Senin, 22 Mei 2017

CERITA SEKS DENGAN MBAK MAYA

KENIKMATAN BERSAMA MBAK MAYA

Pada sore hari selepas aku pulang kerja sehabis mandi kurebahan tubuhku di tempat tidur, sambil memutar film bokep yang aku sewa tadi sepulang kerja. Sambil nonton pensiku yang sudah berdirik tegak karena efek film bokep aku kocok-kocok dengan tanganku. Lagi nikmatnya sedang onani, Beberapa menit kemudian saya dengar pintu kamarku ada yang membuka. Saya tetap diam saja seolah sedang keasyikan onani. Tidak terlihat tanda-tanda orang yang masuk kedalam kamarku tapi aku melihat ada seorang yang mengintip aku sedang onani.  Spontan aku menghentikan aksi onani dan langsung melihat siapa gerangan yang mengintipku dari balik pintu itu.

Astaga! Ternyata Mbak Maya yang mengintip aku sedang onani tadi. kemudian bayangan itu lenyap begitu saja. Aku tahu dia sering mengintip aksiku sedang beronani saat dikamar lantaran Mbak Maya kesepian dan sudah jarang lagi mendapat kebutuhan biologis dari suaminya karena ditinggal pergi berlayar. Kini aku mengerti kenapa Mbak Maya selalu sembunyi-sembunyi melihatku seperti ini.

Menjelang malam, saat di meja makan kami makan bersama-sama menyantap makan malam bersama kedua anak-anak Mbak maya yang masih kecil-kecil. Berkali-kali aku merasakan Mbak Maya selalu memperhatikan aku saat menyantap makanan saat dimeja. hatiku berdebar-debar kenapa dia memperhatikanku seperti itu. Selesai menyantap makan malam semua beranjak dari meja makan, kedua anak-anak Mbak Maya langsung pergi kedalam kamarnya bersama baby sister dan sekarang tinggal kami berdua. Selesai makan kami tidak segera pergi.

Saat kami duduk diruang makan tiba-tiba Mbak Maya menanyaiku

“Mas Roni apa suka begitu kalau sering didalam kamar?” Mbak Maya mebuka suara. Aku spontan kaget. Dia duduk persis di sebelahku. Sambil melihatku. Kedua matanya seakan-akan dia ingin mendapatkan kebutuhan biologis dari seorang laki-laki.

“Maksud Mbak May apaan sih?” saya pura-pura tidak tahu.

“Tadi Mbak lihat Mas lagi asyik dikamar, Kalau sedang begitu jangan lupa kunci pintunya. Mbak takut kalau anak-anak melihat Mas lagi begituan, kalau anak-anak tahu gimana?”.

“Ah Mbak May apaan sih?” aku sengaja tetap pura-pura tidak mengerti.

“Tadi lho Mas lagi onani kan?”

“Ohh itu habis aku lagi on jadi terpaksa Mbak.” Aku jadi berpura-pura malu dihadapanya.

“Ya lain kali pintu jangan lupa dikunci”, Perasaan aku sangat senang mendengarnya sambil menunggu reaksi Mbak Maya.

“Ya, Mbak”.

“Kamu sering ya begituan”.

“Ya tergantung Mbak kalau pikiran saya sedang kotor. Jadi..begitu dech”.

“Pasti kamu mikir yang jorok-jorok”.

“Ya dong”

“Siapa yang kamu pikir kalau begituan Mas?”.

“Malu Mbak?”, sambil senyam senyum.

“Mbak Maya”.

“Dasar kamu pikiran jorok kok bisa aku yang kamu pikirkan bukan wanita yang lain”.

“Habis Mbak kalau dirumah suka pakai pakaian yang selalu membuatku menjadi horny, apalagi Mbak kalau dirumah jarang memakai Bra”.

“Ya udah besok lagi kali mau begituan jangan lupa pintu dikunci”, Mbak Maya tertawa kecil dan dia beranjak pergi menuju ruang keluarga.

“Mas nonton TV yuk sambil ngobrol-ngobrol,” ajaknya.

Dalam hati aku sedikit sakit hati karna mendengar aku lagi horny sedang onani malah Mbak Maya tidak merespon ku dan dia malahan tertawa, Setengah jengkel aku mengikutinya. Di ruang keluarga sambil menonton TV.

Mbak Maya hanya sebentar ngbrol denganku diruang TV lalu dia pamit untuk pergi ke kamar meniduri kedua anaknya. Sekitar pukul 23.00 pintu kamar Mbak Maya bersuara pelan. Aku melihat dan ternyata Mbak Maya keluar dengan hanya mengenakan daster satin berewarna merah muda tanpa lengan. Ujung atas hanya berupa seutas tali tipis tanpa memakai Bra. Mbak Maya menghampiriku sambil menempelkan telunjuknya di bibirnya.


“Belum tidur Mas?” tanyanya perlahan sambil berbisik.

Jantungku seakan-akan berdenyut keras dan penisku langsung berdiri tegak melihat Mbak Maya berpenampilan seperti itu.

“Belum Mbak.” Jawabku.

“Yuk kita ngobrol diteras atas?”.

“Di sini saja Mbak.”.

“Ihh kamu ayo diteras atas aja?”.

Mbak Maya segera menghilang naik atas tangga. Dengan hanya aku memakai celana color tanpa cd dan telanjang dada, aku mengikuti Mbak Maya ke teras atas. Aku memang terbiasa tidur bertelanjang dada dan celana color. Rumah telah senyap dan sepi. TV telah dimatikan. Anak-anak Mbak Maya dan baby sisternya semua sudah tertidur pulas  Hanya kita bedua saja yang masih belum tidur.

Daster satin merah muda yang telihat sanggat longgar itu memperlihatkan sosok betul lekuk tubuh Mbak Maya  berjalan di depanku. Bentuk pantat menonjol lengak lengok itu membuat rasanya aku dibuatnya menjadi benar-banar horny. Mbak Maya duduk di kursi panjang sofa yang disediakan diteras atas rumah. Cahaya lampu yang redup Wajah Mbak Maya hanya terlihat samar-samar oleh lampu milik tetangga sebelah.

Kami duduk saling berhimpitan sambil ngobrol menghadap taman. Aku berusaha lebih dekat lagi ketubuh Mbak Maya dan Ketika aku berusaha lebih dekat Mbah Maya mencoba menggeser sedikit menjauh dariku, aku kembali perlahan-lahan mendekatkan tubuhnya.

“Mas Roni ini….”, Mbak Maya sedikit manja sambil kita mulai ngobrol.

“Lah kanapa to Mbak ngak boleh”.

“Boleh nanti ada yang lihat”.

“Siapa paling yang lihat Mbak Maya atau nyamuk”, sambil aku godaiin dia.

“Mbak tiap malam sendiri apa Mbak ngak kesepian seperti begini”

“Ya mau diapakan lagi Mas ini sudah takdir yang penting anak-anak bisa senang aja”.

“Lah kamu sendiri sampai sekarang kok belum punya pacar Mas?”, Mbak Maya kembali menanyaiku.

“Ya gimana Mbak, roni masih ingin sendiri pingin masih mandiri dulu”.

“Mbak Maya hampir tiap malam begini apa ngak kangen sosok laki-laki selain suami Mbak?”.
“Maksud kamu apa sih?”

“Ah pakai pura-pura ngak tahu aja, maksudnya untuk urusan tempat tidur lho itu gimana sih.” Mbak Maya langsung mencubit pahaku.

Mbak maya tersenyum sambil melihat penismu sudah tegak berdiri dari luar celanaku.

“Itu kenapa sikecil ikut bangun, hayo ngapai?”, sambil becanda dia menenyaiku.

“Nggak tahu tuh Mbak tiba-tiba lihat Mbak langsung aja bangun.”
“Haha dasar tukan pikiran kotor”.

“Tapi kan juga Mbak membutuhkanya kan”, Mbak Maya kembali mencoba mendaratkan lagi cubitannya kepahaku.

Aku tangkap tangan itu, dan aku amankan dalam genggaman. Aku mulai berani mermas-remas tangan Mbak Maya. Penisku mulai semakin terasa menegang membuat tubuhku mulai panas dingin. Aku taruh sebelah tangan di atas pahanya. Mbak Maya mencoba sedikit menghindar, tapi tak jadi. Kedua mata kami sudah sama-sama saling berpandangan. Lalu tangan Mbak Maya  perlahan-lahan mulai kutaruh di antara pahaku dan sedikit menyentuh penis yang sudah sangat tegang itu.

Aku terus menatap kedua mata sambil perlahan kudekatkan bibirku kebibir Mbak Maya dan saling berkecupan. Kecupan bibirku bukanya ditolak  tapi langsung dibalas dengan lumatan bibir bagian bawah Mbak Maya, Tangannya mulai meremas-remas dibagian penisku.

Nafsuku semakin kian naik sedangan Mbak Maya juga terlihat nafsunya sedikit mulai naik sama sepertiku. Perempuan ini bener-bener membutuhkan sosok laki-laki sepertiku tapi malam ini aku akan memberikan hasrat kepuasan seks ketubuhnya.

“Oh…Mbak,” Mbak Maya menatap kedua mataku.

“Mbak penginkan seperti ini?” Dia tak menjawab sepatah katapun.

Kami sama-sama saling berciuman beradu lidah berpagutan. Lama-lama menjadi ciuman yang bergairah. Aku ramas bagian dadanya sambil aku mainkan putting susunya yang semakin menojol itu. Lalu tali sebelah dasternya aku tarik dan terlepas. Ketika mulai kusedot putting susunya, Mbak Maya mulai mendesah kecil. Tangan kirinya spontan meremas-remas penisku yang sejak tadi disebelahku. Tangganya mulai masuk kedalam celanaku sambil digengamnya penisku. Jari-jari tangganya mulai  menggesek-gesekkan penisku sambil kami bedua terus berciuman.

“Ohh Mbak nikamat sekali”, aku mendesah kenikmatam begitu tanganya mulai mengocok penisku.

Mbak Maya langsung mengeluarkan penisku dari dalam celana dan langsung dilahapnya penisku dengan mulutnya sambil disedotnya ujung kepala penisku. Aku dibuatnya terbang kenikmatan begitu ujung penisku dimainkan oleh ujung lidahnya. Mbak Maya rupanya sangat pandai dan lihai memainkan penisku tapi aku tidak mau kalah dengan Mbak Maya. Tubuhnya langsung kusenderkan dipinggir sofa dan kedua kakinya aku lebarkan setelah berhasil melapas celana dalamnya yang jatuh kelantai.

Terlihat samar lubang vaginanya karena tertutup cahaya lampu lalu kuangkat sedikit kakinya melebar dipinggir kursi sambil ku ulurkan lidahku kelubang vaginanya. Desahan dan rintihan kecil mulai terdengar dari mulut Mbak Maya. mendengar Mbak Maya semakin merintih kenikmatan Lidahku terus aku mainkan lebih dalam lagi.

“Anghhh Mas jilat itilnya sayanggg sedot dan sedot”, desahan semakin terdengar sedikit keras.
Aku sedot itilnya sambil lidahku berputar-putar didalam dinding vaginanya,  membuat Mbak Maya tubuhnya semakin bergerak seperti cacing kepanasan. Apalagi saat lidahku menuskuk lubang pantatnya Mbak Maya mulai benar-benar sudah tidak sanggup lagi menahan nafsunya itu.

“Mas masukan sekarang penismu Mbak sudah tidak tahan lagi”. Tapi aku sengaja belum buru-buru ingin segara memasukan penisku.

Setelah puas melahap vaginanya aku segera berdiri dan naik ketubuhnya yang bersender dikursi sofa, penisku yang tegang itu langsung aku gesek-gesekan dibelahan dadanya yang terhalang kain satin dasternya. Respon Mbak Maya langsung meremas kedua buah dadanya menjepit penisku saat aku gesekan disitu. Kain satin yang menjepit penisku itu membuat lelehkan cairan bening yang keluar dari ujung lubang penisku membasahi kain satin daster Mbak Maya.

Belum puas aku gesekan disitu lalu aku bangkit berdiri dihadapan wajahnya dan penisku langsung saja aku arah kemulutnya sambil kugerkan maju mundur, setelah benar-benar puas melahap penisku Mbak Maya segera melahap kedua biji penisku dan lubang pantatku juga. Diteras kami melakukan foreplay hampir setengah jam.

“Mas ayo pindah dikamar aja?”, lalu sebelum beranjak pegi celana dalam Mbak Maya kumasukan kedalam kantong celanaku agar besok pagi tidak ketahuan sama pembantunya saat bersih-bersih.

Setelah masuk kedalam kamarku Mbak Maya langsung mengunci pintu dan naik keatas ranjang tanpa pemanasan lagi Mbak Maya langsung naik diatas tubuhku yang sudah terlentang diranjang, penisku yang sudah berdiri keatas langsung dimasukan kedalam lubang vaginanya. Sekali tekan penisku langsung terbenam semuanya didalam vaginanya. Tubuh Mbak Maya mulai bergerak naik turun dan sedikit memutar. Desahan dan rintihan kenikmatan mulai terdengar merlomba-lomba untuk mendapatkan orgasme.

Posisi Mbak Maya seperti itu semakin lama semakin aku dibuat terbang kenikmatan melebihi saat aku onani, lima menit kemudia tiba-tiba Mbak Maya mendapatkan orgasme yang sangat hebat, tubuhnya mengejang dan menjepit penisku dengan dinding vaginananya yang berdenyut-denyut sangat kuat sekali.

“Masssssss nikmaatttt sekali….ohhh anghhhhh”, nafasnya Mbak Maya mulai tidak teratur seperti orang ngos-ngosan.

Setelah perlahan mulai pulih nafasnya yang sedikit ngos-ngosan itu aku langsung merbahakan tubuhnya diranjang dan aku kembali naik diatas tubuhnya sambil membuka kedua pahanya dan langsung kutancapkam kembali penisku kevaginanya. Perlahan aku genjot keluar masuk penisku sambil kulumat putting susunya secara bergantian. Mbak Maya kembali mendesah saat kudorong penisku semakin dalam menusuk liang vaginanya yang sudah sangat becek itu, gerakanku semakin lama semakin kupercepat dan akhirnya hampir lima belas menit lamanya pertahanaku jebol.

“Mbak aku mau keluar…?”. Spermaku akan segera muncrat.

“Mas roniiii…anghhh…ohhh, kelauri saja didalam ngak apa-apa”. Dan akhirnya Crottt…crottt spermaku kaluar sangat banyak sekali membasahi ruang rahimnya.

Setelah sama-sama mendapatkan kepuasan kami masih berpelukan diatas ranjang dengan posisi penisku masih menancap didalam vaginanya.

“Mbak gimana sekarang sudah ngak kesepian lagi kan?”. Mbak Maya tersenyum puas.

“Makasih ya Ron, sebernarnya seperti ini Mbak inginkan bisa mendapatkan kepuasan darimu”, aku tersenyum mendengarnya sambil kukecup bibirnya.

Malam itu aku tumpahkan semua spermaku didalam vaginanya sebanyak dua kali. Kami bermain dengan penuh dengan nafsu. Sejak malam itulah aku berselingku dengan Mbak Maya hanya untuk sekedar mencari kepuasan.

Macam gaya kami lakukan. Termasuk oral dan hampir noda spermaku berada dimana-mana termasuk paling banyak diranjangku dan didaster milik Mbak Maya. Sejak itu aku sudah jarang onani lagi sendiri tapi melainkan penisku selalu dimanja oleh Mbak Maya terutama oral dengan kain satin bajunya bila kondisi rumah tidak memungkinkan.


THE END.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar