KENIKMATAN
BERSAMA MBAK MAYA
Pada
sore hari selepas aku pulang kerja sehabis mandi kurebahan tubuhku di tempat
tidur, sambil memutar film bokep yang aku sewa tadi sepulang kerja. Sambil
nonton pensiku yang sudah berdirik tegak karena efek film bokep aku kocok-kocok
dengan tanganku. Lagi nikmatnya sedang onani, Beberapa menit kemudian saya
dengar pintu kamarku ada yang membuka. Saya tetap diam saja seolah sedang
keasyikan onani. Tidak terlihat tanda-tanda orang yang masuk kedalam kamarku
tapi aku melihat ada seorang yang mengintip aku sedang onani. Spontan aku menghentikan aksi onani dan
langsung melihat siapa gerangan yang mengintipku dari balik pintu itu.
Astaga!
Ternyata Mbak Maya yang mengintip aku sedang onani tadi. kemudian bayangan itu
lenyap begitu saja. Aku tahu dia sering mengintip aksiku sedang beronani saat
dikamar lantaran Mbak Maya kesepian dan sudah jarang lagi mendapat kebutuhan
biologis dari suaminya karena ditinggal pergi berlayar. Kini aku mengerti
kenapa Mbak Maya selalu sembunyi-sembunyi melihatku seperti ini.
Menjelang
malam, saat di meja makan kami makan bersama-sama menyantap makan malam bersama
kedua anak-anak Mbak maya yang masih kecil-kecil. Berkali-kali aku merasakan
Mbak Maya selalu memperhatikan aku saat menyantap makanan saat dimeja. hatiku
berdebar-debar kenapa dia memperhatikanku seperti itu. Selesai menyantap makan
malam semua beranjak dari meja makan, kedua anak-anak Mbak Maya langsung pergi
kedalam kamarnya bersama baby sister dan sekarang tinggal kami berdua. Selesai
makan kami tidak segera pergi.
Saat
kami duduk diruang makan tiba-tiba Mbak Maya menanyaiku
“Mas
Roni apa suka begitu kalau sering didalam kamar?” Mbak Maya mebuka suara. Aku
spontan kaget. Dia duduk persis di sebelahku. Sambil melihatku. Kedua matanya
seakan-akan dia ingin mendapatkan kebutuhan biologis dari seorang laki-laki.
“Maksud
Mbak May apaan sih?” saya pura-pura tidak tahu.
“Tadi
Mbak lihat Mas lagi asyik dikamar, Kalau sedang begitu jangan lupa kunci
pintunya. Mbak takut kalau anak-anak melihat Mas lagi begituan, kalau anak-anak
tahu gimana?”.
“Ah
Mbak May apaan sih?” aku sengaja tetap pura-pura tidak mengerti.
“Tadi
lho Mas lagi onani kan?”
“Ohh
itu habis aku lagi on jadi terpaksa Mbak.” Aku jadi berpura-pura malu
dihadapanya.
“Ya
lain kali pintu jangan lupa dikunci”, Perasaan aku sangat senang mendengarnya
sambil menunggu reaksi Mbak Maya.
“Ya,
Mbak”.
“Kamu
sering ya begituan”.
“Ya
tergantung Mbak kalau pikiran saya sedang kotor. Jadi..begitu dech”.
“Pasti
kamu mikir yang jorok-jorok”.
“Ya
dong”
“Siapa
yang kamu pikir kalau begituan Mas?”.
“Malu
Mbak?”, sambil senyam senyum.
“Mbak
Maya”.
“Dasar
kamu pikiran jorok kok bisa aku yang kamu pikirkan bukan wanita yang lain”.
“Habis
Mbak kalau dirumah suka pakai pakaian yang selalu membuatku menjadi horny, apalagi
Mbak kalau dirumah jarang memakai Bra”.
“Ya
udah besok lagi kali mau begituan jangan lupa pintu dikunci”, Mbak Maya tertawa
kecil dan dia beranjak pergi menuju ruang keluarga.
“Mas
nonton TV yuk sambil ngobrol-ngobrol,” ajaknya.
Dalam
hati aku sedikit sakit hati karna mendengar aku lagi horny sedang onani malah
Mbak Maya tidak merespon ku dan dia malahan tertawa, Setengah jengkel aku
mengikutinya. Di ruang keluarga sambil menonton TV.
Mbak
Maya hanya sebentar ngbrol denganku diruang TV lalu dia pamit untuk pergi ke
kamar meniduri kedua anaknya. Sekitar pukul 23.00 pintu kamar Mbak Maya
bersuara pelan. Aku melihat dan ternyata Mbak Maya keluar dengan hanya
mengenakan daster satin berewarna merah muda tanpa lengan. Ujung atas hanya
berupa seutas tali tipis tanpa memakai Bra. Mbak Maya menghampiriku sambil menempelkan
telunjuknya di bibirnya.
“Belum
tidur Mas?” tanyanya perlahan sambil berbisik.
Jantungku
seakan-akan berdenyut keras dan penisku langsung berdiri tegak melihat Mbak
Maya berpenampilan seperti itu.
“Belum
Mbak.” Jawabku.
“Yuk
kita ngobrol diteras atas?”.
“Di
sini saja Mbak.”.
“Ihh
kamu ayo diteras atas aja?”.
Mbak
Maya segera menghilang naik atas tangga. Dengan hanya aku memakai celana color
tanpa cd dan telanjang dada, aku mengikuti Mbak Maya ke teras atas. Aku memang
terbiasa tidur bertelanjang dada dan celana color. Rumah telah senyap dan sepi.
TV telah dimatikan. Anak-anak Mbak Maya dan baby sisternya semua sudah tertidur
pulas Hanya kita bedua saja yang masih
belum tidur.
Daster
satin merah muda yang telihat sanggat longgar itu memperlihatkan sosok betul
lekuk tubuh Mbak Maya berjalan di
depanku. Bentuk pantat menonjol lengak lengok itu membuat rasanya aku dibuatnya
menjadi benar-banar horny. Mbak Maya duduk di kursi panjang sofa yang
disediakan diteras atas rumah. Cahaya lampu yang redup Wajah Mbak Maya hanya
terlihat samar-samar oleh lampu milik tetangga sebelah.
Kami
duduk saling berhimpitan sambil ngobrol menghadap taman. Aku berusaha lebih
dekat lagi ketubuh Mbak Maya dan Ketika aku berusaha lebih dekat Mbah Maya mencoba
menggeser sedikit menjauh dariku, aku kembali perlahan-lahan mendekatkan
tubuhnya.
“Mas
Roni ini….”, Mbak Maya sedikit manja sambil kita mulai ngobrol.
“Lah
kanapa to Mbak ngak boleh”.
“Boleh
nanti ada yang lihat”.
“Siapa
paling yang lihat Mbak Maya atau nyamuk”, sambil aku godaiin dia.
“Mbak
tiap malam sendiri apa Mbak ngak kesepian seperti begini”
“Ya mau
diapakan lagi Mas ini sudah takdir yang penting anak-anak bisa senang aja”.
“Lah
kamu sendiri sampai sekarang kok belum punya pacar Mas?”, Mbak Maya kembali
menanyaiku.
“Ya
gimana Mbak, roni masih ingin sendiri pingin masih mandiri dulu”.
“Mbak
Maya hampir tiap malam begini apa ngak kangen sosok laki-laki selain suami
Mbak?”.
“Maksud
kamu apa sih?”
“Ah
pakai pura-pura ngak tahu aja, maksudnya untuk urusan tempat tidur lho itu gimana
sih.” Mbak Maya langsung mencubit pahaku.
Mbak
maya tersenyum sambil melihat penismu sudah tegak berdiri dari luar celanaku.
“Itu
kenapa sikecil ikut bangun, hayo ngapai?”, sambil becanda dia menenyaiku.
“Nggak
tahu tuh Mbak tiba-tiba lihat Mbak langsung aja bangun.”
“Haha
dasar tukan pikiran kotor”.
“Tapi
kan juga Mbak membutuhkanya kan”, Mbak Maya kembali mencoba mendaratkan lagi
cubitannya kepahaku.
Aku tangkap
tangan itu, dan aku amankan dalam genggaman. Aku mulai berani mermas-remas
tangan Mbak Maya. Penisku mulai semakin terasa menegang membuat tubuhku mulai
panas dingin. Aku taruh sebelah tangan di atas pahanya. Mbak Maya mencoba sedikit
menghindar, tapi tak jadi. Kedua mata kami sudah sama-sama saling berpandangan.
Lalu tangan Mbak Maya perlahan-lahan mulai
kutaruh di antara pahaku dan sedikit menyentuh penis yang sudah sangat tegang
itu.
Aku terus
menatap kedua mata sambil perlahan kudekatkan bibirku kebibir Mbak Maya dan
saling berkecupan. Kecupan bibirku bukanya ditolak tapi langsung dibalas dengan lumatan bibir bagian
bawah Mbak Maya, Tangannya mulai meremas-remas dibagian penisku.
Nafsuku
semakin kian naik sedangan Mbak Maya juga terlihat nafsunya sedikit mulai naik
sama sepertiku. Perempuan ini bener-bener membutuhkan sosok laki-laki sepertiku
tapi malam ini aku akan memberikan hasrat kepuasan seks ketubuhnya.
“Oh…Mbak,”
Mbak Maya menatap kedua mataku.
“Mbak
penginkan seperti ini?” Dia tak menjawab sepatah katapun.
Kami
sama-sama saling berciuman beradu lidah berpagutan. Lama-lama menjadi ciuman
yang bergairah. Aku ramas bagian dadanya sambil aku mainkan putting susunya
yang semakin menojol itu. Lalu tali sebelah dasternya aku tarik dan terlepas. Ketika
mulai kusedot putting susunya, Mbak Maya mulai mendesah kecil. Tangan kirinya spontan
meremas-remas penisku yang sejak tadi disebelahku. Tangganya mulai masuk
kedalam celanaku sambil digengamnya penisku. Jari-jari tangganya mulai menggesek-gesekkan penisku sambil kami bedua terus
berciuman.
“Ohh
Mbak nikamat sekali”, aku mendesah kenikmatam begitu tanganya mulai mengocok
penisku.
Mbak
Maya langsung mengeluarkan penisku dari dalam celana dan langsung dilahapnya
penisku dengan mulutnya sambil disedotnya ujung kepala penisku. Aku dibuatnya
terbang kenikmatan begitu ujung penisku dimainkan oleh ujung lidahnya. Mbak
Maya rupanya sangat pandai dan lihai memainkan penisku tapi aku tidak mau kalah
dengan Mbak Maya. Tubuhnya langsung kusenderkan dipinggir sofa dan kedua
kakinya aku lebarkan setelah berhasil melapas celana dalamnya yang jatuh
kelantai.
Terlihat
samar lubang vaginanya karena tertutup cahaya lampu lalu kuangkat sedikit
kakinya melebar dipinggir kursi sambil ku ulurkan lidahku kelubang vaginanya. Desahan
dan rintihan kecil mulai terdengar dari mulut Mbak Maya. mendengar Mbak Maya
semakin merintih kenikmatan Lidahku terus aku mainkan lebih dalam lagi.
“Anghhh
Mas jilat itilnya sayanggg sedot dan sedot”, desahan semakin terdengar sedikit
keras.
Aku sedot
itilnya sambil lidahku berputar-putar didalam dinding vaginanya, membuat Mbak Maya tubuhnya semakin bergerak
seperti cacing kepanasan. Apalagi saat lidahku menuskuk lubang pantatnya Mbak
Maya mulai benar-benar sudah tidak sanggup lagi menahan nafsunya itu.
“Mas
masukan sekarang penismu Mbak sudah tidak tahan lagi”. Tapi aku sengaja belum
buru-buru ingin segara memasukan penisku.
Setelah
puas melahap vaginanya aku segera berdiri dan naik ketubuhnya yang bersender
dikursi sofa, penisku yang tegang itu langsung aku gesek-gesekan dibelahan
dadanya yang terhalang kain satin dasternya. Respon Mbak Maya langsung meremas
kedua buah dadanya menjepit penisku saat aku gesekan disitu. Kain satin yang
menjepit penisku itu membuat lelehkan cairan bening yang keluar dari ujung
lubang penisku membasahi kain satin daster Mbak Maya.
Belum
puas aku gesekan disitu lalu aku bangkit berdiri dihadapan wajahnya dan penisku
langsung saja aku arah kemulutnya sambil kugerkan maju mundur, setelah
benar-benar puas melahap penisku Mbak Maya segera melahap kedua biji penisku
dan lubang pantatku juga. Diteras kami melakukan foreplay hampir setengah jam.
“Mas
ayo pindah dikamar aja?”, lalu sebelum beranjak pegi celana dalam Mbak Maya
kumasukan kedalam kantong celanaku agar besok pagi tidak ketahuan sama
pembantunya saat bersih-bersih.
Setelah
masuk kedalam kamarku Mbak Maya langsung mengunci pintu dan naik keatas ranjang
tanpa pemanasan lagi Mbak Maya langsung naik diatas tubuhku yang sudah
terlentang diranjang, penisku yang sudah berdiri keatas langsung dimasukan
kedalam lubang vaginanya. Sekali tekan penisku langsung terbenam semuanya
didalam vaginanya. Tubuh Mbak Maya mulai bergerak naik turun dan sedikit
memutar. Desahan dan rintihan kenikmatan mulai terdengar merlomba-lomba untuk
mendapatkan orgasme.
Posisi
Mbak Maya seperti itu semakin lama semakin aku dibuat terbang kenikmatan
melebihi saat aku onani, lima menit kemudia tiba-tiba Mbak Maya mendapatkan
orgasme yang sangat hebat, tubuhnya mengejang dan menjepit penisku dengan
dinding vaginananya yang berdenyut-denyut sangat kuat sekali.
“Masssssss
nikmaatttt sekali….ohhh anghhhhh”, nafasnya Mbak Maya mulai tidak teratur
seperti orang ngos-ngosan.
Setelah
perlahan mulai pulih nafasnya yang sedikit ngos-ngosan itu aku langsung
merbahakan tubuhnya diranjang dan aku kembali naik diatas tubuhnya sambil
membuka kedua pahanya dan langsung kutancapkam kembali penisku kevaginanya. Perlahan
aku genjot keluar masuk penisku sambil kulumat putting susunya secara
bergantian. Mbak Maya kembali mendesah saat kudorong penisku semakin dalam
menusuk liang vaginanya yang sudah sangat becek itu, gerakanku semakin lama semakin
kupercepat dan akhirnya hampir lima belas menit lamanya pertahanaku jebol.
“Mbak
aku mau keluar…?”. Spermaku akan segera muncrat.
“Mas
roniiii…anghhh…ohhh, kelauri saja didalam ngak apa-apa”. Dan akhirnya Crottt…crottt
spermaku kaluar sangat banyak sekali membasahi ruang rahimnya.
Setelah
sama-sama mendapatkan kepuasan kami masih berpelukan diatas ranjang dengan
posisi penisku masih menancap didalam vaginanya.
“Mbak
gimana sekarang sudah ngak kesepian lagi kan?”. Mbak Maya tersenyum puas.
“Makasih
ya Ron, sebernarnya seperti ini Mbak inginkan bisa mendapatkan kepuasan darimu”,
aku tersenyum mendengarnya sambil kukecup bibirnya.
Malam
itu aku tumpahkan semua spermaku didalam vaginanya sebanyak dua kali. Kami
bermain dengan penuh dengan nafsu. Sejak malam itulah aku berselingku dengan
Mbak Maya hanya untuk sekedar mencari kepuasan.
Macam
gaya kami lakukan. Termasuk oral dan hampir noda spermaku berada dimana-mana
termasuk paling banyak diranjangku dan didaster milik Mbak Maya. Sejak itu aku
sudah jarang onani lagi sendiri tapi melainkan penisku selalu dimanja oleh Mbak
Maya terutama oral dengan kain satin bajunya bila kondisi rumah tidak memungkinkan.
THE
END.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar