Kenikmatan Seks Dengan Tante Dewi
Sejak aku dimutasi pindah kerja di daerah Sleman Yogya, Aku
tinggal bersama Tante Dewi karena aku belum sempat mencari kontrakan. Sementara
aku tinggal disana Tante Dewi tidak menjadi masalah baginya karena Tante Dewi
hanya tinggal bersama satu anaknya yang benama Lintang yang duduk dibangku SD.
Suami Tante Dewi seorang pelayar dan pulang setahun dua kali. Sedangakan aktivitas Tante Dewi hanya sebagai seorang ibu
rumah tangga.
Tak terasa dua minggu aku tinggal bersama Tante Dewi dan satu
malam saat aku pulang agak malam dari
tempat kerjaku, aku mendengar suara rintihan kecil Tante Dewi dari dalam kamar. Aku berusaha mendekat ke pintu,
ternayata benar suara mengerang-mengerang itu berada dari dalam kamar Tante
Dewi. Aku berusaha mengambil kursi dan naik melihat dari lubang pintilasi
ternyata Tante Dewi sedang lagi mastrubasi dengan tangganya mengosok vaginanya
sendiri. Aku berpikir dalam otaku ternyata selama ini Tante Dewi sangat
kesepian dan membutuhkan kehangatan diranjang karena suaminya hanya bisa
memuaskan saat berada dirumah, itupun harus menunggu setahun dua kali. Kasihan
juga Tante Dewi.
Suatu sore, sepulang dari kantor, aku lupa membawa kunci
rumah. Aku mengetok pintu cukup lama dan akhirnya Tante Dewi yang membukakan
pintu. Ternyata Tante Dewi baru saja selesai mandi karena saat membuka pintu
dia hanya mengenakan piyama yang terbuat dari bahan satin sepanjang 15 cm
diatas lutut. Rambutnya tergerai sebahu yang masih basah. Wajahnya cantik
dengan bentuk mata, alis, hidung, dan bibir yang indah. Sore itu aku sagat terpesona
dengan kecantikan dan bentuk tubuhnya.
Paha dan betis yang tidak ditutupi daster itu tampak amat
mulus. Kulitnya kelihatan licin, dihiasi bentuk puting susunya yang terlihat
menonjol menjeplak keluar dari luar kain satin piyamanya. Pinggulnya yang besar
melebar dan Pinggangnya terlihat ramping. Sementara piyamanya yang menutupi
dada atasnya belum sempat diikat secara sempurna, menyebabkan belahan dadanya
yang montok itu menyembul di belahan baju. Rupanya Tante Dewi belum sempat
mengenakan bra. Sementara bau harum sabun mandi terpancar dari tubuhnya.
Tanpa sengaja, sebagai laki-laki normal, kontolku spontan
langsung berdiri melihat tubuhnya. Dari samping kulihat dadanya begitu menonjol
dari balik piyamanya. Melihat Tante Dewi sewaktu membelakangiku, aku terbayang
betapa nikmatnya bila tubuh tersebut digeluti dari arah belakang. Aku berjalan
mengikutinya menuju ruang makan. Kuperhatikan gerak tubuhnya dari belakang.
Pinggul yang besar itu meliuk ke kiri-kanan mengimbangi langkah-langkah
kakinya. Ingin rasanya kudekap tubuh itu dari belakang erat-erat. Ingin
kutempelkan kontolku di gundukan pantatnya menikmati kain satin piyamanya itu.
Dan ingin rasanya kuremas-remas dadanya habis-habisan.
“Maaf Tante, Roni lupa bawa kunci. Tadi Tante terganggu ya
saat mandi”, kataku.
“Udah selesai kok Ron”, jawabnya.
Aku duduk di meja makan. Sedangakn Tante Dewi mengambilkan
teh buatku dan kemudian masuk ke dalam kamarnya. Tak lama kemudian Tante Dewi keluar
hanya mengenakan daster satin yang sangat seksi berbahan licin, mempertontonkan
tonjolan dadanya yang membusung. Tante Dewi tidak mengenakan bra, sehingga
kedua puting susunya tampak jelas sekali tercetak di dasternya. Tante Dewi beranjak
dari duduknya dan mengambil toples berisi kue dari lemari makan. Pada posisi
membelakangiku, aku menatap tubuhnya dari belakang yang sangat merangsang
melihatnya. Aku berpikir dalam hatiku apa ini dia sengaja mempertontonkan
tubuhnya kepadaku biar aku bernafsu melihatnya. Tapi pikiranku sengaja aku
buang jauh-jauh dan Kita berdua mulai ngobrol ngalor ngidul soal macem-macem.
kesempatan bagiku untuk menatapnya dari dekat tanpa rasa risih. Tante Dewi tidak menyadari bahwa belahan daster di
dadanya mempertontonkan dadanya dikala agak merunduk.
kontolku pun menegang semakin menegang. Akhirnya sedikit
berbicara menyerempet tentang seks membahas tentang kemarin yang aku sempat
lihat dia mastrubasi itu.
“Tan, selama Om tidak dirumah apa Tante tidak kesepian
apakagi om pulang dua kali dalam setahun”, kataku to the point.
“Ya dibilang kesepian iya dibilang tidak”, jawabnya lirih.
“Tapi kalau Roni jadi Tante seperti ini pasti Roni kesepian”.
kataku lagi.
“Kalau jujur sih iya Ron tapi mau dibilang apalagi semua
udah terjadi, ini semua demi keluarga”, Tante Dewi mulai curhat.
Aku hanya mendengarkan curhatannya, Tante Dewi yang tak
henti-hentinya mulai menceritakan tentang selama ini dirumah dia sangat
kesepian selama ditinggal Om berlayar.
“Ron, sana mandi dulu biar segar, habis mandi kita makan”,
katanya sambil nyiapin makan malam.
“Ya tante”, kataku sambil mengakhiri pembicaraan seru.
“Kirain Tante mau nawarin mau mandiin”, godaku.
“Ih kamu, genit”, jawabnya tersipu.
Tante Dewi, menyiapkan makan. Sementara itu aku masuk
kamarku dan mandi. kontolku tegang gak karuan karena pembicaraan seru tadi. Selesai
mandi, aku hanya memakai celana pendek dan kaos, sengaja aku tidak memakai CD.
Pengen rasanya malem ini aku bisa tidur bersama Tante Dewi yang kesepian ini.
Apalagi suaminya hanya ada dirumah dua kali setahun menemani dia diatas ranjang.
Sedangakan Lintang anak semata wang Tante Dewi dalam beberapa hari ini sering
menginap dirumah kakeknya di Klaten karena libur sekolah.
kontolku masih ngaceng berat sehingga kelihatan jelas
tercetak di celana pendekku. Tante Dewi diam saja melihat bentuk kontolku dari
luar celana pendekku. Ketika saat makan malem berdua, kita ngobrol lagi soal yang lain, Tante dewi berusaha
tidak mengarahkan pembicaraan kearah yang tadi. Saat melihat Tante Dewi
tertawa, ingin rasanya kulumat habis-habisan bibirnya. Ingin rasanya
kusedot-sedot puting susunya yang menonjol itu dan ingin rasanya kuremas-remas
pantat.
Selesai makan, Tante Dewi membereskan piring dan gelas.
Sekembalinya dari dapur, tiba-tiba Tante Dewi terpeleset sehingga terjatuh.
Rupanya ada air yang tumpah ketika Tante Dewi membawa peralatan makan ke dapur.
Betis kanan membentur rak kayu.
“Aduh”, Tante Dewi mengerang kesakitan. Aku segera
menolongnya. Punggung dan pinggulnya kuraih langsung Kubopong kekamarnya.
Kuletakkan Tubuh Tante Dewi di ranjang. Tercium bau harum sabun mandi memancar
dari tubuhnya. Belahan daster terbuka lebih lebar sehingga aku dapat dengan
leluasa melihat kemontokan buah dadanya.
Nafsuku semakin naik sedangkan kontolku semakin tegang.
ketika aku menarik tangan dari pinggulnya, tanganku tanpa sengaja mengusap
pahanya yang tersingkap. Tante Dewi berusaha meraih betisnya yang terbentur rak
tadi. Kulihat bekas benturan tadi membuat sedikit memar di betis nya. Aku pun
berusaha membantunya. Kuraih betis tersebut seraya kuraba dan kuurut bagian
betis yang memar tersebut.
“Pelan-pelan Ron, sakit”, erangnya lagi. Lama-lama suaranya
hilang. Sambil terus memijit betisnya, kupandang wajahnya. Matanya sekarang
terpejam. Nafasnya jadi teratur.
Rupanya Tante Dewi menikmati setiap pijatan betisnya. Pijitanku
berlahan semakin naik keatas pahanya sambil Kupandangi Tante Dewi yang tengah
tertidur diatas ranjang. Alangkah cantiknya wajahnya. Lehernya jenjang. Buah
dadanya yang montok bergerak naik-turun dengan teratur saat aku pijat. Puting
susunya yang menyembul dari balik dasternya itu ingin rasannya kusedot. Daster
tersebut tidak mampu menyembunyikan garis segitiga CD yang kecil. Terbayang
dengan apa yang ada di balik CDya, kontolku menjadi semakin tegang. Apalagi
paha yang putih terbuka karena daster yang tersingkap.
Kupijat betisnya hingga keatas paha. Kusingkapkan bagian
bawah dasternya sampai sebatas perut. Kini paha mulus itu terhampar di
hadapanku. Di atas paha, beberapa helai bulu jembut keluar dari CD yang mini.
Sungguh kontras warnanya. Jembutnya berwarna hitam, sedang tubuhnya berwarna
putih. Kueluskan tanganku menuju pangkal pahanya sambil kuamati wajahnya. Saat Kueluskan
pijatanku perlahan naik keatas dan ibu
jariku sengaja menempel kebelahan bibir vaginanya. Tante Dewi bukan menepis tanganku atau menolaknya
ternyata dia hanya diam saja sambil menikmati belaian jari-jari tanganku.
Nafsuku sudah benar-benar tidak bisa aku kontrol lagi,
perlahan Kucium bagian paha mulus itu secara bergantian, kiri dan kanan, sambil
tanganku mengusap dan meremasnya perlahan-lahan. Kedua paha tersebut secara
otomatis bergerak membuka agak melebar Kemudian aku lepas celana pendeku dan
akhirnya kontolku bebas merdeka keluar dari sarangnya. Kembali kuciumi dan
kujilati paha dan betis nya. Tubuh moleknya yang tertutup daster itu sungguh
membangkitkan birahiku.
Kedeua dadanya yang besar membusung, pinggang yang ramping,
dan pinggul yang besar melebar. Puting susunya yang berdiri tegak menembus kain
satin dasternya itu perlahan kucium
.
“Tante malam ini izinkan Roni hanya pengganti kenikmatan selama
Om tidak dirumah”, kataku perlahan sambil mencium buah dadanya.
Tante Dewi hanya diam saja, matanya terpejam. Hidungku
mengendus-endus kedua dadanya yang berbau harum sambil sesekali mengecupkan
bibir dan menjilatkan lidahku. Putingnya bagian kanannya kulahap ke dalam
mulutku. Badannya sedikit tersentak ketika pentil itu kugencet perlahan dengan
menggunakan lidah dan gigi atasku yang masih terhalang kain satin dasternya.
“Angh....Ronnn…”, rintihnya, rupanya tindakanku
membangkitkan napsunya juga. Karena sangat ingin merasakan kenikmatan yang
selama ini jarang didapat, Tante Dewi hanya diam saja membiarkan aku
menjelajahi tubuhnya.
kusedot-sedot tanpa henti puting susunya secara bergantian.
kusedot daerah tersebut dari lemah-lembut menjadi agak kuat. Tante Dewi
mendesah, seolah menahan suatu kenikmatan. Kedua dadanya harum itu kuciumi dan
kusedot-sedot secara berirama. kontolku bertambah tegang. Sambil terus
menggumuli dadanya dengan bibirku, aku terus menggesek-gesekkan kontol di kain
satin dasternya yang sangat licin itu dibagian belahan vaginanya hingga
mengeluarkan cairan bening dari lubang kontolku yang membasahi kain satin
dasternya.
Puas menyedot kedua puting susunya tanpa membuka dasternya.
perlahan-lahan bibirku bergerak ke arah bawah. Kugesek-gesekkan wajahku di
lekukan tubuh yang terhalang kain satin dasternya yang licin itu. Kuciumi dan
kujilati secara bergantian dengan lidahku. Kecupan-kecupan bibirku,
jilatan-jilatan lidahku, dan hidungku pun beralih ke perut dan pinggang Tante
Dewi. Sementara gesekan-gesekan kepala kontolku kupindahkan ke betisnya.
Bibir dan lidahku menyusuri perut sekeliling pusarnya.
wajahku bergerak lebih ke bawah. Dengan nafsu yang menggelora kupeluk
pinggulnya secara perlahan-lahan. Kecupanku pun berpindah ke CD tipis yang
membungkus pinggulnya tersebut. Kususuri pertemuan antara kulit perut dan CD,
ke arah pangkal paha. Kujilat helaian-helaian rambut jembutnya yang keluar dari
CDnya. Lalu kujilat CD pink itu di bagian belahan bibir vaginanya. Tante Dewi makin
terengah menahan napsunya, sesekali terdengar lenguhannya menahan kenikmatan
yang dirasakannya.
Aku bangkit. Dengan posisi berdiri di atas lutut kukangkangi
tubuhnya. kontolku yang tegang kutempelkan di belaha dadanya. Kepala kontol
kugesek-gesekkan dibelahan dadanya yang masih terhalang kain satin dasternya.
Sambil kukocok batangnya dengan tangan kananku, kepala kontol terus kugesekkan
didadanya sambil merasakan nikmatnya kain satin yang menyentuh kepala kontolku
saat kugesek kekiri dan kanan. Setelah sekitar dua menit aku melakukan hal itu.
Kuraih kedua belah gumpalan dadanya yang montok itu.
Aku berdiri di atas lutut dengan mengangkangi pinggang
ramping Tante Dewi dengan posisi badan sedikit membungkuk. Batang kontolku
kujepit dengan kedua belahan dadanya. Perlahan-lahan kugerakkan maju-mundur
kontolku di cekikan kedua dadanya. Kekenyalan daging dadanya dan kain satin
dasternya tersebut serasa memijit-mijit batang kontolku, memberi rasa nikmat
yang luar biasa. Di kala maju, kepala kontolku terlihat mencapai pangkal
lehernya yang jenjang. Di kala mundur, kepala kontolku tersembunyi di jepitan
dadanya. Lama-lama gerak maju-mundur kontolku bertambah cepat, dan kedua dadanya
kutekan semakin keras dengan telapak tanganku agar jepitan di batang kontolku
semakin kuat.
Aku pun merem melek menikmati enaknya jepitan buah dadanya
dan gesekan licinya kain satin dasternya. kontolku pun mulai melelehkan sedikit
cairan. Cairan tersebut membasahi belahan buah dada dan kain satin dasternya.
Oleh gerakan maju-mundur kontolku yang diimbangi dengan tekanan-tekanan dan
remasan-remasan tanganku di kedua dadanya, cairan itu menjadi teroles rata di
sepanjang belahan dadanya dan kain satin dasternya yang menjepit batang
kontolku. Cairan tersebut menjadi pelumas yang memperlancar maju-mundurnya
kontolku di dalam jepitan dadannya.
Dengan adanya sedikit cairan dari kontolku tersebut aku
merasakan keenakan dan kehangatan yang luar biasa pada gesekan-gesekan batang
dan kepala kontolku dengan dadanya.
“Ohhh… hhh… … Luar biasa nikmatnya…,” aku tak kuasa menahan
rasa nikmatnya kontolku saat menggesek-gesek kain satin dasternya yang
menghalangi buah dadanya.
Nafas Tante Dewi menjadi tidak teratur. Desahan-desahan
keluar dari bibirnya , yang kadang diseling desahan lewat hidungnya, “Ngh… ngh…
hhh… heh… eh… ngh…” Desahan-desahan Tante Dewi semakin membuat nafsuku makin
memuncak.
“Nikmat sekali Tante”, erangku tak tertahankan.
Tangan kananku lalu membimbing kontol dan menggesek-gesekkan
kepala kontol dengan gerakan memutar di kain satin dasternya yang menghalangi
dadanya. Sambil jari-jari tangan kiriku terus meremas dadanya, kontolku
kugerakkan memutar-mutar diatas hamparan licinya kain satin dasternya menuju ke
bawah. Ke arah perut. Dan di sekitar pusarnya, kepala kontolku kugesekkan maju
mundur di kain satin yang licin itu, sambil sesekali kusodokkan perlahan di
lobang pusarnya.
kucopot CD minimnya. Pinggul yang melebar itu tidak
berpenutup lagi. Kulit perut yang semula tertutup CD tampak jelas sekali.
Licin, putih, dan amat mulus. Di bawah perutnya, jembut yang hitam lebat
menutupi daerah sekitar lobang vaginanya. Kedua paha Tante Dewi kurenggangkan
lebih lebar. Kini hutan lebat di bawah perut tadi terkuak, mempertontonkan vaginanya.
Aku pun mengambil posisi agar kontolku dapat mencapai lubang vagina Tante Dewi.
Dengan tangan kanan memegang batang kontol, kepalanya kugesek-gesekkan ke
jembutnya.
Rasa geli menggelitik kepala kontolku. kepala kontolku
bergerak menyusuri jembut menuju ke lubang vaginanya. Kugesek-gesekkan kepala
kontol ke sekeliling bibir vaginanya. Terasa geli dan nikmat. kepala kontol
kugesekkan agak ke arah lobang. Dan menusuk sedikit ke dalam. Lama-lama dinding
mulut lobang vaginanya itu menjadi basah. Kugetarkan perlahan-lahan kontolku
sambil terus memasuki lobang vaginanya. Kini seluruh kepala kontolku yang
berhelm pink tebenam dalam jepitan mulut vaginanya. Jepitan mulut vaginanya itu
terasa hangat dan nikmat sekali. Kembali dari mulut Tante Dewi keluar desahan
kecil tanda nikmatan. kontolku semakin tegang.
Perlahan-lahan kontolku kutusukkan lebih ke dalam. Kini
tinggal separuh batang yang tersisa di luar. Secara perlahan kumasukkan
kontolku ke dalam vaginanya dan akhirnya terbenam sudah seluruh batang kontolku
di dalam lubang vagina Tante Dewi. Batang kontol sekarang dijepit oleh dinding
vaginanya. secara perlahan-lahan kugerakkan keluar-masuk kontolku ke dalam vaginanya.
Sewaktu keluar, yang tersisa di dalam vagianya hanya kepala kontolku saja.
Sewaktu masuk seluruh kontol terbenam di dalam vaginanya sampai batas
pangkalnya. Rasa hangat dan nikmat yang luar biasa kini seolah memijiti seluruh
bagian kontolku.
Aku terus bergerak keluar masuk kontolku ke lobang vaginanya.
Kedua matanya terpejam setiap kali kontolku menusuk masuk kedalam vaginanya.
Bibir segarnya yang sensual sedikit terbuka, sedang giginya terkatup rapat.
Dari mulut sexy itu keluar desahan kenikmatan, “Anghhhh… hhh… hhh… ssh… sssh…”,
Aku terus tanpa henti keluar masuk menusuk lubang vaginanya dengan kontolku.
Enam menit sudah hal itu berlangsung. Kurasakan nikmat
sekali saat jepitan otot-otot vaginanya menahan laju kontolku yang keluar masuk
itu. kepala kontol masih kubiarkan tertanam dalam dasar vaginanya. Sementara
batang kontol kukocok dengan jari-jari tangan kananku dengan cepatnya
Rasa nikmat itu agaknya dirasakan pula oleh Tante Dewi.
Tante Dewi mendesah-desah akibat sentuhan-sentuhan getar
kepala kontolku pada dinding mulut vaginanya, “Anghhhh…ah… ah… hhh…”, Tiga
menit kemudian kumasukkan lagi seluruh kontolku ke dalam vaginanya dan Kupercepat
gerakan keluar-masuk kontolku pada lubang vaginanya. Kurasakan rasa nikmat sekali
menjalar di sekujur kontolku. Aku sampai tak kuasa menahan ekspresi
kenikmatanku. Sambil tertahan-tahan, aku mendesah-desah.
“Tan...vaginamu sangat luar biasa… nikmatnya…”, Gerakan keluar-masuk secara cepat itu
berlangsung sampai sekitar empat menit tiba-tiba tubuh Tante Dewi
mengejang-gejang sangat hebat, tubuhnya menjepit tubuhku dengan kedua kakinya.
“Ronniii....anghhh....ahhhhh....ahhhhh”, dasahan yang
panjang itu dan nafas yang tidak teratur membuat orgamenya yang dirasakan Tante
Dewi tidak bisa terkontol lagi nikmatnya.
Kontolku terasa seperti dipijat-pijat saat Tante Dewi
Orgasme dan setelah puas gerakan kontolku kembali aku gerakan lagi menusuk
lebih dalam lagi kedasar rahimnya agar orgasme yang dirasakan Tante Dewi
benar-benar lebih nikmat lagi. Kontolku kembali ku genjot lagi keluar masuk
kedalam vagina Tante Dewi dengan gerakan sangat cepat hingga suara desahan
Tante Dewi semakin keras terdengar dan lima menit kemudian cairan spermaku
segera akan keluar.
Begitu terasa akan segera muncrat. Kontolku langsung kulepas
dari dalam vagina Tante Dewi dan Segera aku berdiri berjalan mengangkangi
tubuhnya agar kontolku dapat kugesekan dibelahan dadanya. Begitu kontolku
mencapai buah dadanya langsung saja kuraih kedua dadanya dan menjepit kontolku
yang berdiri tegak itu. Agar kontolku dapat terjepit.
Ku gesek maju mundur Kontolku ditengah-tengah jepitan dadanya
yang masih terhalang kain satin dasternya yang licin itu. Gerakan kontolku
semakin licin tergesek-gesek kain satin dasternya dan membuat Cairan sepermaku
segera cepat keluar.
“Oh....Tante....nikmat sekali kain satin yang melekat
ditubuh Tanteeee...anghhhh”, aku merintih-rintih kenikmatan merasakan kulit
kepala kontolku terjepit kain satin dasternya yang sangat licin itu.
Crot...Crot....Crot...Crot, cairan sepermaku menyemprot
dengan sangat kuatnya. Sampai lima kali keluar menyeprot hingga menghantam
rahang Tante Dewi. Spermaku berwarna putih dan kental itu membasahi dari rahang
mengalir turun ke arah lehernya. Kain satin daster Tante Dewi juga tidak luput
oleh cairan spermaku.
Aku menikmati kenikmatan sampai cairan spermaku habis. “Tante
Luar biasa, nikmat sekali tubuh Tante…,” aku bergumam.
“Kok gak dikeluarin di dalem aja Ron...?”, kata Tante Dewi
lirih.
“Gak Tan...takut nanti hamil makanya aku ngak keluar didalem
dan lebih nikmat keluar di kain satin daster Tante Dewi ini”, jawabku.
“Gak papa Ron, tapikan lebih nikmat keluar didalam kan”,
katanya lagi.
“Iya Tan, nanti kalau kita main lagi aku akan keluar didalam”,
kataku.
Tante Dewi tersenyum melihatku. Aku segera mengambil tissue
yang ada disebelah tempat tidur dan membersihkan kontolku dan memakai celana
pendeku. Beberapa lembar tissue kuambil lagi untuk mengelap sisa spermaku yang
melekat di rahang, leher Tante Dewi. Ada yang tidak aku lap yakni cairan spermaku
yang sudah terlajur menggering dikain satin dastemya.
“Mo kemana Ron”, tanyanya.
“Mo ambil minum dulu Tante”, jawabku.
“Kok celananya dipake”, katanya. Rupanya Tante Dewi pengen
aku disampingnya.
Aku kembali membawa gelas dua gelas minuman dingin dan yang
satu kuberikan kepada Tante Dewi yang masih duduk menyederkan tubuhnya diatas
ranjang. Minuman dingin itu langsung dihabiskan tanpa tersisa. Kuperhatikan
buah dadanya dan puting susunya yang terhalang kain satin dasternya yang tampak
terkena noda bekas spermaku. Membuat kontolku kembali terangsang melihat kain
satin yang ternoda bekas spermaku
Betapa nikmatanya aku puas ngentotin Tante Dewi. Aku ingin
mengulangi permainan tadi, menggeluti dan mendekap kuat tubuhnya. Ingin rasanya
aku gesekan lagi kontolku di belahan dadanya lagi dan kain satin dasternya.
“Sini Roni duduk disamping Tante sayang…”, dia memanggilku
penuh dengan nafsu.
Aku segera naik keatas tempat tidur. Bibirku kembali menggeluti
bibirnya. Bibir sensual yang menantang itu kulumat-lumat dengan sangat rakusnya.
Sementara Tante Dewipun tidak mau kalah. Bibirnya pun menyerang bibirku dengan
dahsyatnya, seakan tidak mau kedahuluan oleh lumatan bibirku. Kedua tangankupun
menyusup diantara lengan tangannya. Tubuhnya sekarang berada dalam dekapanku.
Aku mempererat dekapanku, sementara Tante Dewipun mempererat pelukannya pada
diriku. Kehangatan tubuhnya terasa merembes ke badanku, buah dadanya yang
membusung terasa semakin menekan dadaku. Jari-jari tangan Tante Dewi mulai
meremas-remas kulit punggungku.
Tante Dewi mencopot celanaku dan merangkul punggungku lagi.
Aku kembali mendekap erat tubuhnya sambil melumat kembali bibirnya. Aku terus
mendekap tubuhnya sambil saling melumat bibir. Sementara tangan kami saling
meremas-remas kulit punggung. Kehangatan menyertai tubuh bagian depan kami yang
saling menempel. Kini kurasakan buah dadanya menekan ke dadaku. Dan ketika
saling sedikit bergeseran, puting susunya yang menonjol menembusa kain satin dasternya
seolah-olah menggelitiki dadaku. kontolku terasa hangat dan mengeras. Tangan
kiriku pun turun ke arah perbatasan pinggang ramping, menekannya kuat-kuat dari
belakang ke arah perutku. kontolku terasa tergencet dibagian perut bawahku sambil
kugesek-gesekan dikain satin dasternya.
Sementara bibirku bergerak ke arah lehernya.kuciumi,
kuhisap-hisap dengan hidungku, dan kujilati dengan lidahku.
“Ah…Roniiii”, desah Tante Dewi sambil menengadahkan kepala,
agar seluruh leher sampai dagunya terbuka dengan luasnya.
Tante Dewipun membusungkan dadanya dan melenturkan
pinggangnya ke depan. Dengan posisi begitu, walaupun wajahku dalam keadaan
menggeluti lehernya, tubuh kami dari dada hingga bawah perut tetap dapat
menyatu dengan rapatnya. Tangan kananku lalu bergerak ke dadanya dan
meremas-remas dengan perasaan gemas.
Setelah puas menggeluti lehernya, wajahku turun ke arah
belahan dadanya. Aku berdiri dengan agak merunduk. Tangan kiriku pun menyusul
tangan kanan, yakni bergerak memegangi dadanya. Kugeluti belahan dadanya,
sementara kedua tanganku meremas-remas kedua belah dadanya sambil
menekan-nekankannya ke arah wajahku. Kugesek-gesekkan memutar wajahku di
belahan toket itu. bibirku bergerak ke atas bukit dadanya yang sebelah kiri.
Kuciumi bukit dadanya dan kumasukkan puting susunya ke dalam mulutku walaupun
masih terhalang kain satin dasternya. Kini aku menyedot-sedot puting susunya.
Kumainkan puting di dalam mulutku itu dengan lidahku.
Sedotan kadang kuperbesar ke puncak bukit dadanya di sekitar puting susunya.
“Anggh… ah… Roni.....”, Tante Dewi mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke
kiri-kanan.
Aku memperkuat sedotanku. Sementara tanganku meremas kuat dadanya
yang sebelah kanan. Kadang remasan kuperkuat dan kuperkecil menuju puncak
bukitnya, dan kuakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu
jariku pada putingnya.
“Roniiii… hhh…nikmat sekali sayangggggg”, Aku semakin gemas
mendengar desahanya.
Buah dadanya itu kumainkan secara bergantian, antara sebelah
kiri dan sebelah kanan. Bukit dadanya kadang kusedot sebesar-besarnya dengan
tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang kusedot hanya putingnya dan kucepit
dengan gigi atas dan lidah yang terhalang kain satin dasternya.
“Ah…Roniiii… terus… anghhhhh…”, Tante Dewi mendesah
kenikmatan.
Kedua matanya kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhnya ke
kanan-kiri semakin sering frekuensinya. Sampai akhirnya Tante Dewi tidak kuat
melayani serangan-serangan rangsanganku. Jari-jari tangan kanan Tante Dewi
dengan lembut menangkap kontolku yang sudah berdiri dengan gagahnya. Sambil
membiarkan mulut, wajah, dan tanganku terus memainkan dan menggeluti kedua
belah dadanya, jari-jari lentik tangan kanannya meremas-remas perlahan kontolku
secara berirama. Remasannya itu memberi rasa hangat dan nikmat pada batang kontolku.
Kurangkul tubuhnya dengan gemasnya. Kukecup kembali daerah
antara telinga dan lehernya. Kadang daun telinga sebelah bawahnya kukulum dalam
mulutku dan kumainkan dengan lidahku. Kadang ciumanku berpindah ke punggung
lehernya yang jenjang. Kujilati pangkal helaian rambutnya yang terjatuh di
kulit lehernya. Sementara tanganku mendekap dadanya dengan eratnya. Telapak dan
jari-jari tanganku meremas-remas kedua belah dadanya. Remasanku kadang sangat
kuat, kadang melemah.
Sambil telunjuk dan ibu jari tangan kananku menggencet dan
memelintir perlahan puting susunya yang masih terhalang kain satin dasternya,
sementara tangan kiriku meremas kuat buah dada kanannya dan bibirku menyedot
kulit mulus pangkal lehernya yang bebau harum, kontolku kugesek-gesekkan dan kutekan-tekankan
dikain satin bagian perutnya.
“Ah…Roniiii terus Ron… terus… ah…puasi aku....anghhhh…”,
Tante Dewi merintih-rintih sambil terus berusaha menggeliat ke kiri-kanan
dengan berirama sejalan dengan permainan tanganku di dadanya. Akibatnya
pinggulnya menggial ke kanan-kiri. Goyang gialan pinggul itu membuat kontolku
yang sedang menggesek-gesek dan menekan-nekan perutnya merasa semakin kenikmatan
menyentuh kain satin dasternya.
“Tanteeee...nikmat sekali...ahhh…”, akupun mendesah
kenikmatan saat kontolku terus mengesek kain satin dasternya yang licin itu.
“Ron....kamu suka gesek disitu?”.
“Ya Tante nikmat sekali licinya kain satin dasternya
menyentuh Batang kontolku”.
Tante Dewi menarik wajahku mendekat ke wajahnya. bibirnya
melumat bibirku dengan ganasnya. Aku pun tidak mau kalah. Kulumat bibirnya
dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara tanganku mendekap tubuhnya dengan
kuatnya. Kulit punggungnya yang teraih oleh telapak tanganku kuremas-remas
dengan gemasnya. Kemudian aku menindihi tubuh Tante Dewi.
Kontolku terjepit di antara pangkal pahanya dan perutku
bagian bawah sendiri. Rasa hangat mengalir ke batang kontolku yang tegang dan
keras. Akhirnya aku tidak sabar lagi. Bibirku kini berpindah menciumi dagu dan
lehernya, sementara tanganku membimbing kontolku untuk mencari liang vaginanya.
Kuputar-putarkan dulu kepala kontolku di kelebatan jembut
disekitar bibir vaginanya. Tante Dewi langsung meraih batang kontolku yang
sudah amat tegang. Pahanya yang mulus itu terbuka agak lebar sambil mengarahkan
kepala kontolku ke lobang vaginanya. kepala kontolku menyentuh bibir vaginananya
yang sudah basah. dengan perlahan-lahan dan sambil kugetarkan, kontol
kutekankan masuk ke liang vagina. Kini seluruh kepala kontolku pun terbenam di
dalam lubang vaginanya. Aku menghentikan gerak masuk kontolku saat batang
kontolku terbenam didalam dasar rahimnya.
“Roniiii… teruskan masuk…aah…jangan berhenti sampai situ
saja…sayang”, Tante Dewi protes atas tindakanku.
Namun aku tidak perduli. Kubiarkan kontolku hanya diam didalam
dasar vaginanya. Sementara bibir dan hidungku dengan ganasnya menggeluti
lehernya yang jenjang, lengan tangannya yang harum dan mulus, dan ketiaknya
yang bersih dari bulu ketiak.
Tante Dewi menggelinjang-gelinjang kenikmatan saat kontolku
mulai bergerak keluar masuk lubang vaginanya.
“Anghhh....ahhhhh.....ahhhhhh..”, Bibirku mengulum kulit lengan tangannya dengan
kuat-kuat.
Sementara tenaga kukonsentrasikan pada pinggulku. Dan… satu…
dua… tiga! kontolku kutusukkan sedalam-dalamnya ke dalam vaginanya lagi dengan
sangat cepat dan kuatnya. Plak! Pangkal pahaku beradu dengan pangkal pahanya
yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya.
Sementara kulit batang kontolku bagaikan diplirid oleh bibir
vaginanya yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi srrrt!
“Auwww!”, pekik Tante Dewi.
Aku diam sesaat, membiarkan kontolku tertanam seluruhnya di
dalam vagina Tante Dewi tanpa bergerak sedikit pun.
“Roniii....sayangggg...ayo dong digoyang jangan diam saja… ”
kata Tante Dewi sambil tangannya meremas punggungku dengan kerasnya.
Aku pun mulai menggerakkan kontolku keluar-masuk. Aku tidak
tahu, apakah kontolku yang berukuran panjang dan besar ataukah lubang vagina
Tante Dewi yang sempit jarang dipakai selama suaminya berlayar. Yang saya tahu,
seluruh bagian kontolku yang masuk didalam vaginanya yang serasa seperti
dipijit-pijit dinding lobang vaginanya dengan agak kuatnya.
“Bagaimana Tante, nikmat?”, tanyaku.
“Oh...…Roniiii nikmat sekali rasanya kontolmu sangat besar
dan panjang sekali…beda dengan kontol suamiku, sampai-sampai menyumpal penuh
seluruh penjuru lobang vaginaku sayang”, jawabnya.
Aku terus memompa vaginanya dengan kontolku perlahan-lahan
tapi tetap dengan irama santai. Dadanya yang menempel di dadaku ikut
terpilin-pilin oleh dadaku akibat gerakan memompa tadi. Kedua puting susunya
yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadaku yang menembus kain satin
dasternya.
Kontolku serasa diremas-remas dengan berirama oleh otot-otot
dinding vaginanya sejalan dengan genjotanku tersebut. Terasa hangat dan nikmat
sekali. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala kontolku menyentuh suatu
daging hangat di dalam vaginanya. Sentuhan tersebut serasa menggelitiki kepala
kontol sehingga aku merasa kenikmatan yang luar biasa.
Aku mengambil kedua kakinya dan mengangkatnya. Sambil
menjaga agar kontolku tidak tercabut dari lobang vaginanya, aku mengambil
posisi agak jongkok. Betis kanan Tante Dewi kutumpangkan di atas bahuku,
sementara betis kirinya kudekatkan ke wajahku. Sambil terus menusuk keluar
masuk vaginanya perlahan dengan kontolku, betis kirinya yang amat indah itu
kuciumi dan kukecupi dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis kiri, ganti
betis kanannya yang kuciumi dan kugeluti, sementara betis kirinya kutumpangkan
ke atas bahuku.
Begitu hal tersebut kulakukan beberapa kali secara
bergantian, sambil mempertahankan gerakan kontolku maju-mundur perlahan divaginanya.
Setelah puas dengan cara tersebut, aku meletakkan kedua betisnya di bahuku,
sementara kedua telapak tanganku meraup kedua belah dadanya. Masih dengan
kocokan kontol perlahan divaginanya, tanganku meremas-remas buah dadanya. Kedua
gumpalan daging kenyal itu kuremas kuat-kuat secara berirama. Kadang kedua puting
susunya yang semakin menonjol keluar dari kain satin dasternya kugencet dan
kupelintir-pelintir secara perlahan. putingnya itu semakin mengeras, dan bukit dadanya
itu semakin terasa kenyal di telapak tanganku. Tante Dewipun merintih-rintih kenikmatan.
Kedua matanya merem-melek, dan alisnya mengimbanginya dengan
sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah.
“Ah… Roniiii...anghhhhh… terus Ronnnn, terus…. Kontolmu membuat vaginaku terasa sangat nikmat sekali
sayangi… Nanti jangan dikeluari diluar ya sayang tapi didalam saja… ” Aku mulai
mempercepat gerakan masuk-keluar kontolku dilubang vaginanya.
“Ah-ah-ah… sayanggggg… yang cepat… Terus sayang...terus…”,
Aku bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihan Tante Dewi.
Tenagaku menjadi berlipat ganda. Kutingkatkan kecepatan
keluar-masuk kontolku di lubang vaginanya. Terus dan terus. Seluruh bagian
kontolku serasa diremas-remas dengan cepatnya oleh dinding vaginanya. Kedua mata
Tante Dewi menjadi merem-melek. Begitu juga diriku, mataku pun merem-melek dan
mendesah-desah kenikmatan yang luar biasa.
“Anghhh...ahhhhhssh…Tanteeee nikmat sekali…vaginamu…”.
“Ya sayang.…terusss… terus...terusss…”, Aku meningkatkan
lagi kecepatan keluar-masuk kontolku pada lubang vaginanya hingga mengeluarkan
suara bercak cairan dari dalam vagina Tante Dewi.
“Roniii… anghhhhhh… ahhhh… Terus… terus… sayang tante sudah
mau hampir nyampe…sedikit lagi”, Tante Dewi mengoceh tanpa kendali.
Aku terus menggencot tanpa henti kontolku menusuk lubang
vaginanya karena aku belum merasa akan keluar. Namun aku harus membuatnya Tante
Dewi orgsme duluan. Sementara kontolku merasakan dinding vaginanya bagaikan
berdenyut dengan hebatnya memijat batang kontolku.
“Roniiiii.... Ah-ah-ah-ah-ah… Tante.ee...Mau keluar sayang..ah-ah-ah-ah-ah…
”, Tiba-tiba kurasakan kontolku dijepit oleh dinding vaginanya dengan sangat
kuatnya di dalam, kontolku merasa disemprot oleh cairan yang keluar dari dalam
vagina Tante Dewi dengan cukup derasnya. Dan telapak tangan Tante Dewi meremas
lengan tanganku dengan sangat kuatnya. Tubuhnya kurasakan mengejang-gejang sangat
kuat sekali saat orgasme datang dan Tante Dewipun berteriak tanpa kendali
mendesah sangat panjang sekali. Kedua Matanya membeliak-beliak.
Aku pun menghentikan genjotanku. kontolku kutekan lebih
dalam agar tertanam hingga mencapai dasar rahimnya. kontolku merasa hangat karena
terkena semprotan cairan vaginanya. Kulihat mata Tante Dewi memejam beberapa
saat dalam menikmati puncak orgasmenya. Setelah sekitar satu menit berlangsung,
remasan tangannya pada lenganku perlahan-lahan mengendur.
Kelopak matanya pun membuka, memandangi wajahku. Sementara
jepitan dinding dinding vaginanya pada batang kontolku berangsur-angsur
melemah, walaupun kontolku masih tegang dan keras. Kedua kaki Tante Dewi lalu
kuletakkan kembali di atas ranjang dengan posisi agak membuka. Aku kembali
menindih tubuhnya dengan mempertahankan agar kontolku yang tertanam di dalam vaginanyatidak
tercabut.
“Roni… kamu luar biasa… rasanya seperti ke langit ke tujuh
nikmatnya,” kata Tante Dewi dengan mimik wajah penuh kepuasan.
Kontolku masih tegang di dalam vaginanya mulai bergerak
keluar masuk dengan irama santai sambil kembali mendekap tubuh Tante Dewi. Dinding vaginanya
secara berangsur-angsur terasa mulai meremas-remas kontolku lagi. terasa hangat
dan enak. Namun sekarang gerakan kontolku lebih lancar dibandingkan dengan
tadi. Pasti karena adanya cairan yang disemprotkan saat Tante Dewi orgasme
beberapa saat yang lalu.
Bibirku mulai memagut bibir Tante Dewi dan melumat-lumatnya
dengan gemasnya. Sementara tangan kiriku ikut menyangga berat badanku, tangan
kananku meremas-remas dadanya serta memijit-mijit puting susunya, sesuai dengan
irama gerak maju-mundur kontolku di dalam vaginanya.
“Anghhh....ahhhh....enak Ron, enak… Terus… teruss… terusss…”,
desahan Tante Dewi.
Sambil kembali melumat bibir Tante Dewi dengan kuatnya, aku
mempercepat genjotan kontolku di dalam vaginanya. Pengaruh adanya cairan di
dalam vaginanya, keluar-masuknya kontolku pun diiringi oleh suara, “srrt-srret
srrrt-srrret srrt-srret…”, Tante Dewi tidak henti-hentinya merintih kenikmatan,
“Roniiii… aghhhh… ”.
Kontolku semakin tegang. Kulepaskan tangan kananku dari buah
dadanya. Kedua tanganku kini dari ketiak Tante Dewi menyusup ke bawah dan memeluk
punggungnya. Tangan Tante Dewi pun memeluk punggungku dan mengusap-usapnya. Aku
pun memulai serangan dahsyatku. Keluar-masuknya kontolku ke dalam lubang
vaginanya. Gerakanku semakin cepat dan bertenaga. Setiap kali masuk, kontolku
kuhunjamkan sangat keras agar menusuk lebih dalam kedasar rahimnya.
Kontolku bagai diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh
dinding vaginanya. Sampai di langkah terdalam, kedua mata Tante Dewi membeliak
sambil bibirnya mengeluarkan seruan tertahan.
“Aghhh...!”, Sementara daging pangkal pahaku bagaikan
menampar daging pangkal pahanya sampai berbunyi “plak...plak...plak”, Di saat
bergerak keluar kontolku kujaga agar kepalanya tetap tertanam di lobang vaginanya.
Remasan dinding vaginanya pada batang kontolku pada gerak
keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak masuknya. Bibir vaginanya
yang mengulum batang kontolku pun sedikit ikut tertarik keluar. Pada gerak
keluar ini Tante Dewi mendesah.
“anghh…”, Aku terus menggenjot vaginanya dengan gerakan
cepat dan menghentak-hentak. Tangan Tante Dewi meremas punggungku kuat-kuat di
saat kontolku kuhunjam masuk sejauh-jauhnya ke lobang vaginanya. Beradunya
daging pangkal paha menimbulkan suara “Plak...Plak...Plak...Plak”, Pergeseran
antara kontolku dan vaginanyamenimbulkan bunyi srottt-srrrt… srottt-srrrt…
srottt-srrrt… Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecil desahan
Tante Dewi.
“Ak! Hhh… Ak! Hhh… Ak! Hhh…”, kontolku terasa empot-empotan
luar biasa.
“Tanteeee… Enak sekali vaginamu menjepitan kontolku…”.
“Roniii… terus sayang...”, rintih Tante Dewi.
Tiba-tiba rasa cairan spermaku akan segera keluar menyelimuti
segenap penjuru kontolku. Aku pun
mengocokkan kontolku kedalam vaginanya dengan semakin cepat dan kerasnya.
Setiap masuk ke dalam, kontolku berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih
cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya.
“Tanteeee....… aku… aku…”, Karena menahan rasa nikmat dan rasa
spermaku alan segera keluar aku tidak
mampu menyelesaikan ucapanku yang memang sudah terbata-bata itu.
“Roniiii, Tante… mau nyamper lagi…”, Tiba-tiba kontolku
mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya.
Aku tidak mampu lagi menahan laju spermaku yang sudah
mencapai puncaknya. Namun pada saat itu juga tiba-tiba dinding vagina Tante
Dewi mencekik kuat sekali. Dengan cekikan yang kuat itu, aku tidak mampu lagi menahan jebolnya
bendungan dalam batang kontolku.
Crot....crot...crotttt, cairan spermaku keluar mucrat
didalam lubang vaginanya, bersamaan dengan itu Tante Dewi juga orgasme lagi
yang kedua kalinya lagi. Tubuh Tante Dewi mengejang dengan mata
membeliak-beliak.
“Tante.....…!”, aku melenguh keras-keras sambil merangkul
tubuh Tante Dewi sekuat-kuatnya.
Wajahku kubenamkan kuat-kuat di lehernya yang jenjang.
kontolku yang terbenam semua di dalam lubang vaginanya terasa berdenyut-denyut.
Beberapa saat lamanya aku dan Tante Dewi terdiam dalam keadaan berpelukan erat
sekali diatas ranjang. Aku menghabiskan sisa-sisa cairan spermaku dari dalam
kontolku yang masih tersisa ke dalam vaginanya. Kali ini semprotannya lebih
lemah.
Aku menciumi leher mulus Tante Dewi dengan lembutnya,
sementara tangan Tante Dewi mengusap-usap punggungku dan mengelus-elus rambut kepalaku.
Aku merasa puas sekali. Sejak kejadian itu kami sama-sama ketagihan untuk
mengulangi dan mengulangi lagi selama suami Tante Dewi tidak berada dirumah.
TAMAT