KENIKMATAN
BERMAIN SEKS DI PAGI HARI BERSAMA IBU TIRIKU.
Sejak
Ibuku meninggal, Ayahku menikah lagi dengan seorang janda tapi belum memiliki
keturunan. wanita tersebut sekarang menjadi ibu tiriku dan kupanggil Tante
Lilis. Aku tidak mau memanggil dia Ibu karena umurnya belum terlalu tua. Ayahku
seorang pelayar jadi Ayah jarang sekali tinggal dirumah, paling sebulan bisa
tiga kali pulang kerumah. Hari-hariku aku tinggal hanya berdua dengan Ibu
tiriku dan satu seorang pembantu.
Sejak
perkawinanya dengan Tante Lilis (ibu tiriku) hampir memasuki 1 tahun dengan
Ayahku, aku mulai melihat tingkah laku Tante Lilis mulai sedikit berubah dan
sangat berani dihadapanku. Dirumah Tante Lilis suka memakai pakaian-pakaian yang terlihat
sangat seksi dan membuatku birahi kejantanaku terpancing olehnya. Apalagi bila
sudah menjelang malam atau tidur dia semakin berani menggodaku dengan pakaian
tidur yang sangat tipis tanpa Bra
.
Singkat
cerita akhirnya kami melakukan hubungan terlarang antara aku dengan Ibu tiriku
diatas ranjang kamarnya. Entah siapa yang memulai duluan yang aku tahu sekarang
aku menjadi pemuas nafsunya saat dia mulai birahi. Sejak kejadian itu kami
hampir sering melakukanya hubungan seks dipagi hari karena Tante Lilis paling
suka melakukan seks pada saat menjelang pagi, walaupun malamnya kami sudah
sama-sama berhubungan.
Tante
Lilis paling suka menggodaku dengan pakaian-pakaian tidurnya yang berbahan
licin seperti satin karena aku paling cepat bernafsu bila melihat Tante Lilis
memakainya, tak jarang setiap pergi
shoping Tante Lilis selalu membeli pakaian tidur dari satin agar aku selalu
terangsang melihatnya terus saat dirumah. Bila hari minggu dimana kita selalu
menghabiskan waktu diranjang bersamanya.
Yang tidak bisa aku lupakan bersama Tante Lilis
saat kemarin aku beulang tahun yang ke-25, aku diberi kado special berupa
kalung Mas dan permainan seks yang sangat berbeda.
Hari sebelum menjelang ulang
tahunku, Tante Lilis menyulap kamarku menjadi kamar penggantin yang sangat
romantic semua serba merah muda, mulai dari tempat tidur beralaskan speri satin
dan selimut satin berwarna merah muda sampai korden kamarku diganti dengan
korden satin dengan warna yang sama.
Dihari
ulang tahunku kami menghabiskan waktu dirumah dan kali ini kami melakukan
hubungan seks diranjang kamarku yang sudah disiapkan oleh Tante Lilis. Malamnya
sehabis aku berhubugan seks dengannya dan langsung tidur, tiba-tiba aku terbangun
karena harus buang air kecil. Batang penisku masih terasa lembab bekas cairan
vaginanya. Setelah buang air kecil dan membilas penisku, aku kembali ke
kamarku. Rupanya Matahari diminggu pagi sudah terlihat menerangi ujung jendela
kamarku. Jadi hari minggu hari dimana aku tidak masuk kerja aku kembali ke
tempat tidurku lagi. Tampak kulihat tubuh Tante Lilis masih tertidur pulas di
tempat tidurku sambil menutupi tubuhnya dengan selimut satin dan tubuh bugilnya
yang hanya terbalut daster tidur satin yang tipis.
Kuperhatikan
tubuhnya yang seksi itu dan wajah cantikanya sambil aku ambil Hpku untuk
memotretnya. Bekas sperma dan noda keringat yang telah menggering dikain satin
dasternya dan kain sperai ranjang, membuatku kembali bersemangat lagi untuk menyetubuhinya
lagi. Mengingat semalam aku dibuat tidak berkutik oleh gaya bercintanya,
membuatku pagi ini ingin membalasnya.
Aku
mengerti permainan dipagi hari permainan yang paling disukai Tante Lilis
istilahnya “sex in the morning”. setiap pagi tanpa ada rangsangan apapun,
batang penisku langsung bangun dan mengeras dengan sendirinya tanpa perlu
dikomando lagi. Setiap lelaki-laki normal pasti mengalaminya hal serupa seperti
aku. Tapi itu justru yang membuat Tante Lilis semakin suka melakukan seks di
pagi hari.
Perlahan
aku kecup kening-nya, dan kemudian mengelus-elus lembut rambut-nya yang hitam. Tante
Lilis kemudian melihatku dengan kedua mata yang masih terkantuk-kantuk sambil
tersenyum manis, Aku mencoba mengubah posisi tidur Tante Lilis menjadi
terlentang dari posisi tidur sebelum-nya yang menyamping, dan berhasil. Aku
tarik selimut satin-nya, dan aku lempar ke samping tempat tidurku. Terlihat tubuh
bugilnya yang terbalut daster satin yang tampak mengkilap itu, membuatku
menelan ludah.
Aku
mengambil posisi di sebelah kanan Tante Lilis dan berbaring menyampingi
tubuh-nya yang sedang terlentang. Tangan kiriku menopang kepala dan leherku,
sementara tangan kananku mengelus-elus rambut-nya. Tante Lilis tampak menikmati
setiap sentuhan yang aku berikan kepadanya. Kemudian tangan kananku turun
menuju buah dadanya yang masih terhalang kain satin daster tidurnya. tonjolan
puting susunya dengan jelas dihadapanku langsung saja aku mainkan dengan jari
tanganku. Aku cium bibir manisnya dengan
masih setengah mengantuk tapi Tante Lilis langsung membalas dengan ciuman
birahi.
Diatas
kain satin dasternya, aku memainkan terus tangan kananku memainkan puting
susunya. Kadang-kadang aku cubit lembut, dan kadang-kadang aku elus-elus.
Terdengar desahan napasnya Tante Lilis yang berubah menjadi lebih panjang.
Melihat Tante Lilis mulai terangsang langsung saja Kudekatkan wajahku keputing
susunya yang sebelah kanan dan mulai menjilatnya dan menyedotnya dengan bibirku.
Tante
Lilis semakin terangsang dan semakin mendesah tidak beraturan. ingin rasanya
aku tak mau berhenti mengulum secara bergantian puting susunya, apalagi saat aku
sedot sedikit keras. Napas Tante Lilis semakin tidak karuan. Suara erangannya
pun keluar dari mulutnya.
“Ahhh…
Antonnn..sayangggg….sedot…terussss…”, kalimat terputus-putus itulah yang sering
terucap dari mulut Tante Lilis.
Setelah
puas bermain di kedua puting susunya, kali ini aku menuju ke tempat favoritku
kebagian kain satin-nya yang sangat licin itu. Aku langsung naik ketubuhnya dan
penisku langsung aku tempelkan dibagian perut sambil aku gesek-gesekan
dipermukaan kain satin dasternya sambil melumat bibirnya. Tante Lilis mengerti
apa yang aku mau, melihat aku mengesakan penisku dikain satin dasternya tangan
kananya langsung meremas penisku dengan kain satin selimut yang ada disamping
tempat tidur.
“Gimana
Anton….nikamat sayang…?”, aku tidak bisa menjawabnya setiap pertanyaan Tante
Lilis yang aku bisa hanya mendesah kenikmataan saat penisku tergesek kain satin
itu.
Hampir
5 menit lamanya penisku terus dikocok dengan selimut satin oleh Tante Lilis
hingga cairan bening penisku keluar membasahi selimut itu. Setelah puas melakuakan permainan foreplay dan melanjutkan
permainan yang utama. Aku langsung melanjutkan kebagian terakhir yang paling
disuka Tante Lilis menjilat bagian lubang vagina dan pantatnya.
Lidahku
pun mulai beraksi kebagian vaginanya yang sudah sedikit lembab, rambut-rambut
sekitar vaginanya bersih tanpa sehelain rambut sedikitpun, sehingga memudahkan
aku untuk menjilatinya serta memainkan vaginanya dengan lidahku. Saat mulai
menyetuh bagian bibir vaginanya tubuh Tante Lilis seperti terkena setrum
listrik tegangan tinggi, tubuh mulai tersendak ketika lidahku mulai bermain di
daerah clitoris-nya.
“Anghhh
… Antonnn… sayang … nikmat bangettt … sayangggg…ahhh”, Tante Lilis semakin mendesah
sagat keras sekali. Napasnya semakin memburu kencang. Kadang-kadang dia menjambak
rambutku dan menekan kepalaku.
Kedua
selangkangan Tante Lilis kubuka lebih lebar lagi, agar bibir vaginanya lebih
merekah lagi. Kali ini aku jilati bagian labia minoranya dan berusaha untuk
mencari dari G spotnya. Hentakan tubuh Tante Lilis semakin mengencang dan
napasnya pun seperti ngos-ngosan. Kali ini vaginanya terasa sedikit becek dan
bisa dipastikan vagina Tante Lilis telah mengeluarkan cairan menandakan
sebentar lagi dia akan orgasme. Mengetahui bahwa sebentar lagi dia akan
orgasme, aku mempercepat tarian lidahku di dalam vaginanya yang semakin basah
itu.
“Antonnnn
… aku sudah nggak kuuuaattt lagi … sayang….masukan penismu sekarang..antonnn?”,
pinta Tante Lilis.
Langsung
saja penisku yang sudah sangat tegang itu kumasukan kedalam vaginanya tanpa mengalami
hambatan saat memasuki lubang vaginanya, karena sudah becek dan basah oleh
cairan vaginanya sekali Kudorong pelan-pelan batang penisku langsung masuk
terbenam semua kedalam vaginanya. Begitu semua sudah benar-benar penisku
terbenam sampai dasar rahimnya aku mulai bergerak maju-mundurkan pinggulku
perlahan-lahan agar memberikan sensasi erotis ke dalam vaginan Tante Lilis.
Ku
dorongan keluar masuk dan kadang kuhentikan penisku didalam vaginanya sambil
mencium bibirnya yang penuh dengan napsu. Lidah kami saling berlumatan di dalam
bibir kami yang telah menyatu. Setelah puas berciuman, aku kembali mendorong
maju dan mundur pinggulku agar batang penisku seakan-akan menusuk-nusuk lubang vaginanya.
“Ahhh
… Tante….,vaginamu bener-bener nimat banget … bikin Antin jadi ketagihan terus
seperti ini?”, kataku yang sudah mulai kenikmatan saat penisku semakin dijepit
oleh dinding vaginanya.
“Kamu
suka sayang seperti ini … Tante janji
sayang akan selalu membuat Anton puas diranjang selama Ayahmu pergi berlayar…”,
pinta Tante Lilis dengan nada yang terputus-putus.
Semakin
lama hentakan dan hujaman batang penisku semakin aku percepat. Pagi itu kita
tidak bercinta dengan gaya yang bermacam-macam. Cukup gaya missionaries. Sejak
ayahku berlayar vaginanya ibu tiriku itu tidak pernah kering dan selalu basah olehku. Aku selalu memberikan sensasi
luar biasa dalam bercinta agar sama-sama puas bersama.
Pagi
itu kami bercinta hampir setengah jam lamanya dan saat posisi gerakan keluar
masuk tanpa henti menghujaman batang penisku kedalam vaginanya, tubuh Tante
lilis mengalami reaksi yang sunggu dahsyat. Tanpa ada peringatan apa-apa,
tiba-tiba Tante Lilis memelukku sambil berteriak panjang dan tubuhnya mengejang
sangat kuat sekali.
“Ahhhhhh
… Antonnnnnn … akuuuu mauuuu …orgasme lagi”, kata Tante Lilis sambil memelukku
erat-erat dengan tubuhnya yang mulai menegang. Aku biarkan Tante Lilis memelukku
dan merasakan orgasme, agar memberikan udara buat Tante Lilis untuk mengatur
napasnya kembali.
Setelah
beberapa menit kami berpelukan, aku berniat untuk menyelesaikan permainan seks
ini, karena aku dapat merasakan cairan spermaku segera aku keluar.
“Tante….Anton…bentar
lagi mau keluar….?”, pinta-ku.
“Keluari
saja didalam sayanggg….Anghhhh….”.
Gerakanku
semakin lama semakin bergoyang dengan sangat cepat dengan irama yang pasti. Aku
berusaha menhujamkan batang penisku sedalam-dalamnya agar memberikan sensasi
seksual lagi kepada Tante Lilis. Rupanya Tante Lilispun tidak tinggal diam, dia
tau betul bagaimana membuatku agar aku bisa dapat merasakan ejakulasi yang
sangat nikmat rasanya. Kedua telapak Karen menempel di dadaku dan kedua jari
telunjuknya mulai memainkan puting susuku. Daerah yang paling sensitive
untukku.
“Ahhh
… Tante… terus Tante … aku bentar lagi mau keluar.”, kataku mendesah kenikmatan.
Aku
pun mempercepat permainan ini. Aku tau kalo sebentar lagi batang penisku tidak
akan sanggup lagi menahan bendungan cairan spermaku yang sejak tadi
meronta-ronta ingin segera keluar. Aku hentakan dan menghujamkan batang penisku
makin dalam dan membuat Tante Lilis semakin mendesah tak karuan. Vaginanya semakin
basah dan gesekan batang penisku di dalam vaginanya seakan-akan mengeluarkan
bunyi seperti suara bercak air.
Aku
sudah tidak tahan lagi, kali ini benar-benar harus keluar. Tubuhku mengejang
hebat. Melihat perubahan tubuhku itu seperti memberikan tanda-tanda aku akan
keluar, kedua kaki Tante Lilis menjepit erat pinggulku seperti ingin agar semua
batang penisku tertanam penuh ke dalam vaginanya.
“Ahhh
… Tanteeee….Lilisssss … aku mau keluaarrrr”, kataku yang sudah kacau.
Batang
penisku semakin mengeras sesaat dan kemudian disusul dengan semburan cairan
spermaku yang keluar di dalam liang vagina Tante Lilis. Kedua kaki Tante Lilis
terus menekan pinggulku, seolah-olah haus dengan semburan hangat cairan
spermaku di dalam liang vaginanya. Aku tidak menghitung berapa kali batang
penisku memuncratkan semua isi cairan spermaku yang dari tadi sudah dibendung.
“Antonnn
sayang…spermaku terasa hangat lohhh …”, kata Tante Lilis.
“Enak
ngga?”, Tanya Tante Lilis.
“Oh
Tante nikmat sekali…. sayanggg …makasih sayang”, jawabku sambil melumat
bibirnya dan mengatur nafasku yang masih sedikit ngos-ngosan.
Posisi
kami masih berpelukan. Tante Lilis mulai mengendurkan kedua kaki-nya dari
pinggulku. Batang penisku yang masih menacap di dalam vaginan Tante Lilis kubiarka
perlahan-lahan mulai lemas di dalam. Oh betapa senangnya aku melakukan hubungan
terlarang ini bersama ibu tiriku ini.
Perlahan-lahan
kucabut batang penisku dari liang vaginanyanya. Kubiarkan cairan spermaku
meleleh tumpah keluar membasi tempat tidurku sebagai pertanda kita sama-sama
merasa puas dan sayang. Semua noda sperma dan keringat kubiarkan membasahi
tempat tidurku. Tante Lilis beranjak dari tempat tidur dan dengan segera ke
kamar mandi. Mencuci dan membersihkan tubuh dan vaginanya.
Jam
telah menunjukkan pukul 7 pagi. Tapi badan kami sudah letih sekali. Setelah berpetualang
diatas tempat tidurku. Pagi itu kami memutuskan untuk kembali tidur, dan benar
saja kami tertidur sampai jam 1 siang. Malam-nya kami mengulangi lagi
petualangan cinta dan seks kami yang tidak kalah menariknya, dan begitulah
hari-hari berikutnya.
TAMAT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar