya sekali kemudian aku peluk erat lagi.
“Enak kamu kocoki penismu dikain satinku, kamu suka Andre?”.
“Suka Mbak terasa licin dan nikmat”. Jawabku sambil mencium bibirku.
“Mau diterusin lagi ngak Andre?” bisik Mbak Heni  yang masih dalam pelukanku.
“Nanti aja Mbak” jawabku.
“Kalau suka aku punya banyak kok koleksi satin kalau kamu mau didalam lemari Andre”.
“Ya Mbak aku bisa croti dong kain satin mu lho”.
“Ngak papa Andre kalau kamu suka”.
“Kita makan malam aja dulu yuk Andre” ajakku. Kemudian Mbak Heni berdiri.
“Ayo, aku dah masak tadi siang khusus buat kamu” ajak Mbak Heni ke arah meja makan.
Selama makan malam kami bercerita panjang. Dari pembicaraan itu aku tahu kalau Mbak Heni memang memiliki nafsu seks yang sangat tinggi tapi sayang suaminya jarang pulang.
Dia sebenarnya sering tidak tahan, tapi tidak mau menghianati suaminya, tapi saat bertemu aku, Mbak Heni menaruh perhatian ke aku, makanya saat aku menawarkan bantuan waktu itu, Mbak Heni langsung memikirkannya dengan serius.
Sehabis makan kami menonton televisi. Kami duduk di lantai yang dialasi permadani. Mbak Heni duduk di antara selangkanganku yang kubuka lebar, dia menyandarkan tubuhnya ke dadaku, sambil aku memeluknya dari belakang.

Selama nonton tv, kami seperti pasangan yang sedang dimabuk kasmaran. Mbak Heni bersikap sangat manja kepadaku, sedang aku pun memanjakannya dengan senang hati. Sambil memeluknya dari belakang, sesekali aku membelai rambutnya dan mencium tengkuknya yang putih bersih. Mbak Heni cuma melenguh pelan sambil sekali-sekali mencium tanganku yang memeluknya.

Perlahan aku mulai mengelus-elus payudaranya, Mbak Heni  mulai duduk dengan gelisah. Apalagi saat aku meremas payudaranya, tubuhnya menegang dan melemas seirama dengan remasanku. Tangan kiriku masuk ke dalam dasternya langsung meremas payudaranya yang tidak dibaluti bra lagi. Sementara jari tengah tangan kananku mulai menusuk lubang vaginanya, terasa vaginanya berdenyutdenyut hebat.

Mbak Heni tidak sabar kemudian membalikkan badannya, kemudian dia menciumku dengan ganas, sedangkan tangannya menyerbu celanaku berusaha untuk mengeluarkan penisku. Aku buka ikat pinggang dan resletingku sehingga Mbak Heni bisa menarik penisku keluar dan mulai mengocok-kocoknya.

“Mbak kita pindah di kamar aja yuk” ajakku. Mbak Heni cuma mengangguk. Kemudian aku menuntun dia menuju kamar tidurnya. Sampai di kamar tidur aku menelentangkannya di tengah tempat tidur, kemudian aku melepaskan baju dan celanaku sehingga aku pun telanjang bulat.

Perlahan aku merangkak di atas tubuhnya untuk memposisikan tubuhku diantara selangkangannya. Kemudian aku mencium bibirnya perlahan. Ciuman aku turunkan ke lehernya, sesekali aku jilat lehernya. Ciuman kemudian aku turunkan kembali ke payudaranya. Di situ aku menyedot putingnya dan meremas-remas payudaranya. Sesekali putingnya aku gigit kecil untuk memberinya sensasi. Ciuman aku turunkan lagi ke perutnya yang rata tersebut. Di situ aku baru sadar ternyata pinggul Mbak Heni sangat bagus. Aku cium pinggulnya kemudian paha dalamnya. Aku sengaja melewatkan vaginanya untuk sasaran akhir. Dari pahanya aku cium betisnya sampai aku cium ujung kakinya.

Selanjutnya gerakan aku balik, aku cium betisnya, kemudian aku cium pahanya, selanjutnya, perlahan aku kecup vaginanya. Aku tatap wajah Mbak Heni dari antara selangkangannya, wajahnya terlihat tegang menunggu hal selanjutnya yang aku kerjakan. Kemudian aku kecup vagina itu sekali lagi. Dengan menggunakan jariku, aku sibak bulu jembutnya sehingga vaginannya terlihat jelas, perlahan aku jilat bibir vagina kiri dan kanannya perlahan. Selanjutnya dengan gerakan pasti jilatan aku arahkan ke klitorisnya. Klitorisnya tidak terlalu besar tapi cukup mudah untuk dijilat kemudian aku hisap perlahan.
Pinggul Mbak Heni semakin tidak tenang, dia seakan menghindari jilatannku tapi tangannya menekan kepalaku untuk terus menjilati klitorisnya. Cairan vaginanya keluar sangat banyak. Kemudian aku sejajarkan tubuhku dengan tubuhnya, dia mengerti kalau aku ingin penetrasi kevaginanya. Tapi aku tunda sebentar, aku cuma menggosok-gosokkan kepala penisku ke bibir vaginanya. Dia meringis seperti protes karena aku berlama-lama, aku cuma membalasnya dengan seyum kecil.

Dia mencoba menekan pantatku, tapi aku tahan. Dia menatapku dengan wajah protes, dia terlihat frustasi. Dia mencoba menekannya sekali lagi, tapi tetap aku tahan, dia semakin frustasi. Kemudian aku kecup bibirnya sekali dan aku masukkan penisku sampai mentok.
“Kamu jahat sayang.. kamu jahat..” bisik Mbak Heni saat aku memeluknya erat setelah memasukkan penisku.

Aku pompa penisku ke vaginanya perlahan, dan Mbak Heni  meresponnya dengan mengikuti gerakanku. Walaupun sebenarnya ini posisi yang konvensional, tapi entah kenapa terasa begitu nikmat. Mungkin karena aku sudah merasakan benih-benih cinta dan Mbak Heni pun begitu sehingga terasa setiap gesekan penisku dan vaginanya seperti menyalurkan energi cinta di antara tubuh kami.

Aku bangkit dan berlutut di antara selangkangannya dengan penisku masih didalam vaginanya. Aku taruh jari tengahku ke mulutnya, dan aku hentikan gerakan penisku. Pertama-tama dia bingung, tapi kemudian dia menghisap perlahan jariku. Saat dia menghisap jariku, gerakan penisku aku selaraskan dengan gerakan hisapannya. Dia tersenyum lebar, Mbak Heni mengerti permainan ini, kemudian dia mulai menghisap mengikuti bagian mana dari vaginanya yang ingin ditusuk oleh penisku.

Lama-lama gerakan hisapnya makin cepat sehingga aku makin susah menyelaraskan gerakannya dengan penisku, sepertinya dia sedikit lagi orgasme. Aku tarik jariku dan aku menindihnya dengan gaya konvensional. Perlahan aku pompa vaginanya kadang pelan, kadang cepat. Mbak Heni terlihat makin dekat dengan orgasmenya, badannya makin tegang.
Tak lama tubuh Mbak Heni kembali mengejang-ngejang sambil mendesah sangat keras merasakan oragasme, vaginanya terasa licin sekali oleh cairan orgasmenya. Aku percepat pompaanku dan aku pun menekan penisku dalam-dalam sambil menyemprotkan cairan spermaku kedalam  rahimnya.

Crot....crott....cretttt...cairan keluar sangat banyak sekali didalam rahimnya Kemudian aku memeluknya sambil membisikkan “Aku cinta kamu Mbak”.

“Iya Andre aku sayang kamu juga Andre”, Mbak Heni tersenyum kemudian memelukku erat seperti tidak mau dilepaskan antara aku dan dia diatas ranjang yang ternoda.
Semenjak itu kami selalu melakukan dan melakukan lagi diatas ranjang kamarnya dengan berbagai gaya dan model permainan seks dari lubang vaginanya hingga lugang anusnya semua sudah kami sama-sama rasakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar