Jumat, 31 Mei 2019

CERITA SEKS DENGAN TANTE DEWI


Kenikmatan Seks Dengan Tante Dewi

Sejak aku dimutasi pindah kerja di daerah Sleman Yogya, Aku tinggal bersama Tante Dewi karena aku belum sempat mencari kontrakan. Sementara aku tinggal disana Tante Dewi tidak menjadi masalah baginya karena Tante Dewi hanya tinggal bersama satu anaknya yang benama Lintang yang duduk dibangku SD. Suami Tante Dewi seorang pelayar dan pulang setahun dua kali. Sedangakan  aktivitas Tante Dewi hanya sebagai seorang ibu rumah tangga.

Tak terasa dua minggu aku tinggal bersama Tante Dewi dan satu malam saat aku pulang agak malam  dari tempat kerjaku, aku mendengar suara rintihan kecil Tante Dewi dari dalam  kamar. Aku berusaha mendekat ke pintu, ternayata benar suara mengerang-mengerang itu berada dari dalam kamar Tante Dewi. Aku berusaha mengambil kursi dan naik melihat dari lubang pintilasi ternyata Tante Dewi sedang lagi mastrubasi dengan tangganya mengosok vaginanya sendiri. Aku berpikir dalam otaku ternyata selama ini Tante Dewi sangat kesepian dan membutuhkan kehangatan diranjang karena suaminya hanya bisa memuaskan saat berada dirumah, itupun harus menunggu setahun dua kali. Kasihan juga Tante Dewi.

Suatu sore, sepulang dari kantor, aku lupa membawa kunci rumah. Aku mengetok pintu cukup lama dan akhirnya Tante Dewi yang membukakan pintu. Ternyata Tante Dewi baru saja selesai mandi karena saat membuka pintu dia hanya mengenakan piyama yang terbuat dari bahan satin sepanjang 15 cm diatas lutut. Rambutnya tergerai sebahu yang masih basah. Wajahnya cantik dengan bentuk mata, alis, hidung, dan bibir yang indah. Sore itu aku sagat terpesona dengan kecantikan dan bentuk tubuhnya.

Paha dan betis yang tidak ditutupi daster itu tampak amat mulus. Kulitnya kelihatan licin, dihiasi bentuk puting susunya yang terlihat menonjol menjeplak keluar dari luar kain satin piyamanya. Pinggulnya yang besar melebar dan Pinggangnya terlihat ramping. Sementara piyamanya yang menutupi dada atasnya belum sempat diikat secara sempurna, menyebabkan belahan dadanya yang montok itu menyembul di belahan baju. Rupanya Tante Dewi belum sempat mengenakan bra. Sementara bau harum sabun mandi terpancar dari tubuhnya.

Tanpa sengaja, sebagai laki-laki normal, kontolku spontan langsung berdiri melihat tubuhnya. Dari samping kulihat dadanya begitu menonjol dari balik piyamanya. Melihat Tante Dewi sewaktu membelakangiku, aku terbayang betapa nikmatnya bila tubuh tersebut digeluti dari arah belakang. Aku berjalan mengikutinya menuju ruang makan. Kuperhatikan gerak tubuhnya dari belakang. Pinggul yang besar itu meliuk ke kiri-kanan mengimbangi langkah-langkah kakinya. Ingin rasanya kudekap tubuh itu dari belakang erat-erat. Ingin kutempelkan kontolku di gundukan pantatnya menikmati kain satin piyamanya itu. Dan ingin rasanya kuremas-remas dadanya habis-habisan.

“Maaf Tante, Roni lupa bawa kunci. Tadi Tante terganggu ya saat mandi”, kataku.

“Udah selesai kok Ron”, jawabnya.

Aku duduk di meja makan. Sedangakn Tante Dewi mengambilkan teh buatku dan kemudian masuk ke dalam kamarnya. Tak lama kemudian Tante Dewi keluar hanya mengenakan daster satin yang sangat seksi berbahan licin, mempertontonkan tonjolan dadanya yang membusung. Tante Dewi tidak mengenakan bra, sehingga kedua puting susunya tampak jelas sekali tercetak di dasternya. Tante Dewi beranjak dari duduknya dan mengambil toples berisi kue dari lemari makan. Pada posisi membelakangiku, aku menatap tubuhnya dari belakang yang sangat merangsang melihatnya. Aku berpikir dalam hatiku apa ini dia sengaja mempertontonkan tubuhnya kepadaku biar aku bernafsu melihatnya. Tapi pikiranku sengaja aku buang jauh-jauh dan Kita berdua mulai ngobrol ngalor ngidul soal macem-macem. kesempatan bagiku untuk menatapnya dari dekat tanpa rasa risih. Tante Dewi  tidak menyadari bahwa belahan daster di dadanya mempertontonkan dadanya dikala agak merunduk.
kontolku pun menegang semakin menegang. Akhirnya sedikit berbicara menyerempet tentang seks membahas tentang kemarin yang aku sempat lihat dia mastrubasi itu.

“Tan, selama Om tidak dirumah apa Tante tidak kesepian apakagi om pulang dua kali dalam setahun”, kataku to the point.

“Ya dibilang kesepian iya dibilang tidak”, jawabnya lirih.

“Tapi kalau Roni jadi Tante seperti ini pasti Roni kesepian”. kataku lagi.

“Kalau jujur sih iya Ron tapi mau dibilang apalagi semua udah terjadi, ini semua demi keluarga”, Tante Dewi mulai curhat.

Aku hanya mendengarkan curhatannya, Tante Dewi yang tak henti-hentinya mulai menceritakan tentang selama ini dirumah dia sangat kesepian selama ditinggal Om berlayar.

“Ron, sana mandi dulu biar segar, habis mandi kita makan”, katanya sambil nyiapin makan malam.
“Ya tante”, kataku sambil mengakhiri pembicaraan seru.

“Kirain Tante mau nawarin mau mandiin”, godaku.

“Ih kamu, genit”, jawabnya tersipu.

Tante Dewi, menyiapkan makan. Sementara itu aku masuk kamarku dan mandi. kontolku tegang gak karuan karena pembicaraan seru tadi. Selesai mandi, aku hanya memakai celana pendek dan kaos, sengaja aku tidak memakai CD. Pengen rasanya malem ini aku bisa tidur bersama Tante Dewi yang kesepian ini. Apalagi suaminya hanya ada dirumah dua kali setahun menemani dia diatas ranjang. Sedangakan Lintang anak semata wang Tante Dewi dalam beberapa hari ini sering menginap dirumah kakeknya di Klaten karena libur sekolah.

kontolku masih ngaceng berat sehingga kelihatan jelas tercetak di celana pendekku. Tante Dewi diam saja melihat bentuk kontolku dari luar celana pendekku. Ketika saat makan malem berdua, kita  ngobrol lagi soal yang lain, Tante dewi berusaha tidak mengarahkan pembicaraan kearah yang tadi. Saat melihat Tante Dewi tertawa, ingin rasanya kulumat habis-habisan bibirnya. Ingin rasanya kusedot-sedot puting susunya yang menonjol itu dan ingin rasanya kuremas-remas pantat.
Selesai makan, Tante Dewi membereskan piring dan gelas. Sekembalinya dari dapur, tiba-tiba Tante Dewi terpeleset sehingga terjatuh. Rupanya ada air yang tumpah ketika Tante Dewi membawa peralatan makan ke dapur. Betis kanan membentur rak kayu.

“Aduh”, Tante Dewi mengerang kesakitan. Aku segera menolongnya. Punggung dan pinggulnya kuraih langsung Kubopong kekamarnya. Kuletakkan Tubuh Tante Dewi di ranjang. Tercium bau harum sabun mandi memancar dari tubuhnya. Belahan daster terbuka lebih lebar sehingga aku dapat dengan leluasa melihat kemontokan buah dadanya.

Nafsuku semakin naik sedangkan kontolku semakin tegang. ketika aku menarik tangan dari pinggulnya, tanganku tanpa sengaja mengusap pahanya yang tersingkap. Tante Dewi berusaha meraih betisnya yang terbentur rak tadi. Kulihat bekas benturan tadi membuat sedikit memar di betis nya. Aku pun berusaha membantunya. Kuraih betis tersebut seraya kuraba dan kuurut bagian betis yang memar tersebut.

“Pelan-pelan Ron, sakit”, erangnya lagi. Lama-lama suaranya hilang. Sambil terus memijit betisnya, kupandang wajahnya. Matanya sekarang terpejam. Nafasnya jadi teratur.
Rupanya Tante Dewi menikmati setiap pijatan betisnya. Pijitanku berlahan semakin naik keatas pahanya sambil Kupandangi Tante Dewi yang tengah tertidur diatas ranjang. Alangkah cantiknya wajahnya. Lehernya jenjang. Buah dadanya yang montok bergerak naik-turun dengan teratur saat aku pijat. Puting susunya yang menyembul dari balik dasternya itu ingin rasannya kusedot. Daster tersebut tidak mampu menyembunyikan garis segitiga CD yang kecil. Terbayang dengan apa yang ada di balik CDya, kontolku menjadi semakin tegang. Apalagi paha yang putih terbuka karena daster yang tersingkap.

Kupijat betisnya hingga keatas paha. Kusingkapkan bagian bawah dasternya sampai sebatas perut. Kini paha mulus itu terhampar di hadapanku. Di atas paha, beberapa helai bulu jembut keluar dari CD yang mini. Sungguh kontras warnanya. Jembutnya berwarna hitam, sedang tubuhnya berwarna putih. Kueluskan tanganku menuju pangkal pahanya sambil kuamati wajahnya. Saat Kueluskan pijatanku  perlahan naik keatas dan ibu jariku sengaja menempel kebelahan bibir vaginanya.  Tante Dewi bukan menepis tanganku atau menolaknya ternyata dia hanya diam saja sambil menikmati belaian jari-jari tanganku.

Nafsuku sudah benar-benar tidak bisa aku kontrol lagi, perlahan Kucium bagian paha mulus itu secara bergantian, kiri dan kanan, sambil tanganku mengusap dan meremasnya perlahan-lahan. Kedua paha tersebut secara otomatis bergerak membuka agak melebar Kemudian aku lepas celana pendeku dan akhirnya kontolku bebas merdeka keluar dari sarangnya. Kembali kuciumi dan kujilati paha dan betis nya. Tubuh moleknya yang tertutup daster itu sungguh membangkitkan birahiku.
Kedeua dadanya yang besar membusung, pinggang yang ramping, dan pinggul yang besar melebar. Puting susunya yang berdiri tegak menembus kain satin dasternya itu perlahan kucium
.
“Tante malam ini izinkan Roni hanya pengganti kenikmatan selama Om tidak dirumah”, kataku perlahan sambil mencium buah dadanya.

Tante Dewi hanya diam saja, matanya terpejam. Hidungku mengendus-endus kedua dadanya yang berbau harum sambil sesekali mengecupkan bibir dan menjilatkan lidahku. Putingnya bagian kanannya kulahap ke dalam mulutku. Badannya sedikit tersentak ketika pentil itu kugencet perlahan dengan menggunakan lidah dan gigi atasku yang masih terhalang kain satin dasternya.
“Angh....Ronnn…”, rintihnya, rupanya tindakanku membangkitkan napsunya juga. Karena sangat ingin merasakan kenikmatan yang selama ini jarang didapat, Tante Dewi hanya diam saja membiarkan aku menjelajahi tubuhnya.

kusedot-sedot tanpa henti puting susunya secara bergantian. kusedot daerah tersebut dari lemah-lembut menjadi agak kuat. Tante Dewi mendesah, seolah menahan suatu kenikmatan. Kedua dadanya harum itu kuciumi dan kusedot-sedot secara berirama. kontolku bertambah tegang. Sambil terus menggumuli dadanya dengan bibirku, aku terus menggesek-gesekkan kontol di kain satin dasternya yang sangat licin itu dibagian belahan vaginanya hingga mengeluarkan cairan bening dari lubang kontolku yang membasahi kain satin dasternya.

Puas menyedot kedua puting susunya tanpa membuka dasternya. perlahan-lahan bibirku bergerak ke arah bawah. Kugesek-gesekkan wajahku di lekukan tubuh yang terhalang kain satin dasternya yang licin itu. Kuciumi dan kujilati secara bergantian dengan lidahku. Kecupan-kecupan bibirku, jilatan-jilatan lidahku, dan hidungku pun beralih ke perut dan pinggang Tante Dewi. Sementara gesekan-gesekan kepala kontolku kupindahkan ke betisnya.

Bibir dan lidahku menyusuri perut sekeliling pusarnya. wajahku bergerak lebih ke bawah. Dengan nafsu yang menggelora kupeluk pinggulnya secara perlahan-lahan. Kecupanku pun berpindah ke CD tipis yang membungkus pinggulnya tersebut. Kususuri pertemuan antara kulit perut dan CD, ke arah pangkal paha. Kujilat helaian-helaian rambut jembutnya yang keluar dari CDnya. Lalu kujilat CD pink itu di bagian belahan bibir vaginanya. Tante Dewi makin terengah menahan napsunya, sesekali terdengar lenguhannya menahan kenikmatan yang dirasakannya.

Aku bangkit. Dengan posisi berdiri di atas lutut kukangkangi tubuhnya. kontolku yang tegang kutempelkan di belaha dadanya. Kepala kontol kugesek-gesekkan dibelahan dadanya yang masih terhalang kain satin dasternya. Sambil kukocok batangnya dengan tangan kananku, kepala kontol terus kugesekkan didadanya sambil merasakan nikmatnya kain satin yang menyentuh kepala kontolku saat kugesek kekiri dan kanan. Setelah sekitar dua menit aku melakukan hal itu. Kuraih kedua belah gumpalan dadanya yang montok itu.

Aku berdiri di atas lutut dengan mengangkangi pinggang ramping Tante Dewi dengan posisi badan sedikit membungkuk. Batang kontolku kujepit dengan kedua belahan dadanya. Perlahan-lahan kugerakkan maju-mundur kontolku di cekikan kedua dadanya. Kekenyalan daging dadanya dan kain satin dasternya tersebut serasa memijit-mijit batang kontolku, memberi rasa nikmat yang luar biasa. Di kala maju, kepala kontolku terlihat mencapai pangkal lehernya yang jenjang. Di kala mundur, kepala kontolku tersembunyi di jepitan dadanya. Lama-lama gerak maju-mundur kontolku bertambah cepat, dan kedua dadanya kutekan semakin keras dengan telapak tanganku agar jepitan di batang kontolku semakin kuat.

Aku pun merem melek menikmati enaknya jepitan buah dadanya dan gesekan licinya kain satin dasternya. kontolku pun mulai melelehkan sedikit cairan. Cairan tersebut membasahi belahan buah dada dan kain satin dasternya. Oleh gerakan maju-mundur kontolku yang diimbangi dengan tekanan-tekanan dan remasan-remasan tanganku di kedua dadanya, cairan itu menjadi teroles rata di sepanjang belahan dadanya dan kain satin dasternya yang menjepit batang kontolku. Cairan tersebut menjadi pelumas yang memperlancar maju-mundurnya kontolku di dalam jepitan dadannya.

Dengan adanya sedikit cairan dari kontolku tersebut aku merasakan keenakan dan kehangatan yang luar biasa pada gesekan-gesekan batang dan kepala kontolku dengan dadanya.

“Ohhh… hhh… … Luar biasa nikmatnya…,” aku tak kuasa menahan rasa nikmatnya kontolku saat menggesek-gesek kain satin dasternya yang menghalangi buah dadanya.

Nafas Tante Dewi menjadi tidak teratur. Desahan-desahan keluar dari bibirnya , yang kadang diseling desahan lewat hidungnya, “Ngh… ngh… hhh… heh… eh… ngh…” Desahan-desahan Tante Dewi semakin membuat nafsuku makin memuncak.

“Nikmat sekali Tante”, erangku tak tertahankan.

Tangan kananku lalu membimbing kontol dan menggesek-gesekkan kepala kontol dengan gerakan memutar di kain satin dasternya yang menghalangi dadanya. Sambil jari-jari tangan kiriku terus meremas dadanya, kontolku kugerakkan memutar-mutar diatas hamparan licinya kain satin dasternya menuju ke bawah. Ke arah perut. Dan di sekitar pusarnya, kepala kontolku kugesekkan maju mundur di kain satin yang licin itu, sambil sesekali kusodokkan perlahan di lobang pusarnya.
kucopot CD minimnya. Pinggul yang melebar itu tidak berpenutup lagi. Kulit perut yang semula tertutup CD tampak jelas sekali. Licin, putih, dan amat mulus. Di bawah perutnya, jembut yang hitam lebat menutupi daerah sekitar lobang vaginanya. Kedua paha Tante Dewi kurenggangkan lebih lebar. Kini hutan lebat di bawah perut tadi terkuak, mempertontonkan vaginanya. Aku pun mengambil posisi agar kontolku dapat mencapai lubang vagina Tante Dewi. Dengan tangan kanan memegang batang kontol, kepalanya kugesek-gesekkan ke jembutnya.

Rasa geli menggelitik kepala kontolku. kepala kontolku bergerak menyusuri jembut menuju ke lubang vaginanya. Kugesek-gesekkan kepala kontol ke sekeliling bibir vaginanya. Terasa geli dan nikmat. kepala kontol kugesekkan agak ke arah lobang. Dan menusuk sedikit ke dalam. Lama-lama dinding mulut lobang vaginanya itu menjadi basah. Kugetarkan perlahan-lahan kontolku sambil terus memasuki lobang vaginanya. Kini seluruh kepala kontolku yang berhelm pink tebenam dalam jepitan mulut vaginanya. Jepitan mulut vaginanya itu terasa hangat dan nikmat sekali. Kembali dari mulut Tante Dewi keluar desahan kecil tanda nikmatan. kontolku semakin tegang.

Perlahan-lahan kontolku kutusukkan lebih ke dalam. Kini tinggal separuh batang yang tersisa di luar. Secara perlahan kumasukkan kontolku ke dalam vaginanya dan akhirnya terbenam sudah seluruh batang kontolku di dalam lubang vagina Tante Dewi. Batang kontol sekarang dijepit oleh dinding vaginanya. secara perlahan-lahan kugerakkan keluar-masuk kontolku ke dalam vaginanya. Sewaktu keluar, yang tersisa di dalam vagianya hanya kepala kontolku saja. Sewaktu masuk seluruh kontol terbenam di dalam vaginanya sampai batas pangkalnya. Rasa hangat dan nikmat yang luar biasa kini seolah memijiti seluruh bagian kontolku.

Aku terus bergerak keluar masuk kontolku ke lobang vaginanya. Kedua matanya terpejam setiap kali kontolku menusuk masuk kedalam vaginanya. Bibir segarnya yang sensual sedikit terbuka, sedang giginya terkatup rapat. Dari mulut sexy itu keluar desahan kenikmatan, “Anghhhh… hhh… hhh… ssh… sssh…”, Aku terus tanpa henti keluar masuk menusuk lubang vaginanya dengan kontolku.
Enam menit sudah hal itu berlangsung. Kurasakan nikmat sekali saat jepitan otot-otot vaginanya menahan laju kontolku yang keluar masuk itu. kepala kontol masih kubiarkan tertanam dalam dasar vaginanya. Sementara batang kontol kukocok dengan jari-jari tangan kananku dengan cepatnya

Rasa nikmat itu agaknya dirasakan pula oleh Tante Dewi.

Tante Dewi mendesah-desah akibat sentuhan-sentuhan getar kepala kontolku pada dinding mulut vaginanya, “Anghhhh…ah… ah… hhh…”, Tiga menit kemudian kumasukkan lagi seluruh kontolku ke dalam vaginanya dan Kupercepat gerakan keluar-masuk kontolku pada lubang vaginanya. Kurasakan rasa nikmat sekali menjalar di sekujur kontolku. Aku sampai tak kuasa menahan ekspresi kenikmatanku. Sambil tertahan-tahan, aku mendesah-desah.

“Tan...vaginamu sangat luar biasa… nikmatnya…”,  Gerakan keluar-masuk secara cepat itu berlangsung sampai sekitar empat menit tiba-tiba tubuh Tante Dewi mengejang-gejang sangat hebat, tubuhnya menjepit tubuhku dengan kedua kakinya.

“Ronniii....anghhh....ahhhhh....ahhhhh”, dasahan yang panjang itu dan nafas yang tidak teratur membuat orgamenya yang dirasakan Tante Dewi tidak bisa terkontol lagi nikmatnya.
Kontolku terasa seperti dipijat-pijat saat Tante Dewi Orgasme dan setelah puas gerakan kontolku kembali aku gerakan lagi menusuk lebih dalam lagi kedasar rahimnya agar orgasme yang dirasakan Tante Dewi benar-benar lebih nikmat lagi. Kontolku kembali ku genjot lagi keluar masuk kedalam vagina Tante Dewi dengan gerakan sangat cepat hingga suara desahan Tante Dewi semakin keras terdengar dan lima menit kemudian cairan spermaku segera akan keluar.

Begitu terasa akan segera muncrat. Kontolku langsung kulepas dari dalam vagina Tante Dewi dan Segera aku berdiri berjalan mengangkangi tubuhnya agar kontolku dapat kugesekan dibelahan dadanya. Begitu kontolku mencapai buah dadanya langsung saja kuraih kedua dadanya dan menjepit kontolku yang berdiri tegak itu. Agar kontolku dapat terjepit.

Ku gesek maju mundur Kontolku ditengah-tengah jepitan dadanya yang masih terhalang kain satin dasternya yang licin itu. Gerakan kontolku semakin licin tergesek-gesek kain satin dasternya dan membuat Cairan sepermaku segera cepat keluar.

“Oh....Tante....nikmat sekali kain satin yang melekat ditubuh Tanteeee...anghhhh”, aku merintih-rintih kenikmatan merasakan kulit kepala kontolku terjepit kain satin dasternya yang sangat licin itu.
Crot...Crot....Crot...Crot, cairan sepermaku menyemprot dengan sangat kuatnya. Sampai lima kali keluar menyeprot hingga menghantam rahang Tante Dewi. Spermaku berwarna putih dan kental itu membasahi dari rahang mengalir turun ke arah lehernya. Kain satin daster Tante Dewi juga tidak luput oleh cairan spermaku.

Aku menikmati kenikmatan sampai cairan spermaku habis. “Tante Luar biasa, nikmat sekali tubuh Tante…,” aku bergumam.

“Kok gak dikeluarin di dalem aja Ron...?”, kata Tante Dewi lirih.

“Gak Tan...takut nanti hamil makanya aku ngak keluar didalem dan lebih nikmat keluar di kain satin daster Tante Dewi ini”, jawabku.

“Gak papa Ron, tapikan lebih nikmat keluar didalam kan”, katanya lagi.

“Iya Tan, nanti kalau kita main lagi aku akan keluar didalam”, kataku.

Tante Dewi tersenyum melihatku. Aku segera mengambil tissue yang ada disebelah tempat tidur dan membersihkan kontolku dan memakai celana pendeku. Beberapa lembar tissue kuambil lagi untuk mengelap sisa spermaku yang melekat di rahang, leher Tante Dewi. Ada yang tidak aku lap yakni cairan spermaku yang sudah terlajur menggering dikain satin dastemya.

“Mo kemana Ron”, tanyanya.

“Mo ambil minum dulu Tante”, jawabku.

“Kok celananya dipake”, katanya. Rupanya Tante Dewi pengen aku disampingnya.

Aku kembali membawa gelas dua gelas minuman dingin dan yang satu kuberikan kepada Tante Dewi yang masih duduk menyederkan tubuhnya diatas ranjang. Minuman dingin itu langsung dihabiskan tanpa tersisa. Kuperhatikan buah dadanya dan puting susunya yang terhalang kain satin dasternya yang tampak terkena noda bekas spermaku. Membuat kontolku kembali terangsang melihat kain satin yang ternoda bekas spermaku

Betapa nikmatanya aku puas ngentotin Tante Dewi. Aku ingin mengulangi permainan tadi, menggeluti dan mendekap kuat tubuhnya. Ingin rasanya aku gesekan lagi kontolku di belahan dadanya lagi dan kain satin dasternya.

“Sini Roni duduk disamping Tante sayang…”, dia memanggilku penuh dengan nafsu.

Aku segera naik keatas tempat tidur. Bibirku kembali menggeluti bibirnya. Bibir sensual yang menantang itu kulumat-lumat dengan sangat rakusnya. Sementara Tante Dewipun tidak mau kalah. Bibirnya pun menyerang bibirku dengan dahsyatnya, seakan tidak mau kedahuluan oleh lumatan bibirku. Kedua tangankupun menyusup diantara lengan tangannya. Tubuhnya sekarang berada dalam dekapanku. Aku mempererat dekapanku, sementara Tante Dewipun mempererat pelukannya pada diriku. Kehangatan tubuhnya terasa merembes ke badanku, buah dadanya yang membusung terasa semakin menekan dadaku. Jari-jari tangan Tante Dewi mulai meremas-remas kulit punggungku.
Tante Dewi mencopot celanaku dan merangkul punggungku lagi. Aku kembali mendekap erat tubuhnya sambil melumat kembali bibirnya. Aku terus mendekap tubuhnya sambil saling melumat bibir. Sementara tangan kami saling meremas-remas kulit punggung. Kehangatan menyertai tubuh bagian depan kami yang saling menempel. Kini kurasakan buah dadanya menekan ke dadaku. Dan ketika saling sedikit bergeseran, puting susunya yang menonjol menembusa kain satin dasternya seolah-olah menggelitiki dadaku. kontolku terasa hangat dan mengeras. Tangan kiriku pun turun ke arah perbatasan pinggang ramping, menekannya kuat-kuat dari belakang ke arah perutku. kontolku terasa tergencet dibagian perut bawahku sambil kugesek-gesekan dikain satin dasternya.
Sementara bibirku bergerak ke arah lehernya.kuciumi, kuhisap-hisap dengan hidungku, dan kujilati dengan lidahku.

“Ah…Roniiii”, desah Tante Dewi sambil menengadahkan kepala, agar seluruh leher sampai dagunya terbuka dengan luasnya.

Tante Dewipun membusungkan dadanya dan melenturkan pinggangnya ke depan. Dengan posisi begitu, walaupun wajahku dalam keadaan menggeluti lehernya, tubuh kami dari dada hingga bawah perut tetap dapat menyatu dengan rapatnya. Tangan kananku lalu bergerak ke dadanya dan meremas-remas dengan perasaan gemas.

Setelah puas menggeluti lehernya, wajahku turun ke arah belahan dadanya. Aku berdiri dengan agak merunduk. Tangan kiriku pun menyusul tangan kanan, yakni bergerak memegangi dadanya. Kugeluti belahan dadanya, sementara kedua tanganku meremas-remas kedua belah dadanya sambil menekan-nekankannya ke arah wajahku. Kugesek-gesekkan memutar wajahku di belahan toket itu. bibirku bergerak ke atas bukit dadanya yang sebelah kiri. Kuciumi bukit dadanya dan kumasukkan puting susunya ke dalam mulutku walaupun masih terhalang kain satin dasternya. Kini aku menyedot-sedot puting susunya.

Kumainkan puting di dalam mulutku itu dengan lidahku. Sedotan kadang kuperbesar ke puncak bukit dadanya di sekitar puting susunya.

“Anggh… ah… Roni.....”, Tante Dewi  mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan.
Aku memperkuat sedotanku. Sementara tanganku meremas kuat dadanya yang sebelah kanan. Kadang remasan kuperkuat dan kuperkecil menuju puncak bukitnya, dan kuakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jariku pada putingnya.

“Roniiii… hhh…nikmat sekali sayangggggg”, Aku semakin gemas mendengar desahanya.

Buah dadanya itu kumainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit dadanya kadang kusedot sebesar-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang kusedot hanya putingnya dan kucepit dengan gigi atas dan lidah yang terhalang kain satin dasternya.

“Ah…Roniiii… terus… anghhhhh…”, Tante Dewi mendesah kenikmatan.

Kedua matanya kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhnya ke kanan-kiri semakin sering frekuensinya. Sampai akhirnya Tante Dewi tidak kuat melayani serangan-serangan rangsanganku. Jari-jari tangan kanan Tante Dewi dengan lembut menangkap kontolku yang sudah berdiri dengan gagahnya. Sambil membiarkan mulut, wajah, dan tanganku terus memainkan dan menggeluti kedua belah dadanya, jari-jari lentik tangan kanannya meremas-remas perlahan kontolku secara berirama. Remasannya itu memberi rasa hangat dan nikmat pada batang kontolku.

Kurangkul tubuhnya dengan gemasnya. Kukecup kembali daerah antara telinga dan lehernya. Kadang daun telinga sebelah bawahnya kukulum dalam mulutku dan kumainkan dengan lidahku. Kadang ciumanku berpindah ke punggung lehernya yang jenjang. Kujilati pangkal helaian rambutnya yang terjatuh di kulit lehernya. Sementara tanganku mendekap dadanya dengan eratnya. Telapak dan jari-jari tanganku meremas-remas kedua belah dadanya. Remasanku kadang sangat kuat, kadang melemah.

Sambil telunjuk dan ibu jari tangan kananku menggencet dan memelintir perlahan puting susunya yang masih terhalang kain satin dasternya, sementara tangan kiriku meremas kuat buah dada kanannya dan bibirku menyedot kulit mulus pangkal lehernya yang bebau harum, kontolku kugesek-gesekkan dan kutekan-tekankan dikain satin bagian perutnya.

“Ah…Roniiii terus Ron… terus… ah…puasi aku....anghhhh…”, Tante Dewi merintih-rintih sambil terus berusaha menggeliat ke kiri-kanan dengan berirama sejalan dengan permainan tanganku di dadanya. Akibatnya pinggulnya menggial ke kanan-kiri. Goyang gialan pinggul itu membuat kontolku yang sedang menggesek-gesek dan menekan-nekan perutnya merasa semakin kenikmatan menyentuh kain satin dasternya.

“Tanteeee...nikmat sekali...ahhh…”, akupun mendesah kenikmatan saat kontolku terus mengesek kain satin dasternya yang licin itu.

“Ron....kamu suka gesek disitu?”.

“Ya Tante nikmat sekali licinya kain satin dasternya menyentuh Batang kontolku”.

Tante Dewi menarik wajahku mendekat ke wajahnya. bibirnya melumat bibirku dengan ganasnya. Aku pun tidak mau kalah. Kulumat bibirnya dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara tanganku mendekap tubuhnya dengan kuatnya. Kulit punggungnya yang teraih oleh telapak tanganku kuremas-remas dengan gemasnya. Kemudian aku menindihi tubuh Tante Dewi.
Kontolku terjepit di antara pangkal pahanya dan perutku bagian bawah sendiri. Rasa hangat mengalir ke batang kontolku yang tegang dan keras. Akhirnya aku tidak sabar lagi. Bibirku kini berpindah menciumi dagu dan lehernya, sementara tanganku membimbing kontolku untuk mencari liang vaginanya.

Kuputar-putarkan dulu kepala kontolku di kelebatan jembut disekitar bibir vaginanya. Tante Dewi langsung meraih batang kontolku yang sudah amat tegang. Pahanya yang mulus itu terbuka agak lebar sambil mengarahkan kepala kontolku ke lobang vaginanya. kepala kontolku menyentuh bibir vaginananya yang sudah basah. dengan perlahan-lahan dan sambil kugetarkan, kontol kutekankan masuk ke liang vagina. Kini seluruh kepala kontolku pun terbenam di dalam lubang vaginanya. Aku menghentikan gerak masuk kontolku saat batang kontolku terbenam didalam dasar rahimnya.

“Roniiii… teruskan masuk…aah…jangan berhenti sampai situ saja…sayang”, Tante Dewi protes atas tindakanku.

Namun aku tidak perduli. Kubiarkan kontolku hanya diam didalam dasar vaginanya. Sementara bibir dan hidungku dengan ganasnya menggeluti lehernya yang jenjang, lengan tangannya yang harum dan mulus, dan ketiaknya yang bersih dari bulu ketiak.

Tante Dewi menggelinjang-gelinjang kenikmatan saat kontolku mulai bergerak keluar masuk lubang vaginanya.

“Anghhh....ahhhhh.....ahhhhhh..”,  Bibirku mengulum kulit lengan tangannya dengan kuat-kuat.
Sementara tenaga kukonsentrasikan pada pinggulku. Dan… satu… dua… tiga! kontolku kutusukkan sedalam-dalamnya ke dalam vaginanya lagi dengan sangat cepat dan kuatnya. Plak! Pangkal pahaku beradu dengan pangkal pahanya yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya.
Sementara kulit batang kontolku bagaikan diplirid oleh bibir vaginanya yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi  srrrt!

“Auwww!”, pekik Tante Dewi.

Aku diam sesaat, membiarkan kontolku tertanam seluruhnya di dalam vagina Tante Dewi tanpa bergerak sedikit pun.

“Roniii....sayangggg...ayo dong digoyang jangan diam saja… ” kata Tante Dewi sambil tangannya meremas punggungku dengan kerasnya.

Aku pun mulai menggerakkan kontolku keluar-masuk. Aku tidak tahu, apakah kontolku yang berukuran panjang dan besar ataukah lubang vagina Tante Dewi yang sempit jarang dipakai selama suaminya berlayar. Yang saya tahu, seluruh bagian kontolku yang masuk didalam vaginanya yang serasa seperti dipijit-pijit dinding lobang vaginanya dengan agak kuatnya.

“Bagaimana Tante, nikmat?”, tanyaku.

“Oh...…Roniiii nikmat sekali rasanya kontolmu sangat besar dan panjang sekali…beda dengan kontol suamiku, sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru lobang vaginaku sayang”, jawabnya.

Aku terus memompa vaginanya dengan kontolku perlahan-lahan tapi tetap dengan irama santai. Dadanya yang menempel di dadaku ikut terpilin-pilin oleh dadaku akibat gerakan memompa tadi. Kedua puting susunya yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadaku yang menembus kain satin dasternya.

Kontolku serasa diremas-remas dengan berirama oleh otot-otot dinding vaginanya sejalan dengan genjotanku tersebut. Terasa hangat dan nikmat sekali. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala kontolku menyentuh suatu daging hangat di dalam vaginanya. Sentuhan tersebut serasa menggelitiki kepala kontol sehingga aku merasa kenikmatan yang luar biasa.

Aku mengambil kedua kakinya dan mengangkatnya. Sambil menjaga agar kontolku tidak tercabut dari lobang vaginanya, aku mengambil posisi agak jongkok. Betis kanan Tante Dewi kutumpangkan di atas bahuku, sementara betis kirinya kudekatkan ke wajahku. Sambil terus menusuk keluar masuk vaginanya perlahan dengan kontolku, betis kirinya yang amat indah itu kuciumi dan kukecupi dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang kuciumi dan kugeluti, sementara betis kirinya kutumpangkan ke atas bahuku.

Begitu hal tersebut kulakukan beberapa kali secara bergantian, sambil mempertahankan gerakan kontolku maju-mundur perlahan divaginanya. Setelah puas dengan cara tersebut, aku meletakkan kedua betisnya di bahuku, sementara kedua telapak tanganku meraup kedua belah dadanya. Masih dengan kocokan kontol perlahan divaginanya, tanganku meremas-remas buah dadanya. Kedua gumpalan daging kenyal itu kuremas kuat-kuat secara berirama. Kadang kedua puting susunya yang semakin menonjol keluar dari kain satin dasternya kugencet dan kupelintir-pelintir secara perlahan. putingnya itu semakin mengeras, dan bukit dadanya itu semakin terasa kenyal di telapak tanganku. Tante Dewipun merintih-rintih kenikmatan.

Kedua matanya merem-melek, dan alisnya mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah.

“Ah… Roniiii...anghhhhh… terus Ronnnn, terus…. Kontolmu  membuat vaginaku terasa sangat nikmat sekali sayangi… Nanti jangan dikeluari diluar ya sayang tapi didalam saja… ” Aku mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kontolku dilubang vaginanya.

“Ah-ah-ah… sayanggggg… yang cepat… Terus sayang...terus…”, Aku bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihan Tante Dewi.

Tenagaku menjadi berlipat ganda. Kutingkatkan kecepatan keluar-masuk kontolku di lubang vaginanya. Terus dan terus. Seluruh bagian kontolku serasa diremas-remas dengan cepatnya oleh dinding vaginanya. Kedua mata Tante Dewi menjadi merem-melek. Begitu juga diriku, mataku pun merem-melek dan mendesah-desah kenikmatan yang luar biasa.

“Anghhh...ahhhhhssh…Tanteeee nikmat sekali…vaginamu…”.

“Ya sayang.…terusss… terus...terusss…”, Aku meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kontolku pada lubang vaginanya hingga mengeluarkan suara bercak cairan dari dalam vagina Tante Dewi.

“Roniii… anghhhhhh… ahhhh… Terus… terus… sayang tante sudah mau hampir nyampe…sedikit lagi”, Tante Dewi mengoceh tanpa kendali.

Aku terus menggencot tanpa henti kontolku menusuk lubang vaginanya karena aku belum merasa akan keluar. Namun aku harus membuatnya Tante Dewi orgsme duluan. Sementara kontolku merasakan dinding vaginanya bagaikan berdenyut dengan hebatnya memijat batang kontolku.

“Roniiiii.... Ah-ah-ah-ah-ah… Tante.ee...Mau keluar sayang..ah-ah-ah-ah-ah… ”, Tiba-tiba kurasakan kontolku dijepit oleh dinding vaginanya dengan sangat kuatnya di dalam, kontolku merasa disemprot oleh cairan yang keluar dari dalam vagina Tante Dewi dengan cukup derasnya. Dan telapak tangan Tante Dewi meremas lengan tanganku dengan sangat kuatnya. Tubuhnya kurasakan mengejang-gejang sangat kuat sekali saat orgasme datang dan Tante Dewipun berteriak tanpa kendali mendesah sangat panjang sekali. Kedua Matanya membeliak-beliak.

Aku pun menghentikan genjotanku. kontolku kutekan lebih dalam agar tertanam hingga mencapai dasar rahimnya. kontolku merasa hangat karena terkena semprotan cairan vaginanya. Kulihat mata Tante Dewi memejam beberapa saat dalam menikmati puncak orgasmenya. Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan tangannya pada lenganku perlahan-lahan mengendur.

Kelopak matanya pun membuka, memandangi wajahku. Sementara jepitan dinding dinding vaginanya pada batang kontolku berangsur-angsur melemah, walaupun kontolku masih tegang dan keras. Kedua kaki Tante Dewi lalu kuletakkan kembali di atas ranjang dengan posisi agak membuka. Aku kembali menindih tubuhnya dengan mempertahankan agar kontolku yang tertanam di dalam vaginanyatidak tercabut.

“Roni… kamu luar biasa… rasanya seperti ke langit ke tujuh nikmatnya,” kata Tante Dewi dengan mimik wajah penuh kepuasan.

Kontolku masih tegang di dalam vaginanya mulai bergerak keluar masuk dengan irama santai sambil   kembali mendekap tubuh Tante Dewi. Dinding vaginanya secara berangsur-angsur terasa mulai meremas-remas kontolku lagi. terasa hangat dan enak. Namun sekarang gerakan kontolku lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan yang disemprotkan saat Tante Dewi orgasme beberapa saat yang lalu.

Bibirku mulai memagut bibir Tante Dewi dan melumat-lumatnya dengan gemasnya. Sementara tangan kiriku ikut menyangga berat badanku, tangan kananku meremas-remas dadanya serta memijit-mijit puting susunya, sesuai dengan irama gerak maju-mundur kontolku di dalam vaginanya.
“Anghhh....ahhhh....enak Ron, enak… Terus… teruss… terusss…”, desahan Tante Dewi.
Sambil kembali melumat bibir Tante Dewi dengan kuatnya, aku mempercepat genjotan kontolku di dalam vaginanya. Pengaruh adanya cairan di dalam vaginanya, keluar-masuknya kontolku pun diiringi oleh suara, “srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret…”, Tante Dewi tidak henti-hentinya merintih kenikmatan, “Roniiii… aghhhh… ”.

Kontolku semakin tegang. Kulepaskan tangan kananku dari buah dadanya. Kedua tanganku kini dari ketiak Tante Dewi menyusup ke bawah dan memeluk punggungnya. Tangan Tante Dewi pun memeluk punggungku dan mengusap-usapnya. Aku pun memulai serangan dahsyatku. Keluar-masuknya kontolku ke dalam lubang vaginanya. Gerakanku semakin cepat dan bertenaga. Setiap kali masuk, kontolku kuhunjamkan sangat keras agar menusuk lebih dalam kedasar rahimnya.
Kontolku bagai diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding vaginanya. Sampai di langkah terdalam, kedua mata Tante Dewi membeliak sambil bibirnya mengeluarkan seruan tertahan.
“Aghhh...!”, Sementara daging pangkal pahaku bagaikan menampar daging pangkal pahanya sampai berbunyi “plak...plak...plak”, Di saat bergerak keluar kontolku kujaga agar kepalanya tetap tertanam di lobang vaginanya.

Remasan dinding vaginanya pada batang kontolku pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak masuknya. Bibir vaginanya yang mengulum batang kontolku pun sedikit ikut tertarik keluar. Pada gerak keluar ini Tante Dewi mendesah.

“anghh…”, Aku terus menggenjot vaginanya dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak. Tangan Tante Dewi meremas punggungku kuat-kuat di saat kontolku kuhunjam masuk sejauh-jauhnya ke lobang vaginanya. Beradunya daging pangkal paha menimbulkan suara “Plak...Plak...Plak...Plak”, Pergeseran antara kontolku dan vaginanyamenimbulkan bunyi srottt-srrrt… srottt-srrrt… srottt-srrrt… Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecil desahan Tante Dewi.

“Ak! Hhh… Ak! Hhh… Ak! Hhh…”, kontolku terasa empot-empotan luar biasa.

“Tanteeee… Enak sekali vaginamu menjepitan kontolku…”.

“Roniii… terus sayang...”, rintih Tante Dewi.

Tiba-tiba rasa cairan spermaku akan segera keluar menyelimuti segenap penjuru kontolku.  Aku pun mengocokkan kontolku kedalam vaginanya dengan semakin cepat dan kerasnya. Setiap masuk ke dalam, kontolku berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya.

“Tanteeee....… aku… aku…”, Karena menahan rasa nikmat dan rasa spermaku alan segera keluar aku  tidak mampu menyelesaikan ucapanku yang memang sudah terbata-bata itu.

“Roniiii, Tante… mau nyamper lagi…”, Tiba-tiba kontolku mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya.

Aku tidak mampu lagi menahan laju spermaku yang sudah mencapai puncaknya. Namun pada saat itu juga tiba-tiba dinding vagina Tante Dewi mencekik kuat sekali. Dengan cekikan yang kuat  itu, aku tidak mampu lagi menahan jebolnya bendungan dalam batang kontolku.
Crot....crot...crotttt, cairan spermaku keluar mucrat didalam lubang vaginanya, bersamaan dengan itu Tante Dewi juga orgasme lagi yang kedua kalinya lagi. Tubuh Tante Dewi mengejang dengan mata membeliak-beliak.

“Tante.....…!”, aku melenguh keras-keras sambil merangkul tubuh Tante Dewi sekuat-kuatnya.

Wajahku kubenamkan kuat-kuat di lehernya yang jenjang. kontolku yang terbenam semua di dalam lubang vaginanya terasa berdenyut-denyut. Beberapa saat lamanya aku dan Tante Dewi terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali diatas ranjang. Aku menghabiskan sisa-sisa cairan spermaku dari dalam kontolku yang masih tersisa ke dalam vaginanya. Kali ini semprotannya lebih lemah.
Aku menciumi leher mulus Tante Dewi dengan lembutnya, sementara tangan Tante Dewi mengusap-usap punggungku dan mengelus-elus rambut kepalaku. Aku merasa puas sekali. Sejak kejadian itu kami sama-sama ketagihan untuk mengulangi dan mengulangi lagi selama suami Tante Dewi tidak berada dirumah.

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar