Rabu, 09 Maret 2022

cerita seks Tante Heni

 

 

CERITA SEKS KENIKMATAN SEKS DENGAN TANTE HENI


Namakau Roni walaupun aku kurang ganteng dan kulit berwarna kecokelatan, setidaknya aku manfaatin kelebihanku tubuh yang berotot dan dengan memiliki batang kontol yang besar dan panjang bawaan sejak dari lahir dan ukuran kontolku ini lebih panjang dari ukuran rata-rata pria normal. Aku mempunyai nafsu yang tinggi bila melihat wanita cantik dan seksi apalagi kalau dia berpakaian satin pasti tidak bisa kutahan nafsuku ini. Entah kenapa kalau aku melihat wanita berpakaian satin pasti senjataku langsung tegang dan pinginya ingin berkhayal sambil beronani.

Didalam hidupku ini ada satu satu wanita yang selalu membuat aku gelisah jika berada di dekatnya. Dia adalah Tante Heni, dia memiliki wajah cantik dan Putih. Biarpun sudah memiliki dua orang anak yang sudah mulai dewasa tapi bentuk tubuhnya masih terlihat bagus, dengan panggul berisi dan pinggang ramping. Bentuk Payudaranya juga indah kenceng serasi dengan bentuk badannya.

Tante Heni ini juga akrab dengan ibuku. Karna mereka berdua itu cocok satu sama lain. Dan satu kebiasaan yang kulihat pada Tante Heni ini, kalau suka main kerumah pasti selalu memakai daster-daster satin dan jarang suka pakai bra karena kedua putting susunya jelas sekali terlihat menonjol. Pernah juga Tante Heni ditegur oleh ibuku kalau main kesini pakai Bra dong Mah itu kelihatan. Tapi tetap saja Tante Heni masih seringnya tidak memakai Bra kalau main ke rumah dan itu sudah kebiasaan Tante Heni seperti itu.

Pernah ku dapati Tante Heni sedang  lagi rebahan ngobrol dengan ibuku. Rupanya dia tidak mengira aku suka curi-curi pandang, aku sudah sempat melihat celah dadanya yang putih padat polos tanpa bra yang kelihatanya bagus bentuknya yang bikin aku terpesona itu bentuk putting susunya pasti terlihat menonjol. Aku kadang meneguk ludah.

Apalagi daster yang sering dipakai Tante Heni selalu yang licin-licin dan mengkilap dan itu yang bikin aku selalu Horny melihatnya. Bila kalau sudah horny aku langsung tancap gas pergi ke kamar dan langsung onani dengan sepotong kain satin sambil membayangkan Tante Heni. Apalagi aktifitas Tante Heni semakin sering main kerumah dan aku sering ngintip sambil curi-curi pemandangan setiap kali mereka ngobrol. Dengan cara aku purapura membaca buku atau Koran untuk melihat pemandangan seksinya Tante Heni yang memakai Daster satin yang mengkilap dan licin itu.

Aku dengar Tante Heni akhir-akhir ini sering kurang puas kalau main dengan suaminya. Karena pernah ku dengar dia berbicara sama ibuku seperti itu. Aku tak tahu kenapa Tante Heni sering mengeluh tentang hubungan dengan suaminya itu padahal mereka sudah memiliki dua orang anak.

Singkat cerita pada saat liburan panjang, satu keluarga Tante Heni akan pergi berlibur ke Thailand tapi Tante Heni tidak bisa ikut kerena kurang enak badan jadi yang berangkat hanya kedua anaknya dan suami Tante Heni saja. Akhirnya berangkatlah keluarga Tante Heni ke Thailand untuk satu minggu lamanya dan Tante Heni hanya yang tinggal sendiri di rumah.

Selama keluarga Tante Heni berlibur ke Thailand aku dipanggil sama ibuku dan menyuruh aku untuk menemani Tante Heni dirumah selama Keluarga berlibur ke Thaland karena kalau malam Tante Heni takut sekali dan merasa kesepian di rumah.

Sehari setelah semua keluarga Tante Heni berangat berlibur ke Thailand, ibuku langsung menyuruhku untuk segera kerumah Tante Heni untuk menemani selama keluarganya berlibur. Malam pertama saat aku bermalam dirumahnya aku menjadi gugup dan bisa tidak tenang kalau berdekatan dengan Tante Heni. Saat pertama kali kedatanganku untuk menemani Tante Heni dirumahnya, tampak wajah Tante Heni terlihat bahagia sekali.

“Ayo masuk Ron?”, Tante Heni langsung menyuruhku masuk.

Kedatanganku malam itu sudah disambut oleh Tante Heni dengan penampilan yang lebih Hot dari hari biasanya dengan pakaian daster yang terlihat agak seksi membalut tubuh rampingnya itu. Kedua mataku selalu focus kearah kedua putting susunya yang terlihat menonjol menjeplak dikain satin dasternya itu. Tapi aku tetap berusaha tenang walaupun aku sudah dibikinya horny olehnya.

Malam pertama aku menginap dirumahnya Tante Heni langsung mengajak aku makan malam bersama diruang meja makan.  aku berusaha menolanya untuk makan karena aku sudah makan sebelum kerumah Tante Heni dirumah tadi tapi Tante Heni tetap memaksa aku untuk makan juga.

Saat kita makan bareng satu meja diruang makan keluarga, sambil menyantap makan malam sekalian ngobrol.

“Ron kamu kok pendiam sekali? Lain dengan adik-adik dan ibumu”, kata Tante Heni sambil kita makan berdua.

Padahal aku bukanlah orang pendiam melainkan orang yang banyak bicara karena sebenarnya aku tak banyak bicara hanya kalau dekat sama Tante Heni saja Karena gugup dengan penampilan selalu membuat aku horny.

“Tante suka kok sama orang pendiam”, sambungnya.

Sehabis makan malam, kami berdua nonton TV sambil ngobrol. Kulihat Tante Heni rebahan sampai secara tak sadar menaikkan kakinya ke sofa, kelihatan celana dalamnya. Bikin aku menjadi horny saja “Oh tuhan aku benar-benar sudah tidak bisa menahan ini” dalam hatiku berbicara,

Malam itu kita ngobrol-ngobrol seputar tentang sekolahku, kegiatanku sehari-hari dan apakah aku sudah punya pacar atau belum. Kelihatannya Tante Heni memang ingin mengajak aku terus ngobrol-ngbrol karena dia takut pergi tidur sendirian ke kamarnya. Melihat aku menguap sambil diajak ngobrol, Tante Heni pergi ke kamar dan kembali membawa aku sepasang baju tidur milik suaminya seperti sepasang baju dan celana pendek seperti model piyama dari bahan satin.

“Ini Ron pakai saja biar tidur mu agak enakan”.

“Tapi aku ngak pernah pakai seperti ini”.

“Udah pakai saja”. Karena Tante Heni memaksa untuk memakainya dan akhirnya kupakai juga sepasang piyama satin itu.

Di rumah aku biasanya memang tidur hanya memakai celana pendek tanpa memakai celana dalam dan karena malam itu aku harus memakai sepasang piyama itu jadi semua celana dan bajuku aku lepas dan memakai piyama itu tanpa memakai celana dalam. Begitu kupakai piyama satin itu batang kontolku tidak mau diajak kompromi. Untungnya malam itu  Tante Heni sudah masuk ke kamarnya jadi bentuk tonjolan batang kontolku itu tidak terlihat.

Malam itu terdengar hujan disertai angin kencang terdengar di luar. Aku yang mulai membaringkan diri di sofa dan menutupi diri dengan selimut ketika suara angin dan hujan gemuruh guntur dan petir sabung menyabung. Angin juga semakin kencang dan hujan makin deras sehingga rumah itu seperti bergoyang. Dan tiba-tiba listrik mati sehingga semua gelap gulita.

Kudengar suara Tante Heni memanggil di pintu kamarnya.

“Roni”

“Ya, Tante?”, Tolong temani Tante mencari senter.

“Dimana Tante?, aku mendekat meraba-raba dalam gelap ke arah dia.

“Mungkin ada di dapur, Tante mau ke sana”. Baru saja dia berkata itu saat tanganku menyentuh tubuhnya yang empuk. Ternyata persis dikedua buah dadanya. Cepat kutarik tanganku dan meminta maaf tapi Tante Heni hanya diam saja.

Kucari-cari senter didapur dari laci ke laci tapi juga tidak ketemu dan kukatakan sama Tante Heni

“Ngak ketemu senternya Tan, kayaknya malam ini kita ngak usah pakai senter saja”.

“Lah gelap gulita dong”.

“lagian kita juga kan mau tidur jadi ngak usah pakai senter”.

“Tante takut tidur kalau gelap seperti ini”.

“Gimana kalau malam ini aku temani Tante supaya tidak takut?”, aku sendiri terkejut dengan kata-kata yang keluar dari mulutku sendiri, mungkin karena sudah aku juga sudah ngantuk banget dan besok harus sekolah.

Tante Heni hanya diam beberapa saat “maksudnya kamu tidur di kamar tidur Tante?”, tanyanya.

“Ya Tante tapi nanti aku tidur dibawah saja pakai karpet dan Tante tidur diatas ranjang”., ternyata Seluruh lantai kamar tante memang ditutupi oleh ornamen karpet tebal.

“Ngak usah Ron kamu tidur di tempat tidur Tante saja sekalian asal?”, dalam hatiku bakan malam ini aku tidak bisa tidur.

“Asal apa Tante?”, aku jadi penasaran.

“Asal kamu jangan bilang sama ibu kamu nanti Tante bisa malu tidur sama kamu Dan juga jangan sekali-kali bilang sama suamiku”.

“Ah ngapai juga bila keibuku sama suami Tante Heni emang gila aku ini?”. Tak kusangka aku bakalan dapat durian runtuh untuk berkesempatan tidur di samping Tante Heni yang selama ini aku idam-idamkan. Siapa tahu aku nanti bisa nyenggol-nyenggol dia sedikit-sedikit menikmati daster satin yang dipakainya.

Kami bedua masuk sambil Meraba-raba seperti orang buta karena gelap gulita disertai hujan turun sangat deras sekali diluar. Cahaya kilat dari luar terlihat dari dalam jendela kamar Tante Heni. Ingin sekali aku merangkul tubuhnya yang ramping itu tetapi aku takut dia marah. Akhirnya kami berdua berbaring berjajar di tempat tidur. Ternyata kamar tidur Tante Heni sangat besar dan empuk dan kurasakan dengan tanganku selimut dan sperainya semua terbuat dari bahan satin juga. Apa memang Tante Heni suka dengan bahan yang licin-licin sama seperti fantasiku.

Aku berusaha tenang dan mulai tidur bersama Tante Heni didalam selimut satin diatas ranjangnya. Aku berusaha menjaga agar tidak terlalu banyak bersentuhan badan. Perasaanku tak karuan. Baru kali ini aku tidur dengan seorang wanita yang bukan keluarga. Apalagi Perempuan ini fantasi idamanku selama ini. Kayaknya malam ini tidak bisa tidur karena petir dan angin diluar terdengar sangat jelas disertai hujan sangat deras. Akhirnya kami berdua kembali melanjutkan ngobrol-ngobrol.

“Ron?”.

“Ya tante”.

“Kamu itu item dari pada adik-adik kamu yang berkulit putih”.

“Lah emang kenapa sih kalau item Tan?”.

“Ya ngak papa Ron, aku seneng lihatnya apalagi kamu punya tubuh berotot?”, bisiknya di sampingku dalam gelap.

Aku tak menjawab lagi karena hanya menahan betapa tegaknya kontolku ini menahan dari tadi, kataku dalam hati. Aku mencoba berusaha berbaring miring membelakangi tubuhnya hingga hampir menyentuh tubuh Tante Heni. Kukira dia sudah tidur, yang jelas aku tak bisa tidur. Bahkan mataku yang tadinya berat mengantuk, sekarang terbuka lebar karena sudah benar-benar horny.

“Ron?”, kudengar berbisik lagi dengan memecah keheningan.

“Ya Tan ada apa?”.

“Kamu pernah bersetubuh dengan wanita?”, Nafasku agak sesak sambil menelan lidah mendengar itu.

“Belum sih Tan paling hanya pegang-pegang saja”, jawabku

“Hmmh…kayaknya malam ini kamu nafsu ya”, mendengar itu aku agak sedikit kaget.

“Ngak kok Tan?”.

“Ya bener itu punya kamu kayanya bediri, Tante bisa rasakan”, astaga ternyata benar batang kontolku yang sudah berdiri itu menyentuh pantatnya.

“Heheh…habis Tante ya bikin Roni jadi begini”, jawabku jujur kepadanya.

“Kamu mau ama Tante?”, dalam gelap kudengar dia menawarin gituan.

Mendengar itu aku hampir-hampir tak percaya dia mengatakan seperti itu dan aku jadi bingung apa mau menerima tawaran itu apalagi aku sudah sangat horny sekali.

“Kok diam setubuhin Tante?”.

Aku tahu inilah kesempatan emas untuk melampiaskan hasrat berahiku yang terpendam selama ini pada perempuan idamanku ini. Rasanya seperti aku dapat peluang emas untuk merasakan tubuhnya malam ini. Perlahan kupeluk tubunya yang ramping dan kucium bagian lehernya dan kulepas celana satin piyamaku. Batang kontolku yang sudah siap tempur aku selipkan dibagian pantatnya dari belakang dengan posisi miring dan mulai aku gesek-gesekan.

“Ternyata punya kamu besar juga ya Ron?”.

Aku tidak menjawabnya karena aku merasakan kenikmatan saat kugesek-gesekan kontolku dibelahan pantatnya sambal menikmati licinya kain satin dasternya.

“Ouhhhh…..ohhh”.

“Kenapa Ron enak”.

“Enak banget Tan, apalagi kain satin daster bikin aku kenikmatan”.

“Kamu suka juga Ya sama satin?”.

“Iya Tan, aku suka banget sama yang licin-licin bikin jadi Horny kalau lihatnya,  apalagi kalau digesek-gesekan seperti ini pinginya mau muncrat”.

“Hahaha…kok kamu sama Tante suka dengan satin ya?”.

“pantesan saja kalau Tante main kerumah kok selalu pakai yang licin-licin bikin jadi Horny lihatnya Tante”.

“Berarti selama ini kamu sering Horny dong sama Tante kalau main kerumah kamu”.

“Hehehe….iya Tan, makanya aku selalu onani kalau habis lihat Tante”.

“Dasar otak ngeres juga kamu”.

Kucium kembali telinganya dan kuremas-remas buah dadanya sambil kumainkan kedua putting susunya dengan jari-jari tangganku. Aku gesek-gesekan kontolku dibagian belahan pantatnya sambil merasakan sensasi licinya kain satin yang mengesek-gesek kepala kontolku sampai terasa mengeluarkan cairan bening yang membasahi kain satin dasternya.

Tak lama kemudian aku menanggalkan celana dalam Tante Heni . Lalu dalam gelap kupeluk tubuhnya dari belakang masih posisi miring. Kukucup mulutnya dari samping. Kuremas buah dadanya dan tak sabaran lagi kedua kakiku masuk ke celah kedua pahanya. Kubuka paha itu, kuselipkan paha kiriku di bawah paha kanannya dan dengan satu tikaman kepala kontolku menerjang tepat akurat ke celah belahan vaginanya yang basah.

Terasa aka susah aku masukan mungkin karena kontolku agak besar tapi kuludahi kepala kontolku sambil mengesek-gesekan diujung bibir lubang vaginanya dan ku tekan sedikit demi sedikti dan Blesss….setengah kontolku mulai masuk kedalam vaginanya.

“Aauhuuhhh Roniiii  pelan-pelan sayang punya kamu besar sekali”, erangan tante.

Aku pelan-pelan agar Tante Heni tidak kesakitan dan akhirnya lama kelamaan batang kontolku mulai lancar keluar masuk kedalam vaginanya sampai terasa becek oleh cairan yang keluar dari lubang vaginanya. Aku terus menyetubuhi Tante Heni perlahan tapi mulai genjotanku sedikit aku naikan. Kurubah posisiku dengan posisi aku diatas tubuh Tante Heni yang terlentang dan Sambil menusuk keluar masuk lubang vaginanya dan  kedua buah dadanya terus kuremas dan kuhisap dan bibirnya kupilin dan kulumat dengan mulutku. Mataku terbeliak saat batang kontolku semakin bergerak maju mundurkan, kutarik sampai tinggal hanya kepala lalu kubenam lagi kedalam mereguk nikmat sorgawi vaginanya.

Kenikmatan yang baru pertama kalinya aku rasakan main dengan wanita idamanku selama ini. “Ohhhhh Ohhhhh….anghhh” desah dan rintihan kenikamatan kita berdua mengisi setiap sudut ruangan yang terhalang oleh suara turunya air hujan yang sangat deras dan suara petir.

Hampir 10 menit lamanya aku terus mengenjot kontolku keluar masuk vaginanya hingga menimbulkan suara gesekan seperti suara becek dan akhirnya Tante Heni Orgasme.

“Roniiii…..terus sayang tekan yang dalam”, kutekan sambil kutahan kontolku kedasar rahimnnya yang paling dalam dan terdengar desahan panjang disertai tubuh dan otot-otonya mengejang-ngejang saat Tante Heni orgasme.

Kurasakan batang kontoku terasa ada yang menarik-narik dan meremas-remas yang berada didalam vaginanya saat Tante Heni orgasme.

Begitu nafasnya mulai teratur aku kembali mengoyangkan gerak keluar masuk kontolku kedalam vaginanya yang semakin becek seperti busa. Tapi tak lama aku terus mengenjotnya posisi masih diatas tubuhnya seperti pelari marathon dan Crot…crott…crottt, cairan spermaku keluar sangat banyak membasahi lubang vaginanya. Tubuhku mengejang-ngejang saat cairan spermaku keluar dan akupun jatuh dipeluakan tubuh Tante Heni. Kita sama-sama penuh keringat dan tenagaku rasanya terkuras saat kusadari bahwa aku sudah benar-benar habis merasakan sisa-sisa orgasme.

Dan tiba-tiba listrik menyala kembali. Tanpa kami sadari rupanya hujan diluar sudah reda. Dalam terang kulihat Tante Heni tersenyum melihatku aku masih menidih tubuhnya dengan posisi kontolku masih tertancap didalam vaginanya.

“Makasih Ya Roni, baru kali ini bisa merasakan kepuasan sama kamu”, dia mencium bibirku dan aka membalasnya,

“Ya, Tante, tapi apa selama ini Tante sudah jarang disentuh sama suami sampai bilang seperti itu”.

“Disentuh tetap disentuh Ron tapi aku belum puas suamiku keburu mucrat”.

“Hahaha….tapi sekarang ada Roni tante bakalan puas dong”.

“Iya sayang pokonya puasi Tante ya”, sambil kita berciuman antara bibir dan lidah.

Lalu aku turuh dari atas tubuhnya dan melepas kontolku yang sudah mulai lemas, kemudian Tante Heni  turun dari ranjang. Tampak dasternya yang licin itu terlihat kusut bercampur keringat dan bekas  spermaku dan Tante Heni pergi ke kamar mandi, tentunya hendak cebok membersihkan spermaku yang berlepotan di dalam selangkangannya.

Keluar dari kamar mandi kulihat dia ke dapur dan akupun gantian masuk ke kamar mandi membersihkan kontolku dan pangkal kontolku berserta rambutnya yang juga berlepotan sperma. Habis itu aku kembali ke ranjang.

Apakah malam ini akan ada babak selanjutnya Tanyaku dalam hati. Atau aku disuruh tidur kembali ke sofa karena lampu sudah nyala.

Tante Heni masuk ke kamar membawa cangkir kopi panas yang diberikan padaku dan kami duduk bersisian di pinggir ranjang. Kuminum kopi panas yang dibuatkan oleh Tante Heni.

“Cruput, Enak sekali kopinya Tante, bisikku dekat telinganya.

“Maksudnya?”.

“Maksudnya kopi buatan tante sama Main sama tante enak sekali”.

“Mau lagi?”, tanyanya menggoda.

“Iya siapa takut”, kataku tak sabar dengan melingkarkan tangan di bahunya.

“Tapi pelan-pelan ya sayang soalnya punya kamu gede banget”.

“Iya Tante, janji”.

Selesai menyeruput tiga kali kopi panas yang dibuat Tante Heni akupun kembali melakukannya permainan lagi diatas ranjang. Awalnya kita saling berpandangan dan pelan-pelan mulai beciuman antara lidah dan bibir, lalu turun ciuman ke bagian lehernya dan turun menelusuri licinya kain satin dasternya sampai kepusar lalu kucium dan kembali naik keatas kebagian tonjolan putting susunya yang terlihat menjeplak keluar dikain satin dasternya, lalu kukulum dan kugigit-gigit bagian putting susunya sambal kujilat dan kusedot seperti anak bayi menyusui tanpa membuka penghalang kain satin dasternya.

“Roniiii….anghhhh….sedot terus sayang sedot yang kuat sayang”, Tante Heni mulai mendesah kenikmatan.

Semaikn dia mendesah keras semakin kuat sedotan dan jilatanku dikedua putting susunya dan jilatanku turun kembali ke bawah seraya tanganku meremas-remas kedua dadanya. Lalu kujilat turun sampai kebagian belahan vaginanya. Kujilat dengan ujung lidahku  sambil kumainkan itilnya dengan ujung lidahku. Tante Heni mengangkat-angkat panggulnya menahan nikmat jilatanku dibagian belahan vaginanya.

“Anghhhh….ougghhhh….Roniiii…..masukan kontolmu sekarang Tante sudah ngak tahan lagi ayo dong sayang jangan dijilat terus ayo dong masukan kontolllmuuuu”.

Aku segera merayap keatas tubuh Tante Heni. Tangannya segera membantu menempatkan batang kontolku tepat di bibir lehan vaginanya. Dan tanpa menunggu lagi aku tekan kontolku masuk dan membenamkannya sampai dua pertiga. Blesss…..begitu masuk kontolku didalam vaginanya Lalu kupompa dengan sangat ganas.

“Roniiiii….Oughhhh….anghhh….ahhhhh”, desahanya mereguk menahan nikmatanya gerakan kontolku keluar masuk vaginanya sambil tanganya merangkul leher dan punggungku dengan mesra.

 

Rangkulan Tante Heni membuat aku semakin bersemangat dan terangsang. Genjotan keluar masuk kontolku kedalam vaginanya sekarang lebih kuat dan desahan Tante Heni juga semakin terdengar sangat kuat. Dan kutancapkan seluruh batangku sampai dasar rahim Tante Heni.

Sentuhan ini menyebabkan Tante Heni menggeliat-geliat memutar panggulnya dengan ganas, meremas dan menghisap kontolku dengan dinding vaginanya. Seperti kontolku diremas-remas dan Reaksi Tante Heni ini menyebabkan tubuhnya mengejang-ngejang sangat kuat sekali seperti cacing kepanasan.

“Roniii….anghhh…anghhhhhhhhhh”, desahan panjang Tante Heni menandakan dia orgasme.

Melihat itu aku tekan dan tekan lebih dalam lagi kontolku kedasar rahimnya dan kudiamkan sebentar disana dan kurasakan ada denyutan yang meremas-remas kontolku saat Tante Heni orgasme.  Setelah nafasnya mulai teratur aku pun kembali mengoyangkan genjotanku keluar masuk kontolku kevaginanya sambil memeluk dan menidih Tante Heni dengan posisi terlentang diatas ranjang. Semakin lama genjotanku semakin kupercepat dan kurasakan aku segera jebol.

“Tanteee….Heniiiii….akuuu…..mauuu….keluarr…..”, Crottt….crottt…crottt, cairan spermaku muncrat tanpa dapat kutahan lagi keluar didalam vaginanya.

Tubuhku lemas diatas tubuhnya sambil bernafas ngos-ngosan sambil membisikan ditelinganya.

“Ohhhh….enak banget punya Tante bikin Roni benar-benar mucrat didalam”.

“Ya Roni sayang punya kamu juga enak banget bikin aku puas malam ini”, katanya sambil kucium bibirnya dan kembali kita saling berlumatan.

Kami berdua langsung tertidur pulas karena kecapeaan diatas ranjang saling berpelukan masuk didalam selimut kain satin.

Akupun terbangun pada pagi hari. Memang kebiasaanku aku sudah bangun pagi-pagi sekali. Karena aku perlu olahraga. Kupandangi tubuh Tante Heni yang tergolek miring disampingku dengan pakaian daster satin yang telihat kusut tanpa Bra dan Cd. Sebelah kakinya menjulur dari dasternya sedikit keatas di selangkangannya membentuk segitiga sehingga aku dapat melihat bagian dalam pahanya yang putih padat sampai ke pangkalnya. sewaktu aku merasa desakan mau buang air kecil. Karena itu pelan-pelan aku turun dari ranjang terus ke kamar mandi.

Dikamar mandi aku basuh mukaku  dan kumur-kumur, sewaktu Tante Heni mengetok pintu kamar mandi. kubukakan pintu dan Tante memberikan handuk bersih dan menyodorkan sikat  gigi baru dan odol.

“ini Ron, mandi saja disini baru nanti kamu tinggal berangkat sekolah”,katanya.

Akupun cepat-cepat mandi. Keluar dari kamar mandi dengan handuk yang membalut tubuhku, kulihat Tante sudah di dapur menyiapkan sarapan dengan daster satin yang semalam itu.

“Ayo sarapan dulu Ron habis itu kamu berangkat sekolah, Tante juga mau mandi dulu”, katanya meninggalkan aku.

Kulihat di meja makan sudah ada sebuah roti mentega dengan susu panas  cairan kental. Segera kusantap sarapan pagi yang disiapkan Tante Heni dan rasanya sungguh enak sekali di pagi yang dingin.

Tak lama kemudian setelah Tante Heni mandi dan keluar dengan memakai daster dengan bahan satin lagi tapi warna merah muda (pink) dan daster yang semalam dipakai ditaruh diember. Membuat aku jadi horny melihatanya.

Saat membereskan pring dan gelas bekas sarapanku dimeja makan dari belakan kupeluk tubunya dan kucium bagian lehernya dan buah dadanya kuremas-remas.

“Roniiii, udah dong nanti kamu telat sekolahnya sayang”.

“Mumpung masih ada waktu kok Tante habis Tante pakai daster seperti ini bikin Roni Horny”

Karena sudah bernafsu sekali aku angkat tubuh Tante Heni yang ramping itu dengan cara aku gendong pindah ke kamar.

“Ron, kamu kuat sekali”, pujinya kepadaku dengan ototoku yang lumayan besar.

Kubaringkan Tante Heni di ranjang, handuk yang membalut tubuh langsung kulepas. Kemudian Tante Heni melingkarkan kedua tangannya ke leherku dan menarik wajahku mendekati wajahnya lalu mulutnya mencium mulutku dan akupun melumat bibir itu. Dia menjulurkan lidahnya yang aku segera menghisapnya kamipun sama-sama berlumatan.

Lalu kuciumi seluruh wajah dan lehernya. Lalu kuulangi lagi apa yang aku lakukan padanya tadi malam. Meremas-remas buah dadanya, menciumi leher, belakang telinga, menghisap dan menggigit putting sususnya. Sementara itu tangan Tante Heni juga liar merangkul punggung, mengusap tengkuk, dan meremas-remas rambutku.

Lalu sesudah puas menjilat buah dada dan mengulum putting susunya tanpa membuka penghalang dasternya, ciumanku turun ke pusar dan terus ke bawah. Seperti kemarin aku kembali menciumi bagian rambut kemaluanya di sekitar vaginanya yang tebal seperti martabak, menjilat klitoris dan tak lupa bagian dalam kedua pahanya yang putih. Lalu aku mengambil posisi seperti tadi malam untuk menungganginya. Tante Heni menyambut batang kontolku ke lubang vaginanya dengan sangat bergairah. Blessss….kontolku langsung masuk kedalam vaginanya.

Terliahat Tante Heni sudah sangat bergairah sekali merasakan setiap kontolku keluar masuk vaginanya, setiap tusukan kontolku menggesek dinding vaginanya desahanya semakin kian terdengar keras sekali sambil membisikan ke telingaku.

“Ohhh…Ronniii….kamu benar-benar membuat aku jadi lemas karena gesekan kontolmu sayang”.

Tante Heni semakin tersengal-sengal, rangkulannya di punggung dan kepalaku semakin erat. Dan aku tidak lagi melakukan penjajakan. Aku sudah tahu titik kelemahan pertahanannya. Sebab itu aku masuk ke tahap serangan yang lebih hebat. kontolku sudah lebih sering masuk tiga perempat menyentuh dasar liang kenikmatan Tante Heni. Setiap tersentuh Tante Heni menggelinjang. Dia pererat rangkulannya dan dengan nafas tersengal dia kejar mulutku dengan mulutnya dan mulut dan lidah kamipun kembali berlumatan dan kerkucupan.

“Roniiiii, bisiknya. Punyamu panjang sekali bikin Tante ketagihan pingin main sama kamu lagi sayang”.

“Iya Tante sama seperti punya Tante enak sekali, jadi Roni ketagihan jua”, kataku balas memuji dia.

 

Dan pertempuran dipagi itu semakin lama semakin panas berlanjut dari menit kelima hingga ke lima belas menit selanjutnya. Keringat semakin keluar membasahi tubuh kita berdua diatas ranjang, sperai satin tempat tidurnya semakin basah olek keringat kita, Lalu geliat Tante Heni semakin menggila dan ini menyebabkan aku semakin gila juga memompa kontolku menusuk vaginanya. Aku tidak lagi menahan diri seakan-akan cairan spermaku akan segera kelaur.

Kutusuk dan kuhunjamkan kepala kontolku sampai ke pangkalnya berkali-kali dan berulang-ulang ke dasar rahimnya sampai akhirnya Tante tidak sadar menjerit sangat keras.

“Ouuuuoooooohhhhhh….anghhhhh”, Aku terkejut, cepat kututup mulutnya dengan tanganku, takut kedengaran orang yang ada didepan rumah, apalagi kalau kedengaran oleh ibuku di sebelah.

Dan saat itulah kurasakan tubuh Tante Heni mengejang-ngejang sementara mulutnya mengeluarkan suara lolongan yang tertahan oleh tanganku. Dia orgasme hebat sekali pagi itu. Wajah itu juga kelihatan letih sekali saat merasakan orgasme. Aku memperlambat lalu menghentikan genjotanku Tapi batang kontolku masih tertanam didalam vaginanya.

“Enak Tante?”, bisikku.

“Gila kamu Ron, enak sekali bikin ngak bisa kebayang nikmatnya, Tante capek sekali”, katanya membujuk supaya aku melepaskannya.

“Tapi mana aku mau? Aku belum keluar”, sementara batang kontolku yang masih keras perkasa yang masih tertancap dalam di liang vaginanya sudah tidak sabaran hendak melanjutkan pertempuran.

“Tante aku mau keluar diluar didaster satin punya Tante”, kataku meminta dan dia mengangguk mengerti.

Kulepas kontolku yang ada didalam vaginanya dan aku gesek-gesekan kontolku diatas perutnya sambil merasakan licinya daster satin yang dipakai Tante Heni, kedua tangannya kembali merangkulku, mulutnya kembali menerkam mulutku. Kemudian aku tak dapat lagi aku rasakan cairan spermaku akan segera mucrat karena efek licinya gesekan kain satin dasternya itu dengan kontolku dan Crott…crott…crot cairan spermaku mucrat berkali-kali dan membasahi kain satin dasternya. Tubuhku mengejang saat merasakan cairan sperma itu keluar dari dalam kontolku.

Pagi itu aku benar-benar puas dan kembali mandi lagi dan selesai mandi aku pamit untuk sekolah dan Tante Heni kutinggalkan masih terbaring diatas ranjang.

Selama keluarga Tante Heni berlibur seminggu ke Thailand dan kuhabiskan untuk melakukan permainan yang sama diatas ranjang kamarnya setiap malam selama  aku mengginap disana. Kunikmati fantasi kain satin koleksi Tante Heni yang membikin aku bergairah terus bersama Tante Heni.

SEKIAN.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar