Kamis, 17 Agustus 2023

CERITA SEKS DENGAN TEMAN KANTOR

Nikmatnya Tubuh seroang Janda Berjilbab beranak satu


Hallo penikmat satin semuanya, hari ini ingin memberikan sebuah cerita yang pastinya sudah ditunggu oleh kalian semua. Cerita kali ini berjudul nikmatnya tubuh seorang janda berjilbab beranak satu seperti apa ceritanya langsung saja kita masuk ke bagian ceritanya biar seru dan selamat menikmati.

Sebut saja Mbak Nana, seperti itulah biasa aku memanggilnya, dia adalah teman sekantorku dan bersebalahan denganku dan dia seorang janda beranak 1 dan belum memiliki pasangan hingga sekarang dan usianya kira-kira 4 tahun lebih tua dariku. Wajahnya sih terlihat biasa saja, tapi walaupun dia janda beranak 1 tapi masih memiliki tubuhnya yang tidak terlalu gemuk dan berkulit putih. Setiap hari bekerja dikantor dia selalu menggunakan kerudung (jilbab) hampir koleksi hijabnya rata-rata berkain satin. kain yang sangat mengkilap dan terlihat anggun, inilah awal ketertarikanku pada sosok dirinya.

Perlu diketahui setiap melihat sosoknya yang berhijab kain satin aku kadang-kadang selalu berfantasi saat melakukan onani dirumah selalu merasakan kehangatan tubuhnya diatas ranjang sedang memakai hijab kain satin.

Apalagi sebagai seorang janda beranak 1 dan sudah lama tidak dijamak oleh seorang laki-laki pasti dia sangat kesepian dan butuh kehangatan belaian seorang dari sosok pria seperti ku saat ini. Setiap hari kuperhatikan dari caranya bicaranya dan tingkah lakunya tampaknya dia tertarik pada diriku. Hal ini kuketahui saat dikantor dari pandangannya padaku dan cara dia memperlakukanku, Terkadang ia memandangiku dan berusaha memegang tanganku bila sedang ngobrol berdua dengannya.

Sebagai seorang lelaki normal aku senang sekali diperlakuan seperti itu, apalagi kalau kita becanda dikantor kami selalu becanda dengan candaan yang sudah diabang wajar dengan menyentuh-nyentuh bagian yang sesitif.  semakin hari aku dan Nana semakin dekat, dari mulai makan siang bareng hingga saat pulang dari kantor selalu pulang bareng, kadang saat mengantarnya pulang saat beboncengan dengan motor, Nana selalu rapat memeluk tubuhku dari belakang, bahkan setelah mau pamit untuk berpisah pulang kerumah tak jarang kami tak segan-segan untuk mencium pipi bahkan bibir.

Suatu hari Mbak Nana tidak masuk kerja karena lagi sakit, kebetulan ada beberapa surat yang harus ditandatanagi saat itu, dengan terpaksa aku harus menemuinya karena bersifat urgent dan penting. Pagi itu jam 7 pagi sebelum berangkat kekantoraku aku menghubungi Nana bahwa aku akan mampir kerumahnya. Singkat cerita aku meluncur menuju rumahnya.

Sesampai depan rumahnya alu langsung masuk dan mengetuk pintu rumahnya beberapa kali, kemudian pintu rumah terbuka dan muncul seorang anak prempuan mengenakan seragam smp, ternyata ia anak mbak Nana.

“Selamat pagi Dik, mama ada?”, kataku sambil tersenyum.

“Ada, om ini om Andre ya?”.

“Iya dik”.

“Silakhan masuk om…”, sapanya sambil mempersilahkan aku masuk.

“Ada om, mama sedang di kamar, sebentar ya aku panggilkan dulu”,  jawabnya,

Kemudian anak itu melangkah menuju kamar mamahnya dan berteriak “maa…., ada tamu tuh dari kantor…ada om Andre”.

Ku lihat pintu kamar terbuka dan muncullah sosok Mbak Nana, terlihat wajahnya tampak berbeda yang biasa memakai hijab dan pakaian tertutup tapi saat itu dia tidak memakai hijab dengan rambutnya yang Panjang disanggul, tampak raut wajahnya sedikit sayu. Pagi itu Mbak Nana hanya mengenakan kimono berkain satin warna pink bermotif bunga-bunga sakura.

“Ma, aku berangkat sekolah dulu ya…” ujar anaknya sambil mencium tangan mamanya

“Ya…, hati-hati sayang di jalan, sekalian  salam dulu sama om Andre”, Kata Mbak Nana terhadap anaknya.

Anak Mbak Nana lalu menghampiriku dan berpamitan sambil mencium tanganku, “Om pamit dulu ya”.

“Ya…Hati-hari dijalan”, ujarku singkat.

Lalu anak Mbak Nana berlalu meninggalkan kami berdua, otakku mulai sedikit kotor membayangkan tubuh Mbak Nana yang terbungkus kimono satin seperti piyama itu dan apalagi kebetulan anaknya pergi kesekolah, jadi aku bisa bermesraan dengan mamanya. namun aku berusaha menahan diri dan berkata

“Gimana Mbak, udah enakan sekarang? maaf ya aku mengganggu bentar, soalnya mau minta tanda tangan dan hari ini harus segera diserahkan”.

“Ya..lumayan deh, tapi masih sedikit pusing, mana berkasnya biar aku tandatangani”, jawab Mbak Nana sambil berjalan kearahku.

Kami duduk berhadapan dikursi sofa kamar tamu, kemudian ia mengambil berkas yang aku sodorkan lalu mulai menandatanganinya. Karena posisi Mbak nana agak menunduk, maka dengan jelas aku dapat melihat belahan dadanya dari sela-sela belahan kimononya yang longgar itu dan ternyata pagi itu Mbak Nana sudah tidak memakai bra lagi didalamnya karena jelas sekali kedua puting buah dadanya tampak menonjol menjeplak dikain satin kimononya.

Aku menatapnya tanpa berkedip melihat bentuk putting susunya seperti tonjolan kecil, ukurannya memang tidak besar tapi bentuknya terlihat masih kencang dan terasa sangat menantang untuk siap dihisap dan diraba.

“Andre…, kamu lagi liatin apa?”, ujar Mbak Nana mengagetkan lamunanku.

“Eh nggak kok, aku sedang memperhatikan tanda tanganmu…kok mbak”, aku sedikit mengelak.

“Lihat tanda tangan atau lihat dadaku?” kata nya sambil kemudian tersenyum kepadaku.

“Hehehe…, lihat itu…kok Mbak, habis pagi-pagi gini sudah disugguhi pemandangan dua buah gunung kembar yang sudah tidak ada bungkusnya, sayang kalau aku lewatkannya…”, candaku sambil mencubit tangganya.

“Dasar laki-laki kalau dikasih lihat dikit jadi penasaran,  nih sudah selesai…tanda tanganya”, ujar Mbak Nana sambil menyodorkan kembali berkas-berkas surat itu kepadaku.

“Ok Mbak, aku langsung ke kantor dulu ya…” kataku pura-pura memancing untuk segera berangkat ke kantor sambil memasukan berkas-berkas surat yang sudah ditandatangani masuk kedalam tas.

“Ngapai buru-buru Andre, kamu kan baru saja datang…, lagian aku mau minta tolong sedikit nih boleh ngak”…jawab Mbak Nana sambil bergerak mendekatiku dan memegang tanganku.

“Bantu apa nih Mbak”.

“Tolong Andre bisa pijitin bentar bagian  badanku yang pegal-pegal…dari kemarin sakit dan tiduran dikamar semua jadi sakit badanku ini. Pijat sebentar aja..ya Andre” pinta Mbak Nana sambil menarik tanganku dan bergerak menuju kamarnya.

Aku hanya diam saja dan menurut apa yang perintahkan Mbak nana.  Sesampai di kamar bukanya aku disuruh mulai memijat tubuhnya tapi melainan dengan posisi berdiri Mbak Nana menarik bagian pinggangku sehingga posisi kami saling berhadap-hadapan dengan jarak yang sangat dekat, wajahnya berada sangat dekat dengan wajahku lalu kemudian Mbak Nana berkata.

“Andre aku kangen banget sama kamu, tiap malam aku selalu membayangimu”, kemudian   bibirnya tiba tiba mencium bibirku.

“Mbak kok sama ya”, tangan Mbak Nana langsung memegang bagian belakang kepalaku dan menariknya seakan menyuruhku untuk terus mengulum bibirnya saat kita sama-sama bercuiman.

Lidahnya dan bibir kami sudah saling bermain-main di mulut membuat nafsuku pagi itu sudah benar-benar naik. Kemudian aku menarik bibirku dan melepas ciumanku, lalu aku berkata

“Katanya mau pijit…kok malah ngajak cipokan?” aku Kembali becanda.

“Habis aku aku kangen banget Andre sama kamu, lagian kita kan jarang-jarang berduaan seperti ini dan aku butuh sosok laki-laki seperti mu”, ujarnya.

Dengan masih posisi berdiri saling berhadapan Kemudian kuremas-remas buah dadanya dari luar kimononya.

“Andre dari pada tadi kamu ngintip sekarang kamu pegang saja sepuasnya kalau kamu suka?…” katanya sambil meremas-remas tanganku yang lagi meremas buah dadanya.

Tangan kananku meremas-remas buah dada kanannya dan mulutku menghisap puting susunya yang menonjol itu, kucium dan kusedot-sedot ya dengan sangat bernafsu, sementara tangan kiriku mulai bergerak meremas-remas bongkahan pantatnya.

“Unghhhhh…..sedot yang kuat Andreee…..aahhhh…”, Mbak Nana sedikit merintih ketika aku menghisap puting susunya.

Kemudian tangan Mbak Nana mulai bergerak mencari-cari retsleting celanaku dan membukanya lalu dengan cepat melepaskan ikat pinggangku hingga  celanaku jatuh kelantai.  Dengan cepat tanpa dikomondao lagi celana dalamku sudah ikut terlepas juga, otomatis batang penisku yang sudah tegang itu langsung menyembul.

Mbak Nana  merubah posisinya menjadi duduk berjongkok dihadapanku, kemudian kepala penisku dijilat dan dihisapnya dengan rakusnya.

“Anghhhhh….ungggg….Mbakk…..enak banget sayang”, aku melenguh kenikmatan.

Sambil berjongkok Mbak Nana terus mengulum dan menghisap-hisap penisku, sambil tangannya meremas-remas pantatku, aku paham sekali sebagai seorang janda dia sangat merindukan penisku ini. Jilatan dan hisapannya membuat nafsuku makin tak terbendung.

Kemudian aku angkat tubuhnya untuk berdiri dan langsung kurebahkan di atas ranjang kamarnya dan kulepas celana dalamnya tanpa melepas kimononya, kini kami bergulat dengan posisi 69, Mbak Nana posisi berada dibawah sedang terus mengulum dan menghisap penisku, sedangkan aku diatas tubuhnya juga terus kujilati bibir vaginanya dan klitoris dengan lidahku sambil kusedot-sedot.

“Anghhhh…aahhhh..anghhhh”, desahan Mba Nana semakin keras ketika kujilati labianya yang sudah amat basah dan berdenyut-denyut, pantatnya bergelinjang kian kemari.

Kusedot semakin kuat bagian klistorinya dan lubang vaginanya dan makin kerasnya desahan Mbak Nana, Tak lama kemudian,

“Aaaahhh….aaghh….oohhhh… Andreeeee…..”, rupanya Mbak Nana sudah mendapatkan orgasme pertamanya dan tubuhnya mengejang-ngejang sangat hebat sekali, kurasakan cairan lendirnya keluar dari lubang vaginanya dan kujilati terus dan terus sehingga tidak ada yang tersisa.

Begitu Mbak Nana mulai terkulai lemas posisi ada dibawahku, aku segera berbalik dengan posisi batang penisku mengarah kelubang vaginanya. Kulihat lubang vaginanya sudah basah oleh sisa cairan lendir yang baru saja orgasme. Kugesek-gesekan perlahan kepala peniksu dibibir ujung vaginanya kemudian Mbak Nana sedikit menggelinjang-gelinjang seolah tak sabar untuk merasakan batang penisku masuk ke lubang vaginhanya.

“Ayo dong Andreee….tunggu apa lagi…masukan sekarang jangan digesek-gesek aja”.

Perlahan kugesek-gesekan dan kumasukan penisku kelubang vaginanya, Blesssss….karena sudah sangat basah sekali lubang vaginanya tanpa ada hambatan batang penisku langsung menerobos masuk hingga kedasar rahimnya yang paling dalam.

“Anghhhh….unggggg….Andree…..anghhhh”, begitu penisku masuk.

Perlahan mulai aku gerakankan dengan sedikit kupompa keluar masuk batang penisku dilubang  vaginanya dan desahan Mbak Nana mulai merintih-rintih merasakan kenikmatan yang sekian lama tidak pernah dirasakannya selama dia menjanda, pantatnya bergoyang-goyang bergerak mengikuti irama permainan dan tusukan keluar masuk penisku ke dalam vaginanya.

Beberapa saat kami bercinta dalam posisi missionari ini, vaginanya masih terasa seret juga walaupun dia sudah memiliki satu anak, namun jepitan lubang vaginanya masih terasa kuat mencengkram batang penisku yang berukuran sedang, tidak terlalu besar tetapi juga tidak kecil seperti rata-rata ukuran kemaluan orang indonesia. bahkan vaginanya  terasa dapat memijit-mijit batang penisku,  sehingga penisku serasa diperas oleh didinding vaginanya.

Kemudian aku merubah posisi bercinta ini menjadi doggy style, kumasukkan penisku ke vaginanya dari arah belakang sambil meremas-remas pantatnya. Dalam posisi ini aku merasakan kenikmatan yang lebih dahsyat, mungkin dikarenakan dalam posisi ini vagina ratna lebih menjepit batang penisku dibanding posisi missionary. Mbak Nana terus menggerakan pingulnya kedepan dan kebelakang, buah dadanya bergantung dan sesekali aku meremas dengan tanganku dari luar kimononya.

“Ooouugghhh….aaahhhh…terus….Andreee….aku sudah mau keluar….lagi”, desahan dan rintihan Mbak Nana semakin menjadi membuat aku semakin bernafsu dan mempercepat irama kocokanku…keluar masuk penisku ke vaginanya.

”Cplak celok…plok…plok…” suara selangkanganku yang beradu dengan pantatnya seiring gerakan pompaanku yang terus bergerak maju mundur.

“Anghhh….aaaahhh…enak sekali Mbak, punyamu bikin ketagihan”,  aku mulai meracau merasakan sesuatu yang terasa ada menjalar seolah akan meledak di ujung kepala penisku.

Kemudian dengan cepat  kurubah lagi posisiku, kubalikan lagi tubuhnya terlentang dibawah dan aku diatas dengan posisi missionary, kedua kakinya mulai menyilang diatas tubuhku seakan-akan tidak boleh terlepas penisku didalam vaginanya, dalam posisi ini vaginanya terasa sangat rapet sekali, tanganku meremas-remas kedua buah dadanya yang masih terhalang kain satin kimononya, bibirku mengulum bibirnya dan menyedot-nyedot lidahnya…, tusukanku semakin kupercepat dan rasanya ujung kepala penisku kutekan hingga mentok di dasar rahimnya,

Desahan Mbak Nana semakin tidak henti-hentinya terus mendesah kenikmatan merasakan gesekan batang penisku yang bergerak keluar masuk lubang vaginanya.

“Anghhh….ahhhh…aaahhhh….aahhh….Andreee….sayang….aku sedikit lagi mau keluar…lagiiii”, Mbak Nana semaikin kuat menyilankan kedua kakinya menjepit tubuhku serta menggoyang pantat dan pinggulnya berlawanan dengan gerakan tusukan batang penisku didalam vaginanya. Dan beberapa saat kemudian aku juga merasa cairan spermaku sudah akan segera keluar dan sudah tidak dapat ku tahan lagi menahan lahar yang akan kusemburkan kedalam vaginanya.

Crottt…crottt…crottt, cairan spermaku keluar sangat banyak sekali didalam vaginanya dan seluruh tubuhku teras mengejang-ngejang saat cairan spermaku keluar dari lubang penisku.

“Ounggghhhh…oooohhhh…anghhh….aku keluar Mbak…anghhh….aahhhhh…”, batang penisku ditancapkan lebih dalam lagi oleh Mbak Nana dengan kedua kakinya yang menyilang ditubuhku.

Saat aku orgasme Mbak Nana pun merintih merasakan kenikmatan yang kedua kalinya merasakan orgasme. Tumpahan lahar cairan spermaku membanjiri didasar rahimnya hingga meleleh keluar jatuh diatas kain sperai ranjangnya.

“Andreee…anghhhh…nikmat sekali rasanya….Andre..”, Akupun segera memeluknya erat-erat dan tak merubah posisiku untuk beberapa saat.

Batang penisku masih tertancap didalam vaginanya dan berkedutan melepas sisa-sisa cairan spermaku dari dalam penisku, setelah beberapa saat akupun melepaskan pelukanku dan berbaring disisinya.

“Makasih ya…Andre….aku benar-benar puas hari ini, udah lama aku tidak merasakan permainan seperti ini”, bisik Mbak Nana perlahan ditelingaku.

Kemudian ia memelukku dari samping dan kepalanya bersandar di dadaku…, kamipun terdiam sesaat…seolah terhanyut oleh lamunan kami masing-masing. Jujur saat ini aku sangat puas bisa melakukan hubungan seks dengan Mbak Nana janda beranak satu ini. Dan sejak itulah kami jadian menjadi sepasang kekasih demi mencari kepuasan diatas ranjang.

TAMAT


Tidak ada komentar:

Posting Komentar