Cerita Seks
Ngeseks Janda Beranak 3
Hallo penikmat satin semuanya, hari ini ingin memberikan
sebuah cerita yang pastinya sudah ditunggu oleh kalian semua. Cerita kali ini
berjudul kisah seks ku dengan seorang janda beranak tiga seperti apa ceritanya
langsung saja kita masuk ke bagian ceritanya.
Dimulai saat aku pertama dipindah tugaskan dikantor pusat
Jakarta, aku mempunyai atasan seorang wanita yang bernama Bu Heni dan Bu Heni
orangnya sangat ramah dan pintar bergaul. Tak terasa baru satu bulan dia
menjadi atasanku kami sudah mulai cepat akrab antara bawahan dengan atasan di
kantor. Selain atasanku tenyata Bu Heni berstatus seorang janda beranak tiga.
Setiap hari sepulang bekerja aku selalu ditawari pulang
bareng Bersama Bu Heni dengan mobil yang dikendarainya dan kebetulan juga kami
pulang kerja arah pulangnya sama-sama satu jalur yang sama.
Suatu hari tepatnya hari jumat sore dan besoknya kita
libur, Bu Heni mengajak aku untuk pergi nonton
bareng ke bioskop dan sekalian makan malam disebuah restoran. Jam 4 sore
setelah pulang kerja kami berdua segera meninggalkan kantor dengan mobil jazz
milik Bu Heni untuk mengantar Bu Heni
pulang kerumahnya dulu. Sesampai disebuah komplek perumahan yang cukup
sederhana, tampak rumah dengan model minimalis yang terlihat sedikit mewah.
Bu Heni mengajak aku masuk dulu ke dalam rumahnya. Terlihat
parabotan-prabotan yang mewah ada
didalam rumahnya tersusun sangat rapi sekali dan juga suasana sepi tanpa ada
orang satu pun yang tinggal disana.
“Kok sepi ya Bu, emak anak-anak ngak pada dirumah?”, tanyaku
pada Bu Heni.
“Lah emang sepi Andre, soalnya aku disini tinggal sendiri
disini dan anak-anak tinggal dibogor, jadi kalau pas libur kerja aku pulang ke
Bogor”.
“Ooo…jadi kesepian dong Bu kalau gitu”, godaku ke Bu Heni.
“Ngak sih sekarang kan ada kamu jadi kita bisa
ngobrol-ngobrol”, mendengar perkataan itu hati berbicara nobrol-ngobrol diatas
ranjang hehehe.
Setelah menunggu Bu Heni mandi dan aku juga mandi dikamar
mandi yang ada dibelakang. Malamnya kulihat penampilan Bu Heni terlihat sangat
seksi dan anggun dengan kemeja satin berwarna putih dan rok hitam yang sangat
longgar dengan pot bagian bawah seatas lutut.
“Astaga Bu, ibu terlihat seksi dan penampilan seperti itu
dan terlihat seperti ABG aja”.
“Ah, kamu pakai merayu segala”.
“Bener lho Bu, masak Andre bohong”.
“Ya udah sekarang kita berangkat cari makan”, Mobil Jazz
putih milik Bu Heni langsung aku gas menuju ketempat restoran yang sudah
dipesan.
Selesai menyantap makan malam disebuah restoran, Bu Heni
mengajak aku untuk lanjut nonton keacara midnight show disebuah Bioskop yang
ada disebuah Mall dijakarta. kami segera antri untuk membeli tiket. Masih ada
waktu kira-kira 1 jam yang kami habiskan untuk berbicara satu sama lain.
Selama perbincangan itu kami sudah mulai membicarakan
masalah-masalah yang nyerempet ke arah seks sedikit dan respon beliau sangat
antusias sekali. Tepat pukul 19.00, petunjukan film akan segera dimulai dan kami
segera masuk ke dalam dan mengarah ke belakang kiri, posisi duduk favorit buat
pasangan yang sedang dimabuk cinta.
Pertunjukan belum dimulai aku beranikan diri untuk merangkul
Bu Heni sekalian membelai kepalanya dengan membisikkan kata-kata.
“Bu ?”, kataku.
“Apa Andre?”.
“Selama ini apa Ibu tidak kesepian tinggal sendiri dirumah sebagus
itu tanpa anak-anak dan pendamping hidup”, sedikit aku buka pembicaraan tentang
dirinya.
“Ya kalau kesepian jelas Andre, tapi karena kerjaan kantor
yang selalu menumpuk jadi kesepian itu hilang sendiri”.
“Lah kenapa Ibu ngak cari pendamping hidup lagi, apalagi
tiga anak-anak ibu pasti butuh sosok ayah”. Kataku.
“Anak-anak sudah tumbuh dewasa dan aku juga sudah mulai
menua, mendingan dipikir belakangan saja”.
“Tapi ibu pasti kesepian lho”, sambil kupegang erat gengaman
tanganya.
“Kan ada kamu Andre”, sambil kupandang kedua matanya.
Kuberanikan diriku untuk mencium bibirnya dan respon Bu Heni
bukan menolak atau menaparku karena sikap kurang ajarku terhadap atasanku ini,
sembari aku rangkul tubuhnya.
Film sudah mulai main sedangakan kami berdua saling
berciuman antara bibir dan lidah sampai napasnya terasa tersengal-sengal.
“Mas, jangan di sini dong kan malu, dilihat orang.” Aku yang
sudah terangsang segera mengajaknya keluar bioskop dan mengajak Bu Heni untuk
segera untuk pulang kerumahnya.
Tampak Bu Heni mengikuti apa saja apa perkataanku itu dan
langsung kami segera pulang, Sepanjang perjalanan tanganku sambil menyetir
mobil dengan satu tangan dengan mahir meremas-remas buah dadanya sesekali disertai
desahan yang hebat. Ketika tanganku hendak menuju ke bagian bawah vagina dengan
segera Bu Heni menghalangi tanganku sambil berkata.
“Andre Jangan di sini dong, kamu focus ke depan sambil
nyetir”.
Sesampainya dirumahnya mobil langsung kumasukan kedalam
garasi dan menguci pagar rumahnya dan Bu Heni langsung segera turun dari mobil
dan masuk kedalam rumah. Begitu semuanya terlihat aman, aku segera masuk
kedalam rumah dan menguci Kembali pintu rumahnya. Saat berjalan kedalam rumah aku
segera memanggilnya.
“Bu….Heniiii….dimana?”.
“Aku dikamar Andre, masuk aja”, Begitu masuk dalam kamarnya
terlihat Bu Heni sedang berdiri didepan cermin
meja rias dan sudah mengganti bajunya dengan baju tidur model daster
satin berwarna merah muda yang terlihat sangat seksi.
Kupeluk dari belakang tubuhnya sambil kucium bagian lehernya
dengan sangat lembut sambil kuremas-remas buah dadanya yang sudah tidak ada
penghalangnya lagi. Kuremas sambil kumainkan kedua putting susunya yang
terlihat sangat menonjol menjeplak sangat besar sekali seperti biji buah salak.
“Andreee, kamu kok pintar sekali sih bikin aku merangsang,
padahal aku belum pernah begini dengan orang yang belum aku kenal seperti kamu”.
Tanpa menjawab perkataanya lagi, langsung saja kujilati bagian
lehernya mulai dari belakang hingga ke depan. Kemudian dengan tidak sabarnya aku
buka satu persatu yang baju dan celanaku sendiri yang menempel di badanku
hingga aku bugil total.
Batang penisku yang sudah menegang itu kuselipkan dibagian
belahan pantatnya masuk kedalam terselip dengan kain satin dasternya yang
terasa sangat licin itu dengan posisi berdiri, rupanya Bu Heni sudah tidak
memakai celana dalam lagi didalamnya karena kurasakan saat kugesek-gesekan
penisku disana aku tidak merasakan ada kain penghalang segitiganya, hanya
kurasakan kain satin yang licin mengesek-gesekan penisku.
Kucium dan kujilat bagian kuping dan lehernya sambil terus
kuremas-remas kedua buah dadanya sambil terus penisku aku gesek-gesekan
dibagian pantatnya hingga menembus bagian bibir vaginanya.
“Ounghhhh….”, aku mendesah kenikmatan saat penisku terus
merasakan licinya kain satin daster yang dipakai Bu Heni hingga cairan bening
yang keluar dari lubang penisku membasahi kain satin dastrernya.
“Gimana enak Andre, kamu suka ya”, kataku melihat aku sedikit mendesah.
“Ya Bu….bikin ketagihan”.
Kemudian tubuhku didorong berjalan kebelakang mengarah
kesebuah ranjang yang sangat besar dan empuk dengan cepat pelukanku dilepasnya
dan aku terjatuh terlentang diatas ranjang dengan sangat rakus dijilatinya langsung
penisku yang merah itu dengan mulutnya.
“Ounghhh…..Bu…..enak bangeetttt…..”. Ternyata Bu Heni selama
ini yang aku kenal sosok yang sangat alim dan pendiam rupanya sangat lihai sekali untuk urusan
ranjang.
Dalam hitungan menit posisi kami sudah berubah 69 saling
menjilat antara vagina dan penis. Bagian vagina Bu Heni yang merekah, tampak bulu-bulu yang ada disekitar
vaginanya sudah bersih dicukur habis. 5 Menit, berlalu mendadak terdengar suara
desahan Panjang dan diiringi tubuh yang mengejang-ngejang.
“Andeeeee….anghhhh…..ahhhhh, aku mau keluaarr..”, tubuhnya
yang berada diatas dan menidih tubuhku sambil tubuhnya mengejang-ngejang dan
vaginanya yang terus kujilat dan kusedot bagian klistorinya sudah basah oleh
cairan orgasme yang keluar berupa lendir yang memberitahu kalau Bu Heni sudah
mencapai orgasme.
Selang 4 Menit Bu Heni orgasme kemudian aku segera menyusul
akan segera muncrat cairan spermaku dan dengan cepat kucabut penisku dari dalam mulutnya, kemudian kudorong
tubuhnya yang berada diatasku dan jatuh terlentang diatas ranjang dan dengan
cepat aku segera menidih tubuhnya sambil aku gesek-gesekan penisku diatas perutnya
sambil kupeluk menidih tubuhnya.
“Bu, aku mau keluar..”.
“Lho kenapa ngak didalam mulutku saja kan biar nikmat”, kata
Bu Heni.
Belum sempat kujawab keburu keluar cairan spemaku “Crot..
crot.. crot..” tubuhku kemudian mengejang-ngejang dan aku mendesah kuat saat
cairan spermaku keluar membasahi kain satin daster Bu Heni.
Setelah itu kami pun beristirahat masih posisi aku mendidih
tubuh Bu Heni yang terlentang diatas ranjang.
“Kenapa ngak dikeluari didalam mulut sih Andre”, sambil
dikomplin sama Bu Heni.
“Ngak papa kok Bu, aku pingin keluarnya dikain satin daster
Bu Heni biar lebih nikmat”, kataku.
“Kan lebih nikmat didalam mulut”, tanpa kujawab langsung
kucium lagi bibirnya.
Aku terbaring lemas disamping Bu Heni dan kuambil beberapa
tissue yang ada disamping ranjang dan kubersihkan cairan spermaku yang menodai
kain satin dasternya. Kami berdua istirahat sebentar sambil ngobrol-ngobrol
diatas ranjang sambil tangan Bu Heni kembali mengocok-kocok peniksu yang tampak
terliahat loyo itu. Tidak lama setelahnya penisku menegang lagi tanpa banyak
dikomando lagi Bu Heni segara naik keatas tubuhku dan dituntun segera penisku
itu ke dalam lubang vaginanya.
Tanpa pemanasan lagi dengan cara menggosokkan penisku ke lubang
vaginanya, perlahan penisku mulai masuk sedikit demi sedikit dan akhirnya
Blessss semua batang penisku terbenam masuk kedalam vaginanya dibarengi desahan
kecil Bu Heni.
“Unghhhhh……”, didiamkan sebentar penisku yang sudah masuk
kedalam dasar rahimnya.
Kedua tangganku segera mengenggam kedua buah dadanya yang
masih terhalang kain satin dasternya itu, sesekali ujung putting susunya yang
terlihat menjeplak itu aku sedot dan aku gigit sambil kuhisap-hisap. Gerakan
demi gerakan penisku yang keluar masuk lubang vaginanya mulai kurasakan sangat
nikmat sekali dan terasa masih rapat walaupun sudah mengelurkan 3 orang anak.
Bu Heni mulai bergoyang naik turun diatas tubuhku dengan
Gerakan pelan hingga Gerakan mulai dipercepat. Cplak-cpok suara gesekan penisku
dengan vaginanya becampur cairan lendir menjadi satu. Tenyata memang
benar-benar liar juga Bu Heni untuk urusan yang satu ini, Gerakan
memutar-mutar, maju mundur membuat penisku seperti baling-baling. Desahan kami
berdua untuk mencari pucak kenikmatan semakin terdengar sangat keras bercampur
suara gesekan cairan yang keluar dari dalam vaginanya yang menggesek penisku.
Puncaknya ketika Bu Heni memanggil namaku, “Andreeee.. anghhhh…Andreeee
aku… mau keluar..”, Akhirnya tubuhnya Kembali mengejang-ngejang diatas tubuhku
yang kedua kalinya dan saat bersamaan itu juga saat Bu heni orgasme sembari
mengekang pantatku dan menekannya kuat-kuat penisku masuk lebih dalam vaginanya
tak berselang lama aku pun juga merasakan hal yang sama seperti Bu Heni rasakan
dan tidak bisa kutahan lagi karena cairan spermaku itu agar segera keluar .
“Bu….Heni….anghhh….ahhh…ahhh
akum au keluar Bu” ucapku.
Karena sudah keburu keluar aku terlambat untuk mencabutnya
karena posisi Bu Heni berada diatasku jadi aku hanya pasrah mengeluarkan cairan
spermaku didalam vaginanya.
“Ounghhhh, Bu.. kamu hebat..sekali meskipun sudah punya 3 anak tapi bikin cepat
aku keluar”, ucapku sembari memujinya.
“Makasih Ya, Andre…malam ini sudah bikin aku 2 kali orgasme
dan sudah lama aku tidak merasakan seperti ini”, sambil masih posisi Bu heni
diatas tubuhku dan penisku masih menancap didalam vaginanya kami Kembali
berciuman.
“Maaf Bu, aku keluari didalam”, kucium lagi bibirnya.
“Ngak papa Andre, ngak usah takut santai aja” dan kemudian
Bu Heni Kembali menciumku dan kami saling berlumatan.
Akhirnya malam itu kuhabiskan untuk mengulangi hingga 3 kali
Bersama Bu Heni diatas ranjang kamarnya. Noda keringat dan sperma bercampur
menjadi satu diatas ranjang demi mencari puncak kenikmatan. Sejak itulah Kami
berpacaran antara atasan dan bawahan tapi belum sampai menjuju kejenjang serius
karena masih saling menikmati seks bebas bedua dirumah Bu Heni hingga saat ini.