Cerita Sex Bercinta
Dengan Kakak Iparku
By Penikmat kain satin Last updated Mar 13, 2022
Namaku Indra dan aku sudah berkeluarga dan memiliki satu orang anak cewek sudah duduk dibangku sekolah dasar kelas 3. Beberapa minggu ini istriku kelihatan mudah sekali marah apalagi saat aku menginginkan untuk berhubungan seks selalu ditolak halus dengan alasan capek dan hal itulah yang aku alami beberapa minggu belakangan ini.
Bulan-bulan ini dimana semua usaha agak sedikit menurun
karena pandemic Covid 19 baik itu usaha besar maupun kecil semua terkena
dampaknya termasuk perusahaanku bekerja sehingga tekanan yang aku terima
semakin berat. Belum lagi masalah dirumah kebutuhanku akan seks diranjang
dengan istriku mulai berkurang karena
istriku sering pulang malam dari kantor dan capek. Terkadang saat aku ingin
melakukan seks harus melepaskan semua beban itu dengan melakukan onani dikamar
mandi, karena istriku sendiri kelihatannya sedang bermasalah ditempat kerjanya.
Seperti biasa dimana aku baru pulang kerumah seperti biasa
menjelang pukul 19:00. Aku sampai dirumah, setelah ku parkir mobilku, aku
berjalan masuk dan ternyata istriku baru saja pulang kerja dan biasanya pulang
agak malam tapi kali ini pulang sore. Kami berciuman dipipi sebentar lalu aku
masuk kedalam kamar untuk berganti pakaian. Lalu akupun mandi untuk menyegarkan
diri dari segala kepenatan selama seharian kerja. Selesai mandi, diluar
terdengar suara orang tertawa dan setelah aku keluar aku kakak iparku datang
berkunjung.
“Malam mas…?”, sapa Heni padaku.
“Malam juga Hen, tumben kesini…?”, aku balik bertanya.
“Ya nih tadi waktu pulang dari kantor sekalian aku mampir kesini aja Mas”
Kakak iparku ini sangat seksi akan penampilan dibandingkan
adiknya (istriku) saat itu Heni masih menggunakan pakaian kerjanya. Ia tampak
begitu cantik dengan Blouse satin berwarna krem.
Saat menemui Mbak Heni kakak iparku aku kembali masuk
kekamar dan aku mendekati istriku yang sedang berganti pakaian, setelah selesai
mandi. AKu peluk dia dari belakang dan mulai menciumi lehernya yang merupakan
salah satu titik lemahnya, namun bukan gairah yang kudapatkan malah dia
menolaknya dan membuatku marah. Maka akupun pergi dan duduk dihalaman rumah
sambil merokok dan minum secangkir kopi untuk menghilangkan rasa kecewaku
terhadap istriku.
Aku duduk menyendiri sambil menikmati kopi panas yang aku buat
sendiri didapur. Menatap kelangit yang gelap, mencoba membayangkan bagaimanakah
kehidupanku kalau seperti ini terus menerus aku alami dimasa yang akan datang.
Aku yang pada dasarnya berusaha menjadi lelaki setia agar rumah tanggaku aman-aman
saja dan tidak terjadi permasalahan.
Namun bayangan tidak semulus aku bayangkan seperti kenyataan,
semua itu semenjak isitriku naik jabatan dan pendapatan yang lebih besar dari padaku
atau mungkin ia telah mendapatkan teman pria yang lain. Itulah pikiranku yang
selalu menghantuiku selama ini. Karena terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri
hingga tak menyadari kalau kehadiran kakak iparku Heni sudah duduk didepanku.
Aku terkejut ketika Mbak Heni memanggilku dengan nada cukup keras.
“Mas…Indra…Mas Indra Halooo!!!”.
“Eh Mbak Henu, maaf ngak dengar…?!”, kataku terkejut.
“Kenapa sih Mas melamun terus..?”, kata Mbah Heni.
“Iya, Maaf Mbak. Emang ada apa ya Mbak..?”, tanyaku lagi
padanya.
“Ngak papap Mas, keliatannya mas Indra ada masalah ya, kok
mukanya kusut gitu..?”.
“Biasalah banyak masalah…Mbak dikehidupanku?!”.
“Emang kira-kita aku bisa
bantu ngak masalah Mas…?”, kata Mbah Heni antusias.
Aku sempat terkejut mendengar perkataaanya itu, namun aku
segera menjawabnya “Ga usah, kok mbak, oh ya tadi dari kantor kok ngak langsung pulang kenapa mampir kesini emang ada
perlu apa ya Mbak?”, tanyaku balik.
“Ngak ada kok Mas pingin main saja kesini, dirumah ngak ada
orang, Mbak takut sendirian, pulangnya entar nunggu suamiku pulang..”, kata Mbak
Heni.
Setelah itu aku mengambil secangkir kopi dan menyeruput kopi
panas, tapi ketika aku menoleh rok span Mbak Heni tersingkap dan memperlihatkan
kehalusan pahanya yang putih, membuatku langsung terangsang. Lalu aku kembali
bersandar dan menyalakan kembali rokokku, mencoba menghilangkan semua gairah
yang muncul tiba-tiba. Lalu istriku dan anaku keluar dari dalam rumah dan
berpamitan padaku untuk keluar sebentar kemall, untuk keperluan belanja bulanan.
“Mas aku pergi belanja dulu”, kata istriku.
“Ya hati-hati dijalan”.
Sementara adiknya (istriku) berbicara pada kakak iparku untuk
memintannya menunggu sampai istriku pulang belanja. Selesai itu istriku dan anaku
pergi meninggalkan rumah.
Aku berkata pada Mbak Heni.
“Mbak kalau membutuhkanku aku berada didalam”. Lalu aku
pergi meninggalkan Mbak Heni yang masih
duduk diluar sambil bermain dengan HPnya.
Aku masuk kedalam diruang tengah sambil duduk disofa
menonton TV, kakak iparku pergi kekamar mandi dan selesai dari kamar mandi dia
berjalan menuju dapur, kulihat blouse kerjanya yang terlihat sangat licin memperlihatkan
keindahan tubuh yang terlihat ramping. Aku tak tahan lagi, maka akupun segera
pergi meninggalkan ruang tamu dan menuju kamarku karena takut terjadi yang
tidak-tidak. Penisku sudah begitu tegangnya didalam celana, tak lama aku baru
masuk kamar kemudian terdengar suara panggilan kakak iparku.
“Mas..mas Indra…mas..?”.
“Ada apa Mbak Heni?”, tanyaku sambil membuka pintu kamarku.
“Lho kok aku ditinggal sendiri diluar gimana sih Mas..?”.
“Maaf Ya aku lupa kalau ada Mbak disini..?”, jawabku pura-pura
lupa.
Kedua mataku tertuju ke tubuh Mbah Heni yang ramping dengan
blouse yang licin dan mengkilap sehingga gairahku semakin naik, Bra warna putih
yang tercetak jelas dihadapanku sekarang semua itu begitu indah dan menggoda.
Mbak Heni mengajaku keruang kelurga dan menarik tanganku.
Kami pun berdua tersenyum manis. Aku berdiri dihadapannya, lalu Mbak Heni berjalan
kembali disampingku. Ada kebimbangan didalam hati mengenai semua ini, antara
gairah dan akal sehatku. Namun kalau nafsu setan sudah merasuki diriku semuanya
akan lupa apa yang kuperbuat dengan kakak iparku ini, maka dengan cepat tangan kakak
iparku aku pegang dan dia terkejut.
Kami sudah saling berhadapan dan berdekapan. Mbak Heni tak
melawan hanya menatap penuh rasa keterkejutan meliahat aku. Aku peluk tubuhnya dan
mencium bibirnya lembut, namun penuh gairah.
Kakak iparku bukanya melawan atau menolak melainkan dia hanya
pasrah apa yang aku perbuat, hingga pada akhirnya kakak iparku juga ikut
terbawa oleh gairahnya sendiri dan membalas lumatanku. Tanganku tak berhenti
begitu saja, ku raba bagian punggungnya, turun kebawah lalu meremas kuat
bongkahan pantat kakak iparku dan membuatku semakin terangsang. Penisku yang
sangat tegang menempel keras pada perut kakak iparku, denyutan kuat penisku
terasa begitu menepel ditubuhnya.
Tanganku bergerak semakin liar, membuka pengait branya dari
belakang dan melepas Branya dari tubuhnya dengan membuka kancing blousenya bagian atas dan menyusup masuk kedalamnya. Begitu
Bra berhasil kulepas, kedua tanganku langsung meremas-remas kedua payudara kakak
iparku yang berukuran tidak terlalu besar itu tapi memiliki putting susu yang
sangat besar seperti biji buah salak.
Tampak jelas sekali putting susunya menjeplak menonjol
diblouse satin yang sengaja tidak kulepas. Kumainkan kedua putting susunya
dengan jari-jari tanganku sambil kuremas-remas dan setiap remasan kami saling
berciuman antara bibir dan lidah, membuatku semakin bergairah. Kemudian tanpa
kusadari kedua tangan kakak iparku mulai
bergerak menuju selangkanganku, membuka celanaku dan celana dalamku telepas
dari tubuhku dan meremas-remas lembut penisku yang sudah sangat tegang.
Beberapa saat kemudian, aku teringat bahwa yang kulakukan saat
ini dengan kakak iparku adalah kesalahan besar apalagi sampai ketahuan dan seketika
itu juga aku melepaskan ciumanku dan juga remasanku pada kedau payudara kakak
iparku. Aku berjalan mundur sambil menatap penuh rasa bersalah pada kakak
iparku ini yang sudah ikut terangsang
oleh karenaku. Wajahnya memerah, dan nafasnya pun memburu seiring dengan gairah
yang memuncak.
“Mbak Heni Maaf..maafin…aku ya Mbak ..maaf..”, kataku gugup.
“Maafin aku ya Mbak, aku tidak bermaskud seperti ini Mbak,
maaf…”, kataku semakin kacau dan bingung.
Namun saat itu tiba-tiba Mbak Heni menyentuh bibirku dengan
jarinya, dan berkata lembut, “ngak papa kok Mas. Mbak tau kok…masalah kamu
sebenarnya”, kata kakak iparku mencoba menenangkanku.
“Emang Mas Indra lagi pengen banget ya…?”, tanya kakak
iparku kembali.
“Iya, Mbak apalagi Mbak bikin aku bergairah sekarang ini
ditambah aku sudah lama pingin seperti ini”, kataku lagi.
“Emang sih Sari (istriku) jarang kasih kalau Mas lagi
pingin?”.
“Ya Mbak habis dia kalau aku ajak selalu menolaknya”,
kataku.
“Ya udah Mas kalau Mas pingin Mbak bantuin…?”, kata Mbak
Heni pelan sambil menatapku tajam.
Aku terkejut dengan jawabannya ini diluar nalar akal sehatku
kenapa dia berkata seperti itu dan aku menatap kedua mata kakak iparku seakan
tak percaya dengan apa yang baru saja ia katakan.
Mbak Heni mendekatiku, lalu ia menarikku mendekat dan sambil
berbisik ditelingaku “Ayo jangan dilihat Mas sekarang tubuh ini buat Mas Indra”,
kakak iparku menciumku kemudian. Dengan lembut, hingga akhirnya akupun membalas
ciumannya.
Tangan kakak iparku membimbing tanganku kearah dadanya, dan
menempatkannya pada payudaranya, lalu membantu tanganku supaya meremas
payudaranya sendiri. Aku lakukan, pertama dengan lembut lalu semakin kuat dan
penuh nafsu. Kemudian, aku memeluk tubuhnyadengan erat. Ciumankupun turun pada
leher kaka iparku. Desahan lembut keluar dari bibir kakak iparku, sesampai
dikedua tonjolan putting susunya yang terhalang kain satin blousenya kusedot-sedot
secara bergantian dan suara desahan kakak iparku berubah menjadi erangan penuh
gairah.
“Aaannggghh..aahh..Mas….oohh…..sedot terus sayang jangan
dilepas”, erang kakak iparku.
Tanpa melepas blouse kerjanya itu, aku menikmati licinya
kain satin blousenya yang tebalut ditubuh kakak iparku itu.
Semakin lama semakin kuat kusedot kedua putting susunya,
erangan dan gelinjang tubuh kakak iparku semakin keras dan kuat. Apalagi posisinya
sekarang telah duduk diatas pangkuanku dengan kaki terbuka lebar dan rok span
yang tersingkap sampai pinggulnya. Ciuman dan jilatanku pada payudara kakak
iparku membuatku mengerang semakin keras, apalagi ketika jariku menggosok belahan
vaginanya yang mulai basah dan hanya ditutupi oleh celana dalam yang telah basah
kuyub oleh cairan kewanitanya.
“Aaah..aahh..mass..aahh….aahh…”, erang kakak iparku.
Setelah beberapa saat kakak iparku kembali mengerang panjang
dan aku langsung melumat bibirnya mencoba mengurangi keluarnya suara erangan
kuat pada mulutnya. Tubuh Mbak Heni menggelinjang hebat sambil memelukku erat-erat.
Tubuh kami berhimpitan ketat. Setelah beberapa saat kemudian, kakak iparku
mulai tenang.
Mbak Heni melepaskan pelukannya, ia tersenyum manis dan
berdiri dan kemudian melepas turun rok dan celana dalamnya sendiri dan ketika belahan
vaginanya terlihat dihadapanku yang sudah dicukur habis rambut kemaluanya itu,
penisku semakin tegang berdiri dengan kokohnya. Tubuhnya yang ramping hanya
terbalut Blouse kerjanya saja mulai mengocok penisku yang sudah sangat
terangsang menjadi lebih mudah mencapai puncak gairahku. Eranganku mengeras
seiring dengan kocokan kakak iparku pada penisku.
Mbak Heni kembali naik keatas tubuhku yang duduk dikursi
sofa dan menuntun penisku tepat berdiri tegak dibawah bibir vaginanya. Kemudian
Mbak Heni menurunkan tubuhnya secara perlahan-lahan dan penisku mulai membelah
bibir vagina dan Blesssss…..penisku perlahan masuk kedalam vaginanya, rasa
hangat dan basah serta denyutan kuat menyapa penisku, sungguh kenikmatan yang
sudah lama aku cari dan kuinginkan. Dengan satu gerakan penisku terbenam dalam
liang vagina kakak iparku, pijatan dan denyutan dinding vaginanya sangat nikmat.
“Anggaahh..Masssss…aannggghh….enakk.bangett..aahhh”.
Setelah berdiam diri beradaptasi hinggan semua penisku masuk
kedalam vaginanya, Mbah Heni kemudian bergoyang dengan lembut naik turun dan maju
mundur sesekali memutar, sementara itu penisku bagaikan dipelintir dan dan
dipijat lembut oleh dinding vaginana, membuat hanya tak sampai 5 menit sudah
mengerang panjang.
“Angggaahh..aahh….Mbak…Heniiii…aahh…aku..mauu..keluarr..aahh..aahh..”,
erangku.
“Angaahh..aahh..keluarrinn..keluariinn..saja Mas didalam
biar Mas merasakan kenikmatan..ahhhh”.
Crottt….crottt….crottt….cairan spermaku keluar sangat banyak
sekali didalam vaginanya dengan goyangan tanpa dihentikan oleh kakak iparku itu.
Dia terus bergerak mengenjot penisku didalam vaginanya hingga akupun mengerang
sangat panjang, sambil memeluk tubuh kakak iparku yang duduk diatasku dengan
posisi penisku berkedut kuat memuntah cairan sperma berkali-kali dalam liang
vaginanya.
Rasa nikmat yang tiada tara itu baru saja ku rasakan tapi
kakak iparku tak berhenti malah semakin liar bergoyang menjepit penisku yang
baru saja memutahkan sperma didalam vaginanya. Sisa-sisa spermaku keluar lewat
celah-celah bibir vaginanya saat terus bergoyang diatas tubuhku dan jatuh
meleleh dipahaku. Tak lama kakak iparku terus bergoyang diatas tubuhku tiba-tiba
tubuhnya memelukku sangat erat sekali ketubuhku disertai tubunya yang terasa
mengejang-ngejang sangat kuat sekali dan terdengar desahan panjang saat kakak
iparku orgasme.
“Mas…Indraaaaa….anghhh….aku…..dapat…..Mas…..anghhhhh”,
kamipun berciuman panas. Sementara Mbak Heni semakin kuat menekankan vaginanya
hingga penisku terbenam seluruhnya hingga masuk kedalam dasar rahimnya. Rasa
nikmat itu memang amat sangat luar biasa nkmatnya tidak bisa diucapkan dengan
kata-kata hanya desahan yang bisa dirasakan.
Kami berpelukan beberapa saat sampai semua itu mereda, dan
kakak iparku yang pertama melepaskan pelukannya dan sambil memegang wajahku, ia
berkata,
“Mas....enak banget. Makasih mas, enak banget
rasanya…hah..hah..”.
“Iya, aku juga Makasih banget sama Mbak, punya Mbak enak
banget. Mas puas banget..”.
“Mas Indra nakal juga ya.”, kata kakak iparku yang berdiri,
lalu memakai kembali celana dalamnya dan roknya kemudian ia bersimpuh
dihadapanku.
Penisku yang masih terlihat tegang itu kembali diremas-remas
oleh Mbak Heni, lalu tak kusangka penisku dikocok-kocok pakai kain satin
blousenya dengan mejepit penisku dengan kedua payudarahnya dengan posisi Mbak
Heni berjongkok dihadapanku.
“Ahh..enak banget Mbak, licin juga kain satin kemeja Mbak
bikin mau keluar lagi…?”, kataku.
“Kalau mau kelau lagi yang dikeluari saja Mas.”, kata Mbak
Heni yang kemudian terus mengesek-gesekan penisku dengan kedua payudahnya.
“Aaah..aahh..Mbakkkk…mbaakkk..ohh…Mbakkk…aahhh”, Croot….croott..cairan
spermaku keluar membasahi blouse kerjanya.
Beberapa kali semprotan yang keluar menodai kain satin
blousenya, hingga beberapa tetes spermaku yang keluar disela-sela jepitan
payudarahnya yang membasahi kain satin blousenya. Kuambil tissue untuk
membersihkan noda sperma yang menempel diBlouse kerjanya. Setelah itu, MbakHeni
aku bantu berdiri dan ia membenahi dirinya yang acak-acakan, mulai dari bloush
kerjanya sampai dengan roknya.
Beberapa saat setelah itu, kakak iparku telah selesai
berbenah dan kembali duduk dihalaman depan, bersama denganku.
“Mbak ngak kekamar mandi dulu…?”, tanyaku padanya.
“Ngak Mas biar bekas sperma Mas didalam vagina Mbak masih
tersisa?”, ucap kakak iparku padaku.
“Dasar kamu Mbak ada-ada saja, makasih ya Mbak bikin aku
puas malam ini”, kataku
“Iya Mas sama-sama aku juga makasih banget sama Mas Indra
juga lho”, jawabku sambil menundukkan kepala.
“Jangan lupa Mbak kalau main kesini pakai Blouse seperti itu
ya?”.
“Ya Mas, nanti kalau main pasti aku pakai lagi biar Mas puas”.
Tepat setelah itu, istriku dan anaku pulang dari mall Dan
suasana rumah kembali ramai seperti biasa. Tapi, yang berbeda adalah suasan
hatiku yang telah mendapatkan kepuasan dari kakak iparku ini. Kulihat bekas
spermaku yang sempat mengenai blouse kerjanya tampak sedikit terlihat bekas speramku
menepel dikain satin blousenya yang sudah mengering.
Makasih kakak iparku yang mau berbagi kenikmatan denganku
sampai saat ini demi kepuasan.