KENIKMATAN ANTARA ATASAN DENGAN
BAWAHAN
BAGIAN 1
Namaku Andre dan aku sebagai seorang marketing disebuah
perusahaan otomatif suku cadang dijakarta, hari ini aku ditugaskan untuk jadwal
berangkat ke semarang. Singkat cerita, sebelum berangkat kesemarang aku diajak
bareng Bersama Ibu Maya manager marketingku. Awalnya sih aku agak tidak bebas
saja pergi kesemarang bersamanya karena dia atasanku langsung dan kebetukan kantor
cabang yang ada kota semarang membuka cabang baru, jadi Bu Maya datang kesemarang dalam rangka
acara pembukaan kantor baru.
Besok pagi dari Jakarta kesamarang aku dan Bu Maya segera
berangkat menggunakan mobil miliknya dan selama perjalanan aku jadi lebih
semakin dekat sama Bu Maya. Selama dijalan kami banyak membicarakan tentang
masalah pribadi masing-masing dari masalah keluarga hingga masalah ranjang. justru
kami tidak pernah membicara tentang masalah pekerjaan satu pun dari obrolanku
dengan Bu Maya selama perjalan.
Bu Maya justru banyak curhat denganku tentang masalah keluarganya
yang kurang harmonis pada akhir-akhir ini. Suaminya yang jarang pulang karena
sibuk dengan pekerjaanya yang dipindah tugaskan ke singapura dan pulang
seminggu sekali, ditambah kedua anak-anak Bu Maya yang sudah cukup dewasa dan semuanya menempuh kuliah di negara Australia, hidup
terasa sepi dan sendiri.
Obrolan curhatanya selama perjalanan ke Semarang lumayan cukup
lama, sekitar menepuh waktu tujuh jam lamanya. Semua isi curhatanya diceritakan
kepadaku sampai-sampai urusan diranjang pun diceritakanya juga. Awalnya sih aku
hanya mengomentari beberapa ceritanya saja tapi yang paling mengebu-gebu saat Bu
Maya menceritakan urusan ranjang, tampaknya dia sangat membutuhkan kepuasan
seks diranjang saat ini.
Sesampai dikota semarang ternyata aku dan Bu Maya lupa
memesan Hotel untuk menginap selama disemarang.
“Mas Andre sudah pesan Hotel”, kata Bu Maya.
“Belum Bu, soalnya tadi kita keasikan ngobrol jadinya aku
belum pesan hotel dan Ibu sendiri gimana?”.
“Iya Ibu juga belum pesan juga Mas Andre”.
“Ap akita cari hotel aja dekat-dekat kota saja”.
“Ya saya ikut aja Bu”.
Kemudian Bu Maya menyuruh mengarahkan mobilnya ke salah satu
Hotel yang ada ditengah kota semarang
dan sesampai diHotel Bu Maya
langsung memesan kebagian respsionis
yang ternyata hari itu semua
kamar sudah terisi penuh dan hanya tersisa 1 kamar yang harganya sangat
mahal.
“Gimana Mas Andre kamar tinggal sisa satu”.
“Apa saya cari Hotel ditempat lain saja Bu”.
“Udah kita pesan satu kamar ini saja hitung-hitung kamar 2 bisa
jadi satu kan hemat juga”.
“Tapi Bu, harganya mahal dan saya ngak enak satu kamar
berdua sama Ibu”.
“Udah Mas Andre, santai saja sama Ibu”, dengan nada datar
aku hanya bisa ikut dan nurut saja sama atasan.
Begitu kamar sudah dipesan dan kami berdua segera langsung
Chek In dan ternyata Kamar hotelnya berbentuk sangat besar dan mewah dengan
satu kamar tidur yang cukup besar, posisinya menghadap kearah pemandangan kota Semarang
yang sangat bagus kalau malam hari. Aku telihat kagum melihat pemandagan dari dalam
kamar. Malam harinya setelah kami sama-sama mandi Bu Maya mengajak aku makan
malam di sebuah restoran dengan pemandangannya juga bagus sekali saat kita
sama-sama makan berdua.
Bu Maya memilih meja di lantai dua biar bisa menikmatin
pemandangan kota. Sambil menyantap makan malam diiringi suara alunan music
instrument jazz kami berdua bener-benar seperti terbawa ke Susana romantis tidak
ada lagi kata atasan dan bawahan lagi yang ada hanyalah menikmati santapan
malam dengan cahaya lampu sinar kota Semarang yang gemerlap.
“Giama Mas Andre, bagus, kan?” katak Bu Maya sambil nunjuk
ke arah lampu-lampu berkelap-kelip.
“Ya Bu, rasanya kita seperti sepasang kekasih yang baru
memadu cinta”, kuberanikan aku untuk membuka perkataan seperti itu.
Kami berdua ngobrol panjang, bercanda, dan suasananya makin
santai. Aku nggak bosen-bosen ngeliat wajah manisnya Bu Maya, apalagi senyumnya
dan tawa renyahnya. Wajah yang sudah berumur tidak terlihat sama sekali tampak
diwajahnya, Rasanya ada perasaan yang tumbuh di hati, makin kuat tiap menit.
Jam 10 malam tak terasa Bu Maya mengajak untuk balek ke Hotel.
“Ayo Mas udah malam, kita harus istirahat biar fresh buat acara
besok.” Aku hanya diam dan nurut aja apa yang dikata Bu Maya.
Sesampai di kamar hotel, Bu Maya masuk kamar mandi buat
ganti baju dan cuci muka, sementara aku duduk di sofa sambil menonton TV. Lima
menit kemudian saat Bu Maya keluar dari kamar mandi, aku kaget melihat By Maya sudah memakai baju tidur model
daster yang sangat seksi dan longgar berkain
satin yang sangat licin dan pendek. Pahanya yang mulus bikin aku nggak bisa
berkedip. Apalagi saat dia jalan ke meja di samping tempat tidur, tampak Bu
Maya tidak memakai Bra lagi didalamnya karena jelas sekali kedua putting
susunya menonjol menjeplak diluar kain satin daster yang dipakainya.
Kemudian Bu Maya mengambil sesuatu dari dalam kopernya,
terus bawa camilan ke arahku. “Ini, Mas, tadi lupa bawa camilan buat nemenin
nonton TV,” katanya sambil membungkuk naruh camilan di meja depanku.
Dasternya yang longgar tersingkap, dan aku lihat bentuk buah
dadanya nggak besar, tapi kencang memiliki bentuk putting susu yang cukup
Panjang seperti buah biji salak. Aku nggak bisa nahan diri, jantungku langsung berdebar
kencang.
“Kok diem aja, Mas?” tanyanya, bikin aku tersadar.
“Eh, iya, makasih Bu Maya”, kataku tergagap. Kayaknya dia
sadar aku lagi ngeliatin apa, buru-buru dia pegang ujung dasternya dan balik ke
tempat tidur.
“Mas, aku tidur dulu, ya,” katanya sambil selonjoran.
“Iya, Bu”, malam itu pikiranku sudah nggak arah film lagi.
Aku hanya memikirkan bentuk putting susunya yang menjeplak dikain satin
dasternya dan ingin sekali kuremas dan kusedot-sedot.
Malam semakin larut suhu AC ruang kamar Hotel semakin dingin
dan perasaan dan nafsuku semakin naik dan tidak bisa aku tahan. Hampir satu
jam, aku hanya duduk di sofa, nafsu dan birahiku semakin kian bergejolak
apalagi cerita Bu Maya yang kesepian dan butuh kehangantan diranjang semakin
membikin pikiranku semakin kacau.
Tiba-tiba, suara lirih Bu Maya bikin aku kaget, “Mas Andre,
udah tidur belum?” Aku jawab,
“Belum Bu.” Dia lanjut.
“Mas Andre pasti capek nyetir seharian, kalau nggak bisa
tidur nyenyak di sofa. Tidur di sini aja, Mas”. Menderag itu aku kaget nggak percaya.
“Aduh gimana Ya Bu, ngak enak tidur seranjang dengan Ibu”.
Kataku sambil sedikit gugup.
“Udah sini aja ngak usah khawatir”.
“Bener nggak apa-apa, Bu”
“Nggak apa-apa, sini Mas, tidur dikursi nagk enak kok bikin badan
Mas capek”.
Perlahan aku pindah ke tempat tidur kemudian posisi selonjoran di sampingnya. Bu Maya lalu memejamkan
kedua mata dan aku cuma diam dan hanya bisa mikirkan berani apa nggak ya aku
peluk tubuhnya kerena nafsuku benar-benar sudah ngak bisa aku tahan lagi?
Akhirnya, aku coba belai dan usap rambutnya dengan pelan-pelan. Kulihat Bu Maya
tidak ada reaksi kemudian aku lanjut cium pundaknya, telinganya, lalu bagian lehernya.
Kulihat Bu Maya mulai begerak dan tidak ada tanda-tanda
penolakan. Tangan kiriku perlahan bergerak ke bagian dadanya, kurasakan dibalik
daster satinnya, buah dadaya yang sudah tidak memakai Bra. Bu Maya Cuma bergelinjang
dan tidak ada kata-kata yang terucap dari dalam mulutnya.
Aku semakin berani dan nekat kemudian tanganku menelusuri
licinya kain satin dasternya menyentuh bagian perutnya lalu Kembali naik pelan ke arah dadanya.
Aku sengaja nggak langsung meremas-remas buah dadanya dan hanya sekedar menyentuh
di antara belahan dadanya. Bu Maya mulai mendesah pelan, tubuhnya perlahan bergelinjangan.
Akhirnya tanganku merusaha menyentuh bagian putingnya yang menjeplak diluar
kain satin dasternya.
Bu Maya langsung kaget, tubuhnya melonjak. “Unghhh Jangan,
Mas…” bisiknya lirih, tapi tangannya tidak sama sekali melepas tanganku yang
lagi menyentuh putting susunya.
Aku sudah tidak lagi mempedulikan apa yang dikatakan Bu Maya
karena nafsuku sudah benar-benar tinggi, tangganku mulai meremas-remas pelan
dadanya sambil kumain-mainkan putting susunya. Bu Maya mendesah semakin kencang
dan tubuhnya bergelinjangan seperti cacing kepanasan. Kemudian kuputar tubuhnya
terlentang dan putting susunya yang menonjol menjeplak dikain satin dasternya
seperti bentuk biji salak langsung kucium dan kulumat putingnya, sambil tangan
kiriku remas-remas buah dadanya.
Bu Maya semakin mendesah lebih kencang dan tubuhnya sedikit mengejang.
Takut suaranya kedengeran, aku segera melepas lumatanku diujung putting susunya
dan segera turun ke bagian perutnya menelusuri licinya kain satin dasternya
yang masih melekat ditubuhnya, cium bibir dan lidahku perlaha-lahan terus turun
kebagian selangkanganya, lalu langsung saja kutarik celana dalamnya yang sudah terlihat
basah.
Begitu celana dalamnya terlepas kemudian bibr dan lidahku
segera menyentuh bagian kemaluannya. Saat kujilat pelan dengan ujung lidahku Bu
Maya terpekik dan bergelinjangan. Tubunya seperti mengejang hebat, napasnya
memburu, dan aku tahu dia udah nggak tahan.
Aku berhenti mencium bagian vaginanya dan Kembali duduk di
antara kakinya, kulihat Bu Maya hanya memandangi kedua mataku dan kubalas
dengan ciuman dibagian keningnya dan belaian dibagian rambutnya. Kemudian Bu
Maya bangun. Pemandangan di depanku bikin aku nggak tahan lagi melihat tonjolan
putting susunya yang menjeplak dikain satin dasternya.
“Mas…Andre” bisiknya pelan, kayak minta sesuatu.
Kemudian aku segera melepas semua bajuku dan celanaku hingga
tubuhku bugil total lalu aku segera naik keatas tubuh Bu Maya yang terlentang
dan kupeluk erat tubuhnya sambil cium bagian lehernya. Saat kuciun dan kulumat
bagian bibirnya dengan bibirku Bu Maya langsung membalasnya sangat nafsunya. Malam
ini bakal jadi malam yang Panjang aku denga Bu Maya.
Ciumanku dibagian bibirnya mulai turun kebagian buah dadanya
dan pelan-pelan nyentuh bagian putingnya
dan dengan lembut aku sedot-sedot putting susunya dengan cara kujilat dengan
bibirku sambil kuremas-remas buah dadanya. Batang penisku yang sudah tegang itu
aku gesek-gesekan pas dibagian luar bibir vaginanya yang terhalang kain satin
dasternya.
“Unghhhh….”, nikmat sekali saat batang penisku menyentuh
kain satin dasternya pas dibagian belahan vaginanya terasa licin dan membuat
cairan bening dari dalam ujung lobang penisku keluar membasahi kain satin
dasternya.
“Mas…Andere…..Unghhhh” suara Bu Maya lirih, kayak memohon
gitu.
Tangan kiriku kemudian turun ke bagian perutnya dan terus turun
pelan-pelan ke bawah, sampe ke area vaginanya. Bulu-bulu halusnya terasa lembut
di jari-jari tanganku. Lalu ku sentuh bagian
ujung intimnya yang udah basah banget.
Tiba-tiba tangan Bu Maya memegang tangan kiriku membantu memasukan jari
tanganku kedalam vaginanya dan pelan-pelan aku pake ujung jari. Sementara jari
tengahku masuk kedalam lubang vaginanya.
“Anghhhh….anghhhh…aaahhh” Bu Maya mendesah keras.
Tubuhnya bergerak-gerak tidak karuan diatas ranjang seperti
dia menahan ada sesuatu. Pelan-pelan aku masukin jari tengahku ke dalam
vaginanya semakin dalam. Bu Maya seperti mengeluh panjang, tangannya megang
tanganku seperti dia meminta dimasukin lebih dalam. Setelah puas menghisap dan
melumat putting susunya dan vaginanya, aku segera menarik kedua kaki agar
tubuhnya begeser ke bagian ujung ranjang hingga pantatnya tepat diposisi
pinggir. Kubuka lebar kedua kakinya, terus aku segera jongkok dan mulai jilatin
lagi bagian vaginanya yang udah becek dengan lidahku.
Bu Maya langsung kelojotan, badannya yang terlentang
dipinggir ranjang sedikit mengejang-nejang saat lidahku mengenai bagian klitorisnya.
“Anghhh….aahhhh….Mas….Andreee…..”, Desannya kayak minta sesuatu yang lebih.
Tapi aku tidak mau buru-buru untuk segera memasukan penisku
kedalam vaginanya agar Bu Maya semakin
penasaran denganku. Aku tempelin kepala penisku dibibir vaginanya yang udah becek
itu dan ku gesek-gesek pelan, biar klitorisnya tergesek-gesek.
“Unghhh…Mas…Andree…aku… udah nggak tahan…jangan digesek
terus Mas….Anghhh….masukan sekarang” bisiknya memohon, matanya sayu penuh
birahi, sambil gigit bibir bawah. Tangannya mencoba tarik bagian batang penisku
agar masuk.
“Inilah moment yang aku tunggu-tunggu untuk bisa menikmati
tubuh Bu Maya”, batinku.
Tangan Bu maya langsung memegang batang peniskku dan
mengarakan kelubang vaginanya. Sambil
terus aku gesek-gesekan dan Pelan-pelan mulai masuk kedalam vaginanya yang
sudah sangat basah. Aku tekan sampe masuk semua.
Blesss…..batang penisku langsung terbenam masuk hingga
kedasar rahimnya dengan suara desahan pelan saat batang penisku masuk sampai
dalam. Aku tahan sebentar begitu mentok sampai dasar rahimnya kemudian perlahan
aku Tarik dan aku masuki lagi berulang-ulang dengan Gerakan pelan.
“Anghhh….Anghhhh….Ahhhhhh”, Bu Maya mulai gelagapan,
kepalanya geleng-geleng, kayak menanahan kenikmat yang lama sudah tidak lagi
dirasakan dengan suminya.
Tangan kanannya menyengkram bagian bedcover ranjang, tangan
kirinya remas buah dadanya sendiri. Sambil aku genjot keluar masuk penisku
keluar masuk vaginanya, aku coba membungkukan tubuhku agar bisa mencapai
putingnya yang terlihat semakin menonjol menjeplak diluar kain satin dasternya.
Aku hisap dan aku mainkan dengan lidahku. Tubuh Bu Maya semakin liar bergerak
kekiri dan kenan menikmati setiap sodokan batang penisku yang keluar masuk
kedalam vaginanya.
Begitu aku hisap dengan kuat putting susunya tangan kanannya
segera menyengkram rambutku dan menarik kepalaku supaya aku agar tidak berhenti
menghisap putting sususnya. Bu Maya seperti terlihat sudah tidak dapat lagi
manahan rasa nikmat dari gesekan batang penisku yang terus tanpa henti-hentinya
aku genjot keluar masuk bercampur ngilu.
Aku percepat Gerakan bagian pinggulku, sambil aku hisap putingnya lebih dalam
lagi dengan mulutku. Bu Maya mendesah semakin keras dan keras, tubuhnya mulai mengejang-negajng lagi tanda-tanda Bu
Maya akan segera orgasme. Melihat itu aku segera menambah lagi Gerakan keluar
masuk penisku kelubang vaginanya yang sudah semakin becek. Kedua kaki Bu Maya
segera menjepit bagian pinggulku dan tak lama Bu Maya mengejang sangat hebatnya
ditubuhnya merasakan orgasme yang sudah lama tidak dirasakan lagi.
“Masss….Andre…..Anghhh….anghhhh…aahhhh…..Mas…..aaaahhhhhh”, batang
penisku benar-benar sudah sangat keras banget berada didalam vaginanya.
Aku benamkan dalam-dalam penisku saat Bu Maya orgasme dan otot
vaginanya terasa berkedut-kedut seperti penisku diremas-remas. Tak lama
berselang setelah beberapa menit Bu Maya orgasme, cairan spermaku juga akan
segera keluar dan sudah tidak bisa aku tahan lagi. Aku muncaratkan didalam
vaginanya yang baru saja dia orgasme dan Crottt…crottt…crottt…”Anghhh…..ahhhhh…aahhh…aahhhh…Unghhhh”,
cairan kental yang keluar dari dalam penisku memenuhi lubang vagina Bu Maya.
Bu Maya mengeluh Panjang saat oragsme kedua kakinya
menegang, tangannya nyengkram bagian kepalaku erat, kayak nahan sesuatu yang
luar biasa dia rasakan dari dalam tubuhnya. Cairan hangatku banjirin bagian
rahimnya. Otot vaginanya masih kedut-kedut, ngeremas bagian penisku yang masih terus nyemprotkan sisa-sisa cairan
spermaku yang baru saja aku keluarkan didalam vaginanya.
Dengan nafas kami berdua sama-sama ngos-ngosan dan keringat
bercampur menjadi satu karena hawa dingin AC dikamar hotel tidak bisa membedung
keringat yang keluar dari tubuhku kami masing-masing untuk mencapai titik
puncak kenikmatan. Aku biarin batang penisku tetap berada di dalam vaginanya
sampai tubuh kami sama-sama lemas diatas ranjang. Cairan hangat mulai meleleh
keluar dari dalam vagina Bu Maya bercampuran cairan spermaku. Kemudian aku
pegang bagian kepala Bu Maya lalu aku kecup bibirnya dan kulumat dengan penuh kasih
sayang.
Bu Maya masih memejamkan kedua mata dengan napasnya yang
sudah mulai stabil. Aku mulai bangun dan pelan-pelan menarik batang penisku
dari dalam vaginanya. Tubuh Bu Maya mengejang sebentar pas aku lepas penisku.
Kedua mata Bu Maya pelan-pelan terbuka. “Mas…Andre sayang”
panggilnya lirih dengan kata sayang.
“Ya Bu Maya”, Aku duduk di sampingnya, usap kepalanya pelan.
“Makasih ya Mas Andre, udah bikin aku benar-benar puas malam
ini, sudah lama aku tidak merasakan seperti ini”, Bu Maya menatapku dengan ekspresi terlihat
sangat puas.
“Sama-sama Bu Maya, kalau ibu membutuhkan seperti ini, Andre
selalu siap disamping ibu”, Aku balas dengan senyum lembut.
Habis itu kami cuma saling diam dan saling berpandangan
untuk beberapa saat. Terus aku bangun untuk mengambil beberpa tisu buat membersihikan
cairan yang meleleh dari lubang vaginanya. Belum sempet balik, Bu Maya sudah memeluku
dari belakang. Buah dadanya yang hangat menempel di punggungku. Aku balik,
peluk dia erat. Dia peluk aku balik, kepalanya nyandar di pundakku. Aku kecup
kepalanya mesra.
(BERSAMBUNG)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar