CERITA SEKS
KENIKMATAN SEKS DENGAN TANTE HENI
Didalam hidupku ini ada satu satu wanita yang selalu membuat
aku gelisah jika berada di dekatnya. Dia adalah Tante Heni, dia memiliki wajah cantik
dan Putih. Biarpun sudah memiliki dua orang anak yang sudah mulai dewasa tapi
bentuk tubuhnya masih terlihat bagus, dengan panggul berisi dan pinggang
ramping. Bentuk Payudaranya juga indah kenceng serasi dengan bentuk badannya.
Tante Heni ini juga akrab dengan ibuku. Karna mereka berdua
itu cocok satu sama lain. Dan satu kebiasaan yang kulihat pada Tante Heni ini, kalau
suka main kerumah pasti selalu memakai daster-daster satin dan jarang suka pakai
bra karena kedua putting susunya jelas sekali terlihat menonjol. Pernah juga
Tante Heni ditegur oleh ibuku kalau main kesini pakai Bra dong Mah itu
kelihatan. Tapi tetap saja Tante Heni masih seringnya tidak memakai Bra kalau
main ke rumah dan itu sudah kebiasaan Tante Heni seperti itu.
Pernah ku dapati Tante Heni sedang lagi rebahan ngobrol dengan ibuku. Rupanya dia
tidak mengira aku suka curi-curi pandang, aku sudah sempat melihat celah
dadanya yang putih padat polos tanpa bra yang kelihatanya bagus bentuknya yang
bikin aku terpesona itu bentuk putting susunya pasti terlihat menonjol. Aku kadang
meneguk ludah.
Apalagi daster yang sering dipakai Tante Heni selalu yang
licin-licin dan mengkilap dan itu yang bikin aku selalu Horny melihatnya. Bila
kalau sudah horny aku langsung tancap gas pergi ke kamar dan langsung onani dengan
sepotong kain satin sambil membayangkan Tante Heni. Apalagi aktifitas Tante
Heni semakin sering main kerumah dan aku sering ngintip sambil curi-curi
pemandangan setiap kali mereka ngobrol. Dengan cara aku purapura membaca buku
atau Koran untuk melihat pemandangan seksinya Tante Heni yang memakai Daster
satin yang mengkilap dan licin itu.
Aku dengar Tante Heni akhir-akhir ini sering kurang puas kalau
main dengan suaminya. Karena pernah ku dengar dia berbicara sama ibuku seperti itu.
Aku tak tahu kenapa Tante Heni sering mengeluh tentang hubungan dengan suaminya
itu padahal mereka sudah memiliki dua orang anak.
Singkat cerita pada saat liburan panjang, satu keluarga
Tante Heni akan pergi berlibur ke Thailand tapi Tante Heni tidak bisa ikut
kerena kurang enak badan jadi yang berangkat hanya kedua anaknya dan suami
Tante Heni saja. Akhirnya berangkatlah keluarga Tante Heni ke Thailand untuk
satu minggu lamanya dan Tante Heni hanya yang tinggal sendiri di rumah.
Selama keluarga Tante Heni berlibur ke Thailand aku
dipanggil sama ibuku dan menyuruh aku untuk menemani Tante Heni dirumah selama
Keluarga berlibur ke Thaland karena kalau malam Tante Heni takut sekali dan
merasa kesepian di rumah.
Sehari setelah semua keluarga Tante Heni berangat berlibur
ke Thailand, ibuku langsung menyuruhku untuk segera kerumah Tante Heni untuk
menemani selama keluarganya berlibur. Malam pertama saat aku bermalam
dirumahnya aku menjadi gugup dan bisa tidak tenang kalau berdekatan dengan
Tante Heni. Saat pertama kali kedatanganku untuk menemani Tante Heni dirumahnya,
tampak wajah Tante Heni terlihat bahagia sekali.
“Ayo masuk Ron?”, Tante Heni langsung menyuruhku masuk.
Kedatanganku malam itu sudah disambut oleh Tante Heni dengan
penampilan yang lebih Hot dari hari biasanya dengan pakaian daster yang terlihat
agak seksi membalut tubuh rampingnya itu. Kedua mataku selalu focus kearah
kedua putting susunya yang terlihat menonjol menjeplak dikain satin dasternya
itu. Tapi aku tetap berusaha tenang walaupun aku sudah dibikinya horny olehnya.
Malam pertama aku menginap dirumahnya Tante Heni langsung
mengajak aku makan malam bersama diruang meja makan. aku berusaha menolanya untuk makan karena aku
sudah makan sebelum kerumah Tante Heni dirumah tadi tapi Tante Heni tetap memaksa
aku untuk makan juga.
Saat kita makan bareng satu meja diruang makan keluarga,
sambil menyantap makan malam sekalian ngobrol.
“Ron kamu kok pendiam sekali? Lain dengan adik-adik dan
ibumu”, kata Tante Heni sambil kita makan berdua.
Padahal aku bukanlah orang pendiam melainkan orang yang
banyak bicara karena sebenarnya aku tak banyak bicara hanya kalau dekat sama Tante
Heni saja Karena gugup dengan penampilan selalu membuat aku horny.
“Tante suka kok sama orang pendiam”, sambungnya.
Sehabis makan malam, kami berdua nonton TV sambil ngobrol.
Kulihat Tante Heni rebahan sampai secara tak sadar menaikkan kakinya ke sofa,
kelihatan celana dalamnya. Bikin aku menjadi horny saja “Oh tuhan aku
benar-benar sudah tidak bisa menahan ini” dalam hatiku berbicara,
Malam itu kita ngobrol-ngobrol seputar tentang sekolahku,
kegiatanku sehari-hari dan apakah aku sudah punya pacar atau belum.
Kelihatannya Tante Heni memang ingin mengajak aku terus ngobrol-ngbrol karena
dia takut pergi tidur sendirian ke kamarnya. Melihat aku menguap sambil diajak
ngobrol, Tante Heni pergi ke kamar dan kembali membawa aku sepasang baju tidur
milik suaminya seperti sepasang baju dan celana pendek seperti model piyama
dari bahan satin.
“Ini Ron pakai saja biar tidur mu agak enakan”.
“Tapi aku ngak pernah pakai seperti ini”.
“Udah pakai saja”. Karena Tante Heni memaksa untuk
memakainya dan akhirnya kupakai juga sepasang piyama satin itu.
Di rumah aku biasanya memang tidur hanya memakai celana
pendek tanpa memakai celana dalam dan karena malam itu aku harus memakai
sepasang piyama itu jadi semua celana dan bajuku aku lepas dan memakai piyama
itu tanpa memakai celana dalam. Begitu kupakai piyama satin itu batang kontolku
tidak mau diajak kompromi. Untungnya malam itu Tante Heni sudah masuk ke kamarnya jadi bentuk
tonjolan batang kontolku itu tidak terlihat.
Malam itu terdengar hujan disertai angin kencang terdengar
di luar. Aku yang mulai membaringkan diri di sofa dan menutupi diri dengan
selimut ketika suara angin dan hujan gemuruh guntur dan petir sabung menyabung.
Angin juga semakin kencang dan hujan makin deras sehingga rumah itu seperti
bergoyang. Dan tiba-tiba listrik mati sehingga semua gelap gulita.
Kudengar suara Tante Heni memanggil di pintu kamarnya.
“Roni”
“Ya, Tante?”, Tolong temani Tante mencari senter.
“Dimana Tante?, aku mendekat meraba-raba dalam gelap ke arah
dia.
“Mungkin ada di dapur, Tante mau ke sana”. Baru saja dia
berkata itu saat tanganku menyentuh tubuhnya yang empuk. Ternyata persis dikedua
buah dadanya. Cepat kutarik tanganku dan meminta maaf tapi Tante Heni hanya
diam saja.
Kucari-cari senter didapur dari laci ke laci tapi juga tidak
ketemu dan kukatakan sama Tante Heni
“Ngak ketemu senternya Tan, kayaknya malam ini kita ngak
usah pakai senter saja”.
“Lah gelap gulita dong”.
“lagian kita juga kan mau tidur jadi ngak usah pakai senter”.
“Tante takut tidur kalau gelap seperti ini”.
“Gimana kalau malam ini aku temani Tante supaya tidak takut?”,
aku sendiri terkejut dengan kata-kata yang keluar dari mulutku sendiri, mungkin
karena sudah aku juga sudah ngantuk banget dan besok harus sekolah.
Tante Heni hanya diam beberapa saat “maksudnya kamu tidur di
kamar tidur Tante?”, tanyanya.
“Ya Tante tapi nanti aku tidur dibawah saja pakai karpet dan
Tante tidur diatas ranjang”., ternyata Seluruh lantai kamar tante memang
ditutupi oleh ornamen karpet tebal.
“Ngak usah Ron kamu tidur di tempat tidur Tante saja
sekalian asal?”, dalam hatiku bakan malam ini aku tidak bisa tidur.
“Asal apa Tante?”, aku jadi penasaran.
“Asal kamu jangan bilang sama ibu kamu nanti Tante bisa malu
tidur sama kamu Dan juga jangan sekali-kali bilang sama suamiku”.
“Ah ngapai juga bila keibuku sama suami Tante Heni emang
gila aku ini?”. Tak kusangka aku bakalan dapat durian runtuh untuk
berkesempatan tidur di samping Tante Heni yang selama ini aku idam-idamkan.
Siapa tahu aku nanti bisa nyenggol-nyenggol dia sedikit-sedikit menikmati
daster satin yang dipakainya.
Kami bedua masuk sambil Meraba-raba seperti orang buta karena
gelap gulita disertai hujan turun sangat deras sekali diluar. Cahaya kilat dari
luar terlihat dari dalam jendela kamar Tante Heni. Ingin sekali aku merangkul
tubuhnya yang ramping itu tetapi aku takut dia marah. Akhirnya kami berdua berbaring
berjajar di tempat tidur. Ternyata kamar tidur Tante Heni sangat besar dan
empuk dan kurasakan dengan tanganku selimut dan sperainya semua terbuat dari
bahan satin juga. Apa memang Tante Heni suka dengan bahan yang licin-licin sama
seperti fantasiku.
Aku berusaha tenang dan mulai tidur bersama Tante Heni
didalam selimut satin diatas ranjangnya. Aku berusaha menjaga agar tidak
terlalu banyak bersentuhan badan. Perasaanku tak karuan. Baru kali ini aku
tidur dengan seorang wanita yang bukan keluarga. Apalagi Perempuan ini fantasi
idamanku selama ini. Kayaknya malam ini tidak bisa tidur karena petir dan angin
diluar terdengar sangat jelas disertai hujan sangat deras. Akhirnya kami berdua
kembali melanjutkan ngobrol-ngobrol.
“Ron?”.
“Ya tante”.
“Kamu itu item dari pada adik-adik kamu yang berkulit
putih”.
“Lah emang kenapa sih kalau item Tan?”.
“Ya ngak papa Ron, aku seneng lihatnya apalagi kamu punya
tubuh berotot?”, bisiknya di sampingku dalam gelap.
Aku tak menjawab lagi karena hanya menahan betapa tegaknya kontolku
ini menahan dari tadi, kataku dalam hati. Aku mencoba berusaha berbaring miring
membelakangi tubuhnya hingga hampir menyentuh tubuh Tante Heni. Kukira dia
sudah tidur, yang jelas aku tak bisa tidur. Bahkan mataku yang tadinya berat
mengantuk, sekarang terbuka lebar karena sudah benar-benar horny.
“Ron?”, kudengar berbisik lagi dengan memecah keheningan.
“Ya Tan ada apa?”.
“Kamu pernah bersetubuh dengan wanita?”, Nafasku agak sesak sambil
menelan lidah mendengar itu.
“Belum sih Tan paling hanya pegang-pegang saja”, jawabku
“Hmmh…kayaknya malam ini kamu nafsu ya”, mendengar itu aku
agak sedikit kaget.
“Ngak kok Tan?”.
“Ya bener itu punya kamu kayanya bediri, Tante bisa
rasakan”, astaga ternyata benar batang kontolku yang sudah berdiri itu menyentuh
pantatnya.
“Heheh…habis Tante ya bikin Roni jadi begini”, jawabku jujur
kepadanya.
“Kamu mau ama Tante?”, dalam gelap kudengar dia menawarin
gituan.
Mendengar itu aku hampir-hampir tak percaya dia mengatakan seperti
itu dan aku jadi bingung apa mau menerima tawaran itu apalagi aku sudah sangat
horny sekali.
“Kok diam setubuhin Tante?”.
Aku tahu inilah kesempatan emas untuk melampiaskan hasrat
berahiku yang terpendam selama ini pada perempuan idamanku ini. Rasanya seperti
aku dapat peluang emas untuk merasakan tubuhnya malam ini. Perlahan kupeluk
tubunya yang ramping dan kucium bagian lehernya dan kulepas celana satin
piyamaku. Batang kontolku yang sudah siap tempur aku selipkan dibagian
pantatnya dari belakang dengan posisi miring dan mulai aku gesek-gesekan.
“Ternyata punya kamu besar juga ya Ron?”.
Aku tidak menjawabnya karena aku merasakan kenikmatan saat
kugesek-gesekan kontolku dibelahan pantatnya sambal menikmati licinya kain
satin dasternya.
“Ouhhhh…..ohhh”.
“Kenapa Ron enak”.
“Enak banget Tan, apalagi kain satin daster bikin aku
kenikmatan”.
“Kamu suka juga Ya sama satin?”.
“Iya Tan, aku suka banget sama yang licin-licin bikin jadi
Horny kalau lihatnya, apalagi kalau
digesek-gesekan seperti ini pinginya mau muncrat”.
“Hahaha…kok kamu sama Tante suka dengan satin ya?”.
“pantesan saja kalau Tante main kerumah kok selalu pakai
yang licin-licin bikin jadi Horny lihatnya Tante”.
“Berarti selama ini kamu sering Horny dong sama Tante kalau
main kerumah kamu”.
“Hehehe….iya Tan, makanya aku selalu onani kalau habis lihat
Tante”.
“Dasar otak ngeres juga kamu”.
Kucium kembali telinganya dan kuremas-remas buah dadanya
sambil kumainkan kedua putting susunya dengan jari-jari tangganku. Aku
gesek-gesekan kontolku dibagian belahan pantatnya sambil merasakan sensasi
licinya kain satin yang mengesek-gesek kepala kontolku sampai terasa
mengeluarkan cairan bening yang membasahi kain satin dasternya.
Tak lama kemudian aku menanggalkan celana dalam Tante Heni .
Lalu dalam gelap kupeluk tubuhnya dari belakang masih posisi miring. Kukucup
mulutnya dari samping. Kuremas buah dadanya dan tak sabaran lagi kedua kakiku
masuk ke celah kedua pahanya. Kubuka paha itu, kuselipkan paha kiriku di bawah
paha kanannya dan dengan satu tikaman kepala kontolku menerjang tepat akurat ke
celah belahan vaginanya yang basah.
Terasa aka susah aku masukan mungkin karena kontolku agak
besar tapi kuludahi kepala kontolku sambil mengesek-gesekan diujung bibir
lubang vaginanya dan ku tekan sedikit demi sedikti dan Blesss….setengah
kontolku mulai masuk kedalam vaginanya.
“Aauhuuhhh Roniiii
pelan-pelan sayang punya kamu besar sekali”, erangan tante.
Aku pelan-pelan agar Tante Heni tidak kesakitan dan akhirnya
lama kelamaan batang kontolku mulai lancar keluar masuk kedalam vaginanya
sampai terasa becek oleh cairan yang keluar dari lubang vaginanya. Aku terus menyetubuhi
Tante Heni perlahan tapi mulai genjotanku sedikit aku naikan. Kurubah posisiku
dengan posisi aku diatas tubuh Tante Heni yang terlentang dan Sambil menusuk keluar
masuk lubang vaginanya dan kedua buah
dadanya terus kuremas dan kuhisap dan bibirnya kupilin dan kulumat dengan
mulutku. Mataku terbeliak saat batang kontolku semakin bergerak maju mundurkan,
kutarik sampai tinggal hanya kepala lalu kubenam lagi kedalam mereguk nikmat sorgawi
vaginanya.
Kenikmatan yang baru pertama kalinya aku rasakan main dengan
wanita idamanku selama ini. “Ohhhhh Ohhhhh….anghhh” desah dan rintihan
kenikamatan kita berdua mengisi setiap sudut ruangan yang terhalang oleh suara
turunya air hujan yang sangat deras dan suara petir.
Hampir 10 menit lamanya aku terus mengenjot kontolku keluar
masuk vaginanya hingga menimbulkan suara gesekan seperti suara becek dan
akhirnya Tante Heni Orgasme.
“Roniiii…..terus sayang tekan yang dalam”, kutekan sambil
kutahan kontolku kedasar rahimnnya yang paling dalam dan terdengar desahan
panjang disertai tubuh dan otot-otonya mengejang-ngejang saat Tante Heni
orgasme.
Kurasakan batang kontoku terasa ada yang menarik-narik dan
meremas-remas yang berada didalam vaginanya saat Tante Heni orgasme.
Begitu nafasnya mulai teratur aku kembali mengoyangkan gerak
keluar masuk kontolku kedalam vaginanya yang semakin becek seperti busa. Tapi
tak lama aku terus mengenjotnya posisi masih diatas tubuhnya seperti pelari
marathon dan Crot…crott…crottt, cairan spermaku keluar sangat banyak membasahi lubang
vaginanya. Tubuhku mengejang-ngejang saat cairan spermaku keluar dan akupun jatuh
dipeluakan tubuh Tante Heni. Kita sama-sama penuh keringat dan tenagaku rasanya
terkuras saat kusadari bahwa aku sudah benar-benar habis merasakan sisa-sisa
orgasme.
Dan tiba-tiba listrik menyala kembali. Tanpa kami sadari
rupanya hujan diluar sudah reda. Dalam terang kulihat Tante Heni tersenyum melihatku
aku masih menidih tubuhnya dengan posisi kontolku masih tertancap didalam
vaginanya.
“Makasih Ya Roni, baru kali ini bisa merasakan kepuasan sama
kamu”, dia mencium bibirku dan aka membalasnya,
“Ya, Tante, tapi apa selama ini Tante sudah jarang disentuh
sama suami sampai bilang seperti itu”.
“Disentuh tetap disentuh Ron tapi aku belum puas suamiku
keburu mucrat”.
“Hahaha….tapi sekarang ada Roni tante bakalan puas dong”.
“Iya sayang pokonya puasi Tante ya”, sambil kita berciuman
antara bibir dan lidah.
Lalu aku turuh dari atas tubuhnya dan melepas kontolku yang
sudah mulai lemas, kemudian Tante Heni turun dari ranjang. Tampak dasternya yang
licin itu terlihat kusut bercampur keringat dan bekas spermaku dan Tante Heni pergi ke kamar mandi,
tentunya hendak cebok membersihkan spermaku yang berlepotan di dalam selangkangannya.
Keluar dari kamar mandi kulihat dia ke dapur dan akupun
gantian masuk ke kamar mandi membersihkan kontolku dan pangkal kontolku berserta
rambutnya yang juga berlepotan sperma. Habis itu aku kembali ke ranjang.
Apakah malam ini akan ada babak selanjutnya Tanyaku dalam
hati. Atau aku disuruh tidur kembali ke sofa karena lampu sudah nyala.
Tante Heni masuk ke kamar membawa cangkir kopi panas yang
diberikan padaku dan kami duduk bersisian di pinggir ranjang. Kuminum kopi
panas yang dibuatkan oleh Tante Heni.
“Cruput, Enak sekali kopinya Tante, bisikku dekat
telinganya.
“Maksudnya?”.
“Maksudnya kopi buatan tante sama Main sama tante enak
sekali”.
“Mau lagi?”, tanyanya menggoda.
“Iya siapa takut”, kataku tak sabar dengan melingkarkan
tangan di bahunya.
“Tapi pelan-pelan ya sayang soalnya punya kamu gede banget”.
“Iya Tante, janji”.
Selesai menyeruput tiga kali kopi panas yang dibuat Tante
Heni akupun kembali melakukannya permainan lagi diatas ranjang. Awalnya kita
saling berpandangan dan pelan-pelan mulai beciuman antara lidah dan bibir, lalu
turun ciuman ke bagian lehernya dan turun menelusuri licinya kain satin dasternya
sampai kepusar lalu kucium dan kembali naik keatas kebagian tonjolan putting susunya
yang terlihat menjeplak keluar dikain satin dasternya, lalu kukulum dan kugigit-gigit
bagian putting susunya sambal kujilat dan kusedot seperti anak bayi menyusui
tanpa membuka penghalang kain satin dasternya.
“Roniiii….anghhhh….sedot terus sayang sedot yang kuat sayang”,
Tante Heni mulai mendesah kenikmatan.
Semaikn dia mendesah keras semakin kuat sedotan dan
jilatanku dikedua putting susunya dan jilatanku turun kembali ke bawah seraya
tanganku meremas-remas kedua dadanya. Lalu kujilat turun sampai kebagian belahan
vaginanya. Kujilat dengan ujung lidahku sambil
kumainkan itilnya dengan ujung lidahku. Tante Heni mengangkat-angkat panggulnya
menahan nikmat jilatanku dibagian belahan vaginanya.
“Anghhhh….ougghhhh….Roniiii…..masukan kontolmu sekarang
Tante sudah ngak tahan lagi ayo dong sayang jangan dijilat terus ayo dong
masukan kontolllmuuuu”.
Aku segera merayap keatas tubuh Tante Heni. Tangannya segera
membantu menempatkan batang kontolku tepat di bibir lehan vaginanya. Dan tanpa
menunggu lagi aku tekan kontolku masuk dan membenamkannya sampai dua pertiga.
Blesss…..begitu masuk kontolku didalam vaginanya Lalu kupompa dengan sangat ganas.
“Roniiiii….Oughhhh….anghhh….ahhhhh”, desahanya mereguk menahan
nikmatanya gerakan kontolku keluar masuk vaginanya sambil tanganya merangkul
leher dan punggungku dengan mesra.
Rangkulan Tante Heni membuat aku semakin bersemangat dan
terangsang. Genjotan keluar masuk kontolku kedalam vaginanya sekarang lebih
kuat dan desahan Tante Heni juga semakin terdengar sangat kuat. Dan kutancapkan
seluruh batangku sampai dasar rahim Tante Heni.
Sentuhan ini menyebabkan Tante Heni menggeliat-geliat
memutar panggulnya dengan ganas, meremas dan menghisap kontolku dengan dinding
vaginanya. Seperti kontolku diremas-remas dan Reaksi Tante Heni ini menyebabkan
tubuhnya mengejang-ngejang sangat kuat sekali seperti cacing kepanasan.
“Roniii….anghhh…anghhhhhhhhhh”, desahan panjang Tante Heni
menandakan dia orgasme.
Melihat itu aku tekan dan tekan lebih dalam lagi kontolku
kedasar rahimnya dan kudiamkan sebentar disana dan kurasakan ada denyutan yang
meremas-remas kontolku saat Tante Heni orgasme. Setelah nafasnya mulai teratur aku pun kembali
mengoyangkan genjotanku keluar masuk kontolku kevaginanya sambil memeluk dan
menidih Tante Heni dengan posisi terlentang diatas ranjang. Semakin lama
genjotanku semakin kupercepat dan kurasakan aku segera jebol.
“Tanteee….Heniiiii….akuuu…..mauuu….keluarr…..”, Crottt….crottt…crottt,
cairan spermaku muncrat tanpa dapat kutahan lagi keluar didalam vaginanya.
Tubuhku lemas diatas tubuhnya sambil bernafas ngos-ngosan sambil
membisikan ditelinganya.
“Ohhhh….enak banget punya Tante bikin Roni benar-benar mucrat
didalam”.
“Ya Roni sayang punya kamu juga enak banget bikin aku puas malam
ini”, katanya sambil kucium bibirnya dan kembali kita saling berlumatan.
Kami berdua langsung tertidur pulas karena kecapeaan diatas
ranjang saling berpelukan masuk didalam selimut kain satin.
Akupun terbangun pada pagi hari. Memang kebiasaanku aku
sudah bangun pagi-pagi sekali. Karena aku perlu olahraga. Kupandangi tubuh Tante
Heni yang tergolek miring disampingku dengan pakaian daster satin yang telihat
kusut tanpa Bra dan Cd. Sebelah kakinya menjulur dari dasternya sedikit keatas di
selangkangannya membentuk segitiga sehingga aku dapat melihat bagian dalam
pahanya yang putih padat sampai ke pangkalnya. sewaktu aku merasa desakan mau
buang air kecil. Karena itu pelan-pelan aku turun dari ranjang terus ke kamar
mandi.
Dikamar mandi aku basuh mukaku dan kumur-kumur, sewaktu Tante Heni mengetok
pintu kamar mandi. kubukakan pintu dan Tante memberikan handuk bersih dan menyodorkan
sikat gigi baru dan odol.
“ini Ron, mandi saja disini baru nanti kamu tinggal berangkat
sekolah”,katanya.
Akupun cepat-cepat mandi. Keluar dari kamar mandi dengan
handuk yang membalut tubuhku, kulihat Tante sudah di dapur menyiapkan sarapan
dengan daster satin yang semalam itu.
“Ayo sarapan dulu Ron habis itu kamu berangkat sekolah, Tante
juga mau mandi dulu”, katanya meninggalkan aku.
Kulihat di meja makan sudah ada sebuah roti mentega dengan susu
panas cairan kental. Segera kusantap
sarapan pagi yang disiapkan Tante Heni dan rasanya sungguh enak sekali di pagi
yang dingin.
Tak lama kemudian setelah Tante Heni mandi dan keluar dengan
memakai daster dengan bahan satin lagi tapi warna merah muda (pink) dan daster
yang semalam dipakai ditaruh diember. Membuat aku jadi horny melihatanya.
Saat membereskan pring dan gelas bekas sarapanku dimeja
makan dari belakan kupeluk tubunya dan kucium bagian lehernya dan buah dadanya
kuremas-remas.
“Roniiii, udah dong nanti kamu telat sekolahnya sayang”.
“Mumpung masih ada waktu kok Tante habis Tante pakai daster
seperti ini bikin Roni Horny”
Karena sudah bernafsu sekali aku angkat tubuh Tante Heni
yang ramping itu dengan cara aku gendong pindah ke kamar.
“Ron, kamu kuat sekali”, pujinya kepadaku dengan ototoku
yang lumayan besar.
Kubaringkan Tante Heni di ranjang, handuk yang membalut
tubuh langsung kulepas. Kemudian Tante Heni melingkarkan kedua tangannya ke
leherku dan menarik wajahku mendekati wajahnya lalu mulutnya mencium mulutku
dan akupun melumat bibir itu. Dia menjulurkan lidahnya yang aku segera
menghisapnya kamipun sama-sama berlumatan.
Lalu kuciumi seluruh wajah dan lehernya. Lalu kuulangi lagi
apa yang aku lakukan padanya tadi malam. Meremas-remas buah dadanya, menciumi
leher, belakang telinga, menghisap dan menggigit putting sususnya. Sementara
itu tangan Tante Heni juga liar merangkul punggung, mengusap tengkuk, dan
meremas-remas rambutku.
Lalu sesudah puas menjilat buah dada dan mengulum putting susunya
tanpa membuka penghalang dasternya, ciumanku turun ke pusar dan terus ke bawah.
Seperti kemarin aku kembali menciumi bagian rambut kemaluanya di sekitar vaginanya
yang tebal seperti martabak, menjilat klitoris dan tak lupa bagian dalam kedua
pahanya yang putih. Lalu aku mengambil posisi seperti tadi malam untuk
menungganginya. Tante Heni menyambut batang kontolku ke lubang vaginanya dengan
sangat bergairah. Blessss….kontolku langsung masuk kedalam vaginanya.
Terliahat Tante Heni sudah sangat bergairah sekali merasakan
setiap kontolku keluar masuk vaginanya, setiap tusukan kontolku menggesek dinding
vaginanya desahanya semakin kian terdengar keras sekali sambil membisikan ke
telingaku.
“Ohhh…Ronniii….kamu benar-benar membuat aku jadi lemas
karena gesekan kontolmu sayang”.
Tante Heni semakin tersengal-sengal, rangkulannya di
punggung dan kepalaku semakin erat. Dan aku tidak lagi melakukan penjajakan.
Aku sudah tahu titik kelemahan pertahanannya. Sebab itu aku masuk ke tahap
serangan yang lebih hebat. kontolku sudah lebih sering masuk tiga perempat
menyentuh dasar liang kenikmatan Tante Heni. Setiap tersentuh Tante Heni menggelinjang.
Dia pererat rangkulannya dan dengan nafas tersengal dia kejar mulutku dengan
mulutnya dan mulut dan lidah kamipun kembali berlumatan dan kerkucupan.
“Roniiiii, bisiknya. Punyamu panjang sekali bikin Tante
ketagihan pingin main sama kamu lagi sayang”.
“Iya Tante sama seperti punya Tante enak sekali, jadi Roni
ketagihan jua”, kataku balas memuji dia.
Dan pertempuran dipagi itu semakin lama semakin panas berlanjut
dari menit kelima hingga ke lima belas menit selanjutnya. Keringat semakin
keluar membasahi tubuh kita berdua diatas ranjang, sperai satin tempat tidurnya
semakin basah olek keringat kita, Lalu geliat Tante Heni semakin menggila dan
ini menyebabkan aku semakin gila juga memompa kontolku menusuk vaginanya. Aku
tidak lagi menahan diri seakan-akan cairan spermaku akan segera kelaur.
Kutusuk dan kuhunjamkan kepala kontolku sampai ke pangkalnya
berkali-kali dan berulang-ulang ke dasar rahimnya sampai akhirnya Tante tidak
sadar menjerit sangat keras.
“Ouuuuoooooohhhhhh….anghhhhh”, Aku terkejut, cepat kututup
mulutnya dengan tanganku, takut kedengaran orang yang ada didepan rumah,
apalagi kalau kedengaran oleh ibuku di sebelah.
Dan saat itulah kurasakan tubuh Tante Heni mengejang-ngejang
sementara mulutnya mengeluarkan suara lolongan yang tertahan oleh tanganku. Dia
orgasme hebat sekali pagi itu. Wajah itu juga kelihatan letih sekali saat
merasakan orgasme. Aku memperlambat lalu menghentikan genjotanku Tapi batang
kontolku masih tertanam didalam vaginanya.
“Enak Tante?”, bisikku.
“Gila kamu Ron, enak sekali bikin ngak bisa kebayang
nikmatnya, Tante capek sekali”, katanya membujuk supaya aku melepaskannya.
“Tapi mana aku mau? Aku belum keluar”, sementara batang kontolku
yang masih keras perkasa yang masih tertancap dalam di liang vaginanya sudah
tidak sabaran hendak melanjutkan pertempuran.
“Tante aku mau keluar diluar didaster satin punya Tante”,
kataku meminta dan dia mengangguk mengerti.
Kulepas kontolku yang ada didalam vaginanya dan aku
gesek-gesekan kontolku diatas perutnya sambil merasakan licinya daster satin
yang dipakai Tante Heni, kedua tangannya kembali merangkulku, mulutnya kembali
menerkam mulutku. Kemudian aku tak dapat lagi aku rasakan cairan spermaku akan
segera mucrat karena efek licinya gesekan kain satin dasternya itu dengan
kontolku dan Crott…crott…crot cairan spermaku mucrat berkali-kali dan membasahi
kain satin dasternya. Tubuhku mengejang saat merasakan cairan sperma itu keluar
dari dalam kontolku.
Pagi itu aku benar-benar puas dan kembali mandi lagi dan
selesai mandi aku pamit untuk sekolah dan Tante Heni kutinggalkan masih
terbaring diatas ranjang.
Selama keluarga Tante Heni berlibur seminggu ke Thailand dan
kuhabiskan untuk melakukan permainan yang sama diatas ranjang kamarnya setiap
malam selama aku mengginap disana. Kunikmati
fantasi kain satin koleksi Tante Heni yang membikin aku bergairah terus bersama
Tante Heni.
SEKIAN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar