Minggu, 14 September 2025

Cerita Seks Dengan Ibu Sherly

 

Awal aku mengenalnya dengan Ibu Sherly pada saat aku mendapat undang dari perusahaan tempatku bekerja untuk memberikan penjelasan lengkap mengenai produk yang akan dipesannya.

Sebagai seorang marketing, perusahaan mengutusku aku untuk datang. Pada awal pertemuan siang itu, aku sama sekali tidak menduga bahwa Ibu Sherly yang kutemui ternyata pemilik langsung perusahaan. Wajahnya cantik, berkaca mata dan memiliki kulitnya putih, tubuhnya tinggi langsing (Sekitar 175 cm) dengan dada yang yang tidak terlalu besar. Bagian pinggulnya yang dibalut span ketat membuat bentuk pinggangnya yang ramping kian mempesona, juga pantatnya terlihat sungguh sangat montok, bulat dan masih kencang.

Sepanjang pembicaraan dengannya, konsentrasiku tidak 100%, melihat gaya bicaranya yang intelek, gerakan bibirnya yang sensual saat sedang bicara. Di sofa yang berada di ruangannya yang mewah dan lux, kami akhirnya sepakat mengikat kontrak kerja. Sambil menunggu sekretaris Ibu Sherly membuat kontrak kerja, kami mengobrol kesana-kemari bahkan sampai ke hal-hal yang agak pribadi.

Aku berani bicara kearah sana karena Ibu Sherly sendiri yang memulai. Dari pembicaraan itu, baru kuketahui bahwa usianya sudah tidak muda lagi hampir 40 tahun tapi masih terlihat awet muda, Ibu Sherly memegang jabatan sebagai seorang direktur sekaligus pemilik perusahaan menggantikan almarhum suaminya yang meninggal karena kecelakaan pesawat.

“Pak Andre sendiri umur berapa”, bisiknya dengan nada mesra.

“Saya umur 28 tahun, Bu!” balasku.

“Sudah berkeluarga”, pertanyaannya semakin menjurus, aku sampai PD sendiri.

“Belum, Bu!”

Tanpa kutanya, Ibu Sherly menerangkan bahwa sejak kematian suaminya setahun lalu, dia belum mendapatkan penggantinya.

“Ibu masih terlihat cantik, masih terlihat muda, saya rasa mata lelaki-laki akan berlomba mendapatkan Ibu Sherly”, aku sedikit memujinya.

“Memang, ada benarnya juga yang Bapak Andre ucapkan, tapi mereka rata-rata juga mengincar kekayaan saya”, nadanya sedikit merendah.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu, Ibu Sherly bangkit berdiri membukakan pintu, ternyata sekretarisnya telah selesai membuat kontrak kerjanya.

“Kalau begitu, saya permisi pulang, Bu!, semoga kerjasama ini dapat bertahan dan saling menguntungkan”, aku segera pamit dan mengulurkan tangan.

“Semoga saja”, tangannya menyambut uluran tanganku.

“Terima kasih atas kunjungannya, Pak Andre.”

Cukup lama kami bersalaman, aku merasakan kelembutan tangannya yang bagaikan kain satin, namun sebentar kemudian aku segera menarik tanganku, takut dikira kurang ajar. Namun naluri laki-lakiku bekerja, dengan halus aku mulai merancang strategi untuk bisa kesempatan mendekatinya.

“Oh ya, Bu Sherly, sebelum saya lupa, sebagai perkenalan dan mengawali kerjasama kita, bagaimana kalau Ibu Sherly saya undang untuk makan malam bersama”, aku mulai memasang umpan.

“Terima kasih”, jawabnya singkat.

“Mungkin lain waktu, saya hubungi Pak Andre, untuk tawaran ini.”

“Saya tunggu, Bu.. permisi”

Aku tak mau mendesaknya lebih lanjut. Aku segera meninggalkan kantor Ibu Sherly dengan sejuta pikiran dalam benakku. Sepanjang perjalanan, aku selalu terbayang kecantikan wajahnya, postur tubuhnya yang ideal. Ah.. kayaknya semua kriteria cewek idaman ada padanya.

Tak terasa satu bulan sejak pertemuan itu, meskipun aku sering mampir ke tempat Ibu Sherly dalam kurun waktu tersebut, tapi tidak kutemui tanda-tanda aku bisa mengajaknya sekedar Dinner. Meskipun hubunganku dengannya menjadi semakin akrab.

Menginjak bulan ke-2, akhirnya aku bisa mengajaknya dia keluar sekedar makan malam. Aku ingat sekali waktu itu pas malam Minggu, kami bagai sepasang kekasih, meskipun pada awalnya dia ngotot ingin menggunakan mobilnya yang mewah, akhirnya dia bersedia juga menggunakan mobil Avanzaku.

Beberapa kali malam Minggu kami keluar, sungguh aku jadi bingung sendiri, aku hanya berani menggenggam jarinya saja, itupun aku gemetaran, degup-degup di jantungku terasa berdetak kencang padahal hubungan kami sudah sangat dekat, bahkan aku dan dia sama-sama saling memanggil nama saja, tanpa embel-embel Pak atau Bu.

Sampai pada malam Minggu yang kesekian kalinya, kuberanikan diri untuk memulainya, waktu itu kami di dalam bioskop. Dalam keremangan, aku menggenggam jarinya, kuelus dengan mesra, kelembutan jarinya mengantarkan desiran-desiran aneh di tubuhku, kucoba mencium tangannya pelan, tidak ada respon, kulepas jemari tangannya dengan lembut. Kurapatkan tubuhku dengan tubuhnya, kupandangi wajahnya yang sedang serius menatap layar bioskop.

Dengan keberanian yang kupaksakan, kukecup pipinya. Dia terkejut, sebentar memandangku. Aku berpikir pasti dia akan marah, tapi respon yang kuterima sungguh membuatku kaget. Dengan tiba-tiba dia memelukku, mulutnya yang mungil langsung menyambar mulutku dan melumatnya.

Sekian detik aku terpana, tapi segera aku sadar dan balas melumat bibirnya, ciumannya makin ganas, lidah kami saling membelit mencoba menelusuri rongga mulut lawan. Sementara tangannya semakin kuat mencengkram bahuku. Aku mulai beraksi, tanganku bergerak merambat ke punggungnya, kuusap lembut punggungnya, bibirku yang terlepas menjalar ke lehernya yang jenjang dan putih, aku menggelitik belakang telinganya dengan lidahku.

“Ibu Sherly, aku sayang kamu”, kubisikkan kalimat mesra di telinganya.

“Ya Pal Andre, akupun sayang kamu”, suaranya sedikit mendesah menahan birahinya yang mulai bangkit.

Dan saat tanganku menyusup ke dalam blous satin nya, erangannya semakin jelas terdengar. Aku merasakan kelembutan buah dadanya, kenyal. Kupilin halus putingnnya, sementara tanganku yang satunya menelusuri pinggangnya dan meremas-remas pinggulnya yang sangat bahenol.

Segera kubuka kancing blous bagian depannya, suasana bioskop yang gelap sangat kontras sekali dengan buah dadanya yang putih. Perlahan kukeluarkan buah dadanya dari branya, kini di depanku terpampang buah dadanya yang sangat indah, kucium dan kujilat belahannya, hidungku bersembunyi diantara belahan dadanya, lidahku yang basah dan hangat terus menciumi sekelilingnya perlahan naik hingga ke bagian putingnya.

Kuhisap pelan putingnya yang masih terlihat besar dan Panjang, kugigit lembut, kudorong dengan lidahku. Ibu Sherly semakin meracau. Tanganya menekan kuat kepalaku saat putingnya kuhisap agak kuat. Sementara aku merasakan gerakan di celanaku semakin kuat, penisku sudah menegang maksimal.

Tanganku yang satunya sudah bergerak ke bagian pahanya dan masuk kedalam roknya, sementara mulutku mengisap terus puting buah dadanya kiri dan kanan. Dan saat jariku sampai di pangkal pahanya, aku menemukan celana dalamnya. Perlahan jari-jariku masuk lewat celah celana dalamnya, kugeser ke kiri, akhirnya jari-jariku menemukan rambut kemaluannya yang sangat lebat.

Dengan tak sabar, kugosokkan jariku di klitorisnya sementara mulutku masih asyik menjilati puting buah dadanya yang semakin mencuat ke atas pertanda gairahnya sudah memuncak, meskipun jari-jariku sedikit terhalang celana dalamnya tapi aku masih dapat menggesek klitorisnya, bahkan dengan cepat kumasukkan jariku ke dalam lubang vaginanya yang terasa agak basah. Jariku berputar-putar di dalamnya, sampai kutemukan tonjolan lembut bergerigi di dalam kemaluannya, kutekan dengan lembut G-spotnya itu, kekiri dan kekanan perlahan.

“Anghhhhh..Andreeee.. aku sudah nggak tahan.. Terus Andreee.. ounghhh..” Suaranya makin keras, birahinya sudah dipuncak.

Tangannya menekan bagian kepalaku ke buah dadanya hingga aku sulit bernafas, sementara tangan yang satunya menekan tanganku yang di kemaluannya semakin dalam. Akhirnya kurasakan seluruh tubuhnya mengenjang-gejang, kuhisap kuat puting susunya, kumasukkan jariku semakin dalam.

“Anghhhhh..oungghhh..anghhh….Andreee... aku ke..lu..ar..anghhhh” Kurasakan jariku hangat dan basah.

Aku hanya bisa diam, menahan tegangnya batang penisku yang belum terlampiaskan tapi rupanya Ibu Sherly sangat pengertian. Dengan lincahnya dibukanya reitsleting celanaku, jari-jarinya mencari penisku dan aku segera membantunya dengan menggerakan sedikit tubuhku. Saat tangannya mendapatkan apa yang dicarinya, sungguh reaksinya sangat hebat.

“Oh.. besar sekali punya mu Andre”.

Batang penisku yang sudah sedikit kaku perlahan dikocoknya, aku merasakan nikmat atas perlakuannya, sementara tangannya asyik mengocok batang penisku, tangan satunya membuka kancing bajuku, mulutnya yang basah menciumi dadaku dan menjilati putingku, sesekali Ibu Sherly menghisap putingku. Aliran darahku semakin panas, gairahku makin terbakar. Aku merasakan spermaku sudah mengumpul di ujung penisku, sementara kepala penisku semakin basah oleh pelumas yang keluar.

“Ounghhhh….Bu…Sherrlllyyyy…..aku sudah nggak tahan..mauuuu….keluarrr”,

“Tahan sebentar, Andre..”, Ibu Sherly melepaskan jilatan lidahnya di dadaku dan langsung memasukkan batang penisku ke dalam mulutnya, aku merasakan kuluman mulutnya yang hangat dan sempit.

Kulihat mulutnya sampai sesak oleh batang penisku. Ibu Sherly semakin kuat mengocok batang penisku ke dalam mulutnya. Akhirnya kakiku sedikit mengejang untuk melepaskan cairan spermaku.

“Ibuuu….Sherrllyyy….aakuuuu….mauuuu….keluar..Anghhhh….aaahhhh” kutarik rambutnya agar menjauh dari batang penisku, tapi Ibu Sherly justru memasukkan batang penisku makin dalam ke dalam mulutnya, aku sudah tidak bisa lagi menahan laju cairan spermaku yang akan keluar.

Crott….crottt…crotttt, kulepaskan cairan spermaku kedalam mulut Bu Sherly dengan sangat banyak mengisi rongga mulutnya.

Ibu Sherly dengan lahap langsung menelannya dan membersihkan semua sisa cairan yang tertinggal di kepala lubang penisku dengan lidahnya. Aku menarik nafas panjang mengatur detak jantungku yang tadi sangat cepat. Aku tidak nyangka cairan spermaku ditelan habis-habis olehnya.

Setelah lampu menyala kembali pertanda pertunjukan telah selesai, kami sudah rapi kembali. Kulihat jam di pergelangan tanganku menunjukan pukul 10.00 malam. Aku langsung segera mengantarnya pulang, dalam perjalanan kami tak banyak bicara, kami saling memikirkan kejadian yang baru saja kami alami bersama.

Sampai di komplek perumahan yang cukup mewah segera memasukan mobilku didalam garasinya dan malam itu Ibu Sherly sengaja menyuruh aku jangan pulang dulu karena malam yang semewah itu dia tinggal sendiri hanya ada beberapa satpam komplek perumahan yang menjaga area komplek.

“Ibu tinggal sendirian dirumah semewah ini”, kataku.

“Iya Andre, hanya ada 2 pembantu aja yang tinggal disini tapi kalau sore dia minta pulang karena rumahnya tidak jauh dari sini”.

“Kesepian terus dong Bu kalam udah malam”.

“Iya Andre, semenjak suamiku meninggal aku hanya tinggal sendiri, pingin tenag aja”.

“Tapi kan butuh ketenanga juga lho Bu, pasti ibu pasti butuh yang kayak tadi kita lakukan didalam bioskop”, pancingku.

“Dasar laki-laki bisa aja, oh ya kamu mau minum apa?” tawanya.

“Ngak usah repot-repot Bu tadi kan udah minum juga”.

“Aku buatkan kopi ya”, kemudian Bu Sherly berjalan kebelakang sedangkan aku duduk dikursi sofa kamar tamunya.

Hampir 15 meniatan aku menunggu malam itu Bu Sherly ternyata sudah mengganti pakaianya dengan baju tidur model daster satin berwarna merah muda tanpa bra dan celana dalam lagi. Kedua mataku tak henti-hentinya memandang tubuhnya yang membawa secagkir kopi panas.

“Kamu lihat apa sih Andre kayak orang kesurupan aja”, sambil menaruh secangkir kopi panas dimeja.

“Wo…wow…Bu memang seksi dengan pakaian seperti itu bikin yang ada didalam calana bangun nih”

“Ya kalau aku dirumah memang seperti ini Andre, emang ada yang salah”.

“Salah sing ngak Bu, tapi kan ada aku disini nanti kalau ibu tak perkosa gimana” pacingku sambil bercanda.

“Kalau aku yang memperkosa kamu aku kasih Andre”, begitu Bu Sherly duduk disebelahku dan belum sempat aku minum kopiku aku langsung terkam tubuhnya dan kami sudah saling sama-sama berlumatan anatara bibir dan lidah.

 “Ounggg….Andree….malam ini puaskan aku, kita pindah kekamar aja” kemudian aku mengangkat tubuhnya menuju kamar pribadinya yang sangat luas dan mewah.

Kulihat sebuat ranjang yang besar dan sangat mewah beralaskan kain sperai berkain satin model pinggiranya seperti rendra-rendra dan bermotif gambar mawar dan kubaringakan tubuh Bu Sherly disana. Kedua tangannya langsung membuka kancing bajuku dan celanaku sampai aku dalam hitungan detik sudah telanjang total, sementara pikiranku semakin bingung, kenapa Ibu Sherly yang tadinya sedikit kalem bisa berubah ganas begini.

Tapi pikiranku mulai tidak berpikir lagi dengan gairah yang mulai berkobar di dadaku, terlebih saat tangannya dengan lihai mengusap bagian  dadaku. Bagaian seluruh tubuhku dicium dan dijilatinya dengan penuh nafsu. Bu Sherly sangat licahnya bergulat diatas ranjang dia seperti pemain film-film bokep yang sering aku lihat. Aku pun tak mau kalah dengan sigapanya, di ranjangnya yang empuk kami bergulat saling memilin, melumat, dan saling menghisap.

Kami saling melihat, aku melihat kesempurnaan tubuhnya, apalagi di daerah selangkangannya yang putih bersih, sangat kontras dengan bulu kemaluannya yang sangat hitam dan lebat. Dan Bu Sherly  memandangi bagian batang penisku yang mengacung menunjuk langit-langit kamar. Hanya sebentar kami berpandangan, aku langsung meraih tubuhnya dan menidihnya diatas ranjang.

Kutidih tubuhnya, aku mulai menciumi seluruh tubuhnya, lidahku menari-nari dari leher sampai ke bagian tubuhnya, kujilati bagian kain satin dasternya yang masih melekat ditubuhnya. Kuhisap tonjolan  puting yang menjeplak diluar kain satin dasternya, kujilat dan sesekali kugigit dengan mesra sambil kuhisap-hisap. Sementara tanganku yang lain meremas-remas bagian pinggul dan pantatnya yang sangat kenyal.

Pergulatan kami semakin panas, kami saling menghisap puting dada. Saat aku memainkan puting dadanya yang sudah mencuat, lidahnya menjilati putingku. Aku turun menjilati perutnya, kurasakan juga perutku dijilati dan akhirnya lidah kami saling menghisap kemaluan. Dengan posisi 69 aku merasakan kehangatan dibagian kepala penisku dihisap-hisap dan menari-nari didalam mulutnya sedangkan lidahku tidak mau kalah kujilati bagian lubang vaginanya semakin dalam masuk dengan lidahku yang telah basah, kuhisap bagian  klitorisnya kuat-kuat, kurasakan tubuhnya bergetar hebat.

Lima belas menit sudah kami saling menghisap, nafsuku yang sudah di ubun-ubun menuntut penyelesaian. Segera aku membalikkan tubuhku. Kembali kutindih tubuh Bu Sherly tanpa membuka dasternya dan kami kembali saling melumat bibir, sementara batang penisku yang sudah basah oleh cairna liurnya kuarahkan ke celah pahanya, Tubuh kami sudah bersimbah peluh.

Akhirnya tak sabar tangan Bu Sherly segera mengarahkan batang penisku kelubang vaginanya, setelah sampai di pintu bibir vaginanya, kutekan masuk penisku dan Bu Sherly segera membuka kedua pahanya lebar-lebar dan batang penisku langsung melesak masuk ke dalam vaginanya yang sudah sangat becek itu.

Bless…..Kepala penisku sudah berada di dalam vaginanya. terasa hangat dan seperti digigit. Kutahan penisku didalam vaginanya dulu, aku menikmati remasan bagian dinding vaginanya. Perlahan semakin kutekan pantatku, penisku semakin masuk semuanya lebih dalam. Bibirnya dan jilatnya Bu Sherly terus berada di lenganku saat aku mulai genjot naik turunkan pantatku dengan gerakan teratur mengerakan kaluar masuk penisku didalam vaginanya.

Remasan dan jepitan bagian liang vaginanya diseluruh batang penisku terasa sangat nikmat sekali aku rasakan. Apalagi saat kubalikan tubuhnya menghadap ke samping. Penisku menghujam semakin dalam, kuangkat sebelah kakinya ke pundakku. Batang penisku amblas sampai mentok di mulut rahimnya. Puas dari samping, tanpa mencabut penisku, kuangkat tubuhnya, dengan gerakan elastis kini aku menghajarnya dari belakang.

Tanganku meremas bongkahan pantatnya dengan kuat, sementara pensiku keluar masuk semakin cepat. Erangan dan rintihan yang tak jelas terdengar lirih, membuat semangatku semakin bertambah. Ketika kurasakan ada yang mau keluar dari dalam penisku, segera kucabut takut aku keburu muncrat.

“Cplok..” terdengar suara saat batang penisku kucabut, mungkin karena ketatnya lubang vaginanya yang mencengkram penisku.

“Aunggghh, kenapa Andree.. dilepas aku bentar lagi mau dapat nih”, protes Bu Sherly.

Dia langsung mendorong tubuhku, kini aku telentang di bawah, dengan sigap Bu Sherly meraih batang penisku dan memasukkannya ke dalam lubang vaginanya sambil berjongkok diatas tubuhku.

Bu Sherly dengan buasnya dan ganasnya bergerak naik turunkan pantatnya, sementara aku di bawah sudah tak sanggup rasanya menahan kenikmat yang kuterima dari gerakan tubuhnya yang menghajar penisku dengan vaginanya, apalagi saat pinggulnya sambil naik-turun digoyangkan juga diputar-putar, aku bertahan sekuat mungkin agar aku tidak buru-buru keluar.

Hampir 30 menit sudah berlalu kami berada diatas ranjang, kulihat Bu Sherly semakin cepat bergerak, cepat hingga akhirnya aku merasakan ada semburan hangat yang memgasahi batang penisku saat tubuhnya mengejang-ngejang saat orgasme.

“Anghhh….anghhhh….Oungggg….Andreee…..Unghhhh..enak…bangett….sayang.” tubuhnya lalu jatuh dipelukanku dan posisi tengkurap di atas tubuhku, kurasakan dinding vaginanya berdenyut-denyut menjepit batang penisku yang masih berada didalam vaginanya.

Kurasakan buah dadanya menekan tubuhku seirama dengan tarikan nafasnya yang sedikit ngos-ngosan. Setelah beberapa saat, aku sudah merasakan cairan spermaku tidak jadi keluar, aku segera kubalikkan tubuhnya kembali. Kini dengan gaya konvensional aku mencoba meraih puncak kenikmatan, kemaluannya yang agak basah tidak mengurangi kenikmatan.

Aku terus menggerakkan tubuhku. Perlahan gairahnya kembali bangkit, terlebih saat batang penisku  mengorek-ngorek lubang vaginanya kadang sedikit kuangkat pantatku agar G-spotnya tersentuh. Kini pinggul Bu Sherly mulai bergoyang seirama dengan gerakan pantatku. Jari-jarinya yang lentik mengusap dadaku, putingku dipilin-pilinnya, hingga sensasi yang kurasakan tambah gila.

15 menit sudah aku bertahan dengan gaya konvensional. Perlahan aku mulai merasakan cairanku spermaku segera akan keluar. Saat gerakanku sudah tak beraturan lagi, berbarengan dengan hisapan Bu Sherly pada putingku dan pitingan kakinya di bagian pinggangku.

“Ibu Sherrllyyyy…..aku mauuuu…keluarrrr……”.

“Teruss…..sayangg….keluar…..didalam saja”.

Crott…cerott…crottt….“ Anggghhh….aahhh….aahhhhh”, tubuhku mengejang-ngejang saat cairan spermaku keluar didalam vaginanya. Dan akhirnya kamu terkulai lemas sama-sama merasakan kepuasan diatas ranjang

Sejak kejadian itu, kami sering melakukannya. Aku baru tahu ternyata gairah Bu Sherly sangat tinggi kalau pas diatas ranjang, selama ini dia bersikap diam dan tertutup, karena mungkin menjaga privasi dan tidak mau sembarangan orang tau apalagi dia seorang direktur sekalian pemilik perusahaan.

Apalagi begitu dia tahu bahwa batang penisku dapat dua kali lipat mendapatkan orgasme dibandingan alm suaminya itu, Bu Sherly tambah lengket saja denganku. Memang yang kehidupanku derastis berubah  semenjak aku dekat dengan Bu Sherly tapi aku tidak mengejar kekayaan miliknya yang aku kejar hanyalah kenikmatan yang diberikan terhadaku yang didasari karena Cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar