Ibu Nana Yang Selalu Membuatku Selalu Ketagihan (Part-1)
Bu Nana memilik wajahnya cantik dan memiliki tubuh yang
dibila tidak terlalu gemuk. Diusianya yang sudah dibilang tidak muda lagi tapi
masih terlihat anggun sekali dan berjiwa muda, kami akhirnya cepat akrab satu
sama lain.
Saat aku berkenalan sama Bu Nana tetanggaku ini,
kuperhatikan dia memiliki kulit kuning langsat, Rambutnya sebahu lewat dan
bibirnya agak lebar tapi tidak terlalu tebal. Yang paling kusenangi adalah bentuk
buah dadanya yang sangat menggoda. Suami Bu Nana seorang karyawan swasta yang
bekerja dikalimantan dan anak satu-satunya seorang wanita yang masih kuliah
diyogya sedang menempuh semester 4 di salah satu perguruan tinggi di Negeri yang
ada dikota Yogya. Alhasil, setiap hari bu Nana tinggal sendirian di rumahnya.
Kami semakin akrab lagi dengan Bu Nana saat ada acara pesta
perkawaninan tetanggaku yang ada dikomplek perumahan dan kebetulan Bu Nana
ditunjuk sebagai pengurus perabotan rumah tangga seperti gelas dan piring dan
aku selalu membantu beliau bila diperlukan. Saat acara untuk persiapan pesta
hajatan perkawainan tetanggaku ini aku selalu begadang malam.
Malam sehari sebelum hajatan pesta perkawainan, Bu Nana memanggilku
dan meminta tolong untuk mengantar beliau kesebuah supermarket yang ada dikota
Malang karena ada barang yang terlupa untuk dibeli. Akhirnya Kusanggupi
permintaannya dan ku nyalakan sebuah motor milik Bu Nana. Tak lama bu Nanapun naik
dibelakang dan kami segera menuju Kota Malang menembus gelapnya malam yang lumayan dingin.
“Pelan-pelan aja mas Andre, saya takut!” celetuknya ketika Motor
milik Bu Nana kugeber agak kencang.
“Ga papa santai aja kok bu, udah biasa… abis kalau jalanya pelan ngak enak!” kataku sekenanya. Bu Nana tidak
menjawab dan malah dia mengalungkan kedua tangannya ke perutku.
“Mas Andre, Tar kalau ada kenapa-kenapa dijalan kamu
tanggung jawab ya…?!?!?” katanya ketus.
Singkat cerita sampailah aku disebuah supermarket yang kami
tuju dan setelah mendapatkan apa yang dicari Bu Nana kami segera otw pulang.
Saat motor menyala, kuminta bu Nana naik
dan kami meneruskan perjalanan.
“Mas Andre jangan kenceng-kenceng! Nanti kedinginan lho”
kata bu Nana
“Hahahahaha…Lho kalau dingin-dingin seperti ini lho Bu”,
kataku.
“Enak apanya”.
“Ya ngak usah dikasih tau pasti Bu Nana paham lah dari pada
aku”.
“Ih Mas Andre pakai paham segala, emang apa sih dong?”, Bu
Nana terus penasaran dan pingin tau jawabanya.
Akhirnya aku menjawab dengan santainya karena dia terus
mendesak aku untuk menjawab penasaranya itu.
“Ya kelonan atau tidur bareng lho bu?” jawabku.
“Ya Udah, konsentrasi dulu sama jalan Tar nabrak lagi!”,
begitu mendengar jawabanku.
“Oke mami siap”.
“Mami…mami…mami, emangnya aku seorang germo?”, jawabnya sambil mencubit perutku pelan. “ADUH,
sakit lho bu”, dan sepeda motorku sedikit miring.
“Udah ah jangan becanda terus Mas Andre, tar jatoh lagi”.
Sampai di acara hajatan Bu Nana meminta langsung aja untuk
pulang kerumah karena kulihat jam sudah larut malam.
“Mas Andre, mendingan kita langsung pulang kerumah aja,
besok pagi saja belanjaannya kita anteri.
Sampai dirumah Bu Nana, Bu Nana meminta nomer Hpku dan
mengucapkan “Makasih ya Mas Andre, sudah terus ngerepoti nanti kita
kontak-kontan lagi di what app”. kata bu Nana setibanya di pagar depan rumahnya,
kami pun bertukar no hp masing masing.
Sampe dirumah dan baru saja siap-siap untuk tidur, tiba-tiba hpku berbunyi disebelahku dan saat kubuka What
app ku ternyata Bu Nana mengirim pesan.
“Mas Andre, maaf ganggu, malam ini kamu bisa datang ke rumah ga? sekalian
bawa baju yang disewa untuk dipakai orang-orang untuk menerima tamu besok”.
Oh Ya tadi sore aku memang ditugaskan ole Bu Nana mengambil baju
sewaan buat orang-orang yang bertugas untuk menerima tamu undangan besok.
“Siap Bu saya segera kesana’ jawabku dan langsung membawa
tas yang berisi baju dan kain sewaan.
Aku kerumah Bu Nana hanya dengan memakai kaos dan celana
pendek saja. Karena malam itu aku sudah siap untuk tidur jadi males untuk lagi
mengganti lagi kaos dan celana yang kupakai untuk tidur dan sampai dirumah bu Nana,
baru mau aku ketuk pintu pager bu Nana sudah muncul dari dalam rumah.
Buset….ternyata Bu Nana sudah pakai baju tidur diatas lutut,
model daster kain satin yang sangat licin dan mengkilap saat terkena cahaya
lampu dengan dua tali kecil dipundaknya dan tampak belahan dadanya dan kakinya
yang padat berisi serta pahanya yang mulus, tampak jelas sekali kedua putting
susunya menonjol menjeplak dikain satin dasternya, dadanya yang sudah tidak
memakai Bra itu sempat membuatku aku menelan ludah.
“Hey malah bengong kayak gitu ayo masuk, mana bajunya?” aku
kaget setengah mateng saat tangannya menarik tanganku untuk masuk kerumahnya.
Aku pun segera masuk mengikuti Bu Nana, saat kuperhatikan bokongnya
tidak ada bayangan celana dalamnya dan membuat aku jadi penasaran malam itu, ternyata
dia benar-benar hanya memakai daster itu saja tanpa Bra dan Cd lagi didalamnya.
Setelah didalam, aku dipersilahkan duduk dan sedikit basa basi sebentar.
“Lho sih Dewi kemana bu?” kataku menyakan anaknya, padahal
aku tau anakanya kuliah diyogya.
“Lah kan kuliah diyogya sih Dewi, emang Mas Andre ngak tau”.
“Oh Iya tapi apa ngak pulang, kan besok tetangga ada acara
hajatan pesta perkawinan”.
“Kan yang punya acara bukan kelurga Mas, jadi ngapai dia
pulang kesini”, setelah ngobrol sedikit, Bu Nana membawa tas dengan isi baju
sewaan itu kedalam kamarnya dan agak lama aku menunggu di ruang tamu.
Selama menunggu Bu Nana, pikiranku jadi terbayang bgaimana
rasanya bisa bergumul denganya diatas ranjang kamarnya dengan daster yang
dipakainya itu. Apalagi Bu Nana pasti sangat kesepian butuh kehangatan
laki-laki sepertiku karena suaminya pulang sebulan hanya dua kali sebulan.
Tak lama sambil menunggu
hampir 10 menit berlalu dan Bu Nana kembali ke ruang tamu .
“Aduh maaf ya Mas Andre, kelamaan.. oh ya kamu mau minum ga?
sampe lupaaa”.
“Udah ngak usah repot-repot lho Bu, aku segera mau pulang”.
“Ngak usah buru-buru Mas, kita santai saja disini sambil
ngobrol-ngobrol dulu… mau kopi apa kopi susu atau kopi hitamnya” katanya
nyerocos…terus.
“Ga usah bu…gapapa !” percuma aku menjawab karena bu Nana
langsung berjalan kebelakang.
Tak lama ia kembali sambil membawa secangkir kopi
“Mas Andre maaf, kopi susunya habis, ya ada kopi item”.
“Gapapa kok bu ga usah repot-repot”. Sambil menikmati kopi,
kami mengobrol ngalor ngidul sambil kuambil gambarnya Bu Nana pakai baju tidur
satin itu dengan hpku.
Semakin malam dan larut malam pembicaraan semakin hangat
bahkan mulai mengarah kehal-hal berbau seks tentang dirinya yang selalu
kesepian. Batang penisku yang sudah sangat tegang itu tanpa celana dalam hanya celana pendek yang
menutupi penisku, aku sembunyikan agar Bu Nana tidak mengetahui.
“Gimana Kopinya enakkan kalau ngak pakai susu”, katanya
kepadaku.
“Enak kok, bu, lagian kopinya juga udah berasa seperti kopi
susu kok!” jawabku sambal tersenyum.
“Lho kok bisa gitu, Mas ?” bu Nana kelihatanya bingung
dengan jawabanku.
“Lah dari tadi kan udah pake susu lho Bu, sambil minum kopi lihat susu kan sudah terasa seperti kopi
susu hehehehe…”.
“Dasar….kamu ini Mas genit juga ya! berarti kamu dari tadi
ngintipin punyaku”, katanya sambil Kembali
menutupi kedua mataku.
“Habis Bu Nana yang duluan memancingku, pakai baju tidur dan
ngak pakai Bra lagi, coba kalau buka aku pasti ibu sudah diperkosa”.
“Lah, aku kalau mau tidur pakai baju seperti ini lho Mas”.
Saat menutup kedua mataku dengan tangganya, langsung saja kutangkap
tangannya dan ku cium jarinya. Nampak bu Nana agak terkejut menerima
perlakuanku, tapi hanya sepersekian detik saja. Ia hanya diam saja ketika aku
mulai menciumi dan menjilati jari tangannya. Namun Bu Nana kemudian menarik
tangannya.
“Maaffffaaaa Bu, maaaf… Andre terbawa suasana… ” kataku
mencari pembenaran.
Bu Nana tak menjawab dan hanya menarik nafas panjang, tak
lama ia berjalan ke belakang sambil membawa cangkir kopiku yang sudah habis.
Aduh, jadi marah Bu Nana pikirku. Beberapa
saat kemudian ia kembali ke depan dan aku pun bersiap untuk pamitan.
“Mas Andre, maksud kamu apa tadi?”.
“Maaafff bu…maaf… kalo ibu tersinggung… maaf sekali lagi.
Aku hanya terbawa suasana. Abis malam-malam gini aku sudah disugguhi dengan
pakai tidur seperti itu”.
“Gapapa Mas, aku cuma kaget aja kamu kok berani begitu sama
aku. Eh, kamu jangan pasang wajah melas gitu doong…. serius Mas, aku ga marah”.
“Beneran bu, Bu nana gak marah?” tanyaku lagi.
“Enggak Mas, ga marah beneraan…lho” Bu Nana malah mendekati
tempat aku duduk dan memegang bahuku.
“Kamu udah buat darahku berdesir, waktu kamu isapin jariku
yang barusan”, bu Nana tidak meneruskan kata-katanya
lagi.
Kami sudah saling berciuman sambil berpelukan dan lama-lama
kecupannya berubah menjadi lumatan di bibirku. Mendapat serangan seperti itu,
kukalungkan kedua tanganku dilehernya dan kubalas lumat bibirnya dengan lembut.
Kami sangat menikmati permainan bibir itu, sampai-sampai bu Nana kutidurkan di kursi
sofa sambil terus melumat bibirnya dengan lembut.
Perlahan aku turunkan bibirku ke arah dagunya dan semakin
turun ke lehernya sambal kucium dan kujilati dengan lidahku. Bu Nana hanya
bergelinjang dan mendesah-desah nikmat, membuat aku semakin terangsang. Kuremas-remas
kedua buah dadanya sambil kumainkan kedua putting susunya dengan jari-jari
tangganku dan membuat Bu Nana makin menggelinjang dan semakin belingsatan saat
ku remas dan kumainkan kedua putting susunya dari luar kain satin baju tidurnya.
Tiba-tiba Bu Nana menarik dan mendorongku, “Mas malam ini
puaskan aku diranjang udah lama ngak ngerasai seperti ini” katanya Bu Nana.
“Pokonya Malam ini Bu Nanan akan aku bikin puas sampai
langit ketuju” tanyaku sedikit menantang.
“Dikamar aja yuk Mas biar lebih nikmat!?” jawabnya.
Akupun hanya mengangguk dan mengikuti bu Nana yang berjalan
ke kamarnya. Sesampai dikamar, saat Bu Nana menutup pintu kamar aku langsung
memeluknya dan kami melanjutkan acara saling memagut dan melumat bibir antara
lidah an bibir.
“Mas, puasin aku malam ini!” katanya padaku.
Tanpa banyak kata-kata lagi Bu Nana langsung melepas baju
dan celanaku dan otomatis langsung aku bugil total.
“Terntnyata kamu sudah ngak pakai CD ya Mas?”.
“Ya Bu, soalnya tadi mau tidur, ibu WA saya suruh kesini
jadi sudah ngak pakai apa-apa hanya kaos dan celana pendek saja”.
Sambil kita saling berlumatan dan berciuman, Bu Nana aku gerakan
untuk segera naik ke atas ranjang lalu kubaringankan
tubuhnya dan Kusambut dengan ciuman antara bibir dan lidah sambil aku remas-remas
lembut kedua buah dadanya Sambil berciuman, kulepas ciumanku dari bibirnya
untuk turun kebawah menelusuri pipi terus turun kebagian leherya dan berhenti
diujung putting susunya yang semakin menonjok menembus kain satin dasternya dan
kucoba kujilati putting susunya dan kuremas pelan. Sambil kuhisap putting
susunya yang sebelah kiri, kuremas payudara yang sebelah kanan secara bergantian
kujilati dan kuhisapi terus dibagian kedua payudaranya.
Bu Nana segera menekan perutnya dan mengesek-gesek batang
penisku yang menempel dibagian perutnya dan mulai digoyang-goyangkan. Penisku
terasa nikmat sekali saat gesekan-gesekan kain satin dasternya terus mengesek
kulit batang penisku dan hisapan diputting susunya semakin kuat kusedot dan
kulumat secara bergantian sambil Bu Nana terus mendesah kenikmatan.
Tubuhnya semakin kuat memeluk tubuhku saat terus aku gesek-gesekan penisku
diperutnya hingga cairan bening dari ujung lubang penisku sedikit keluar
membasahi daster satin yang dipakai Bu Nana.
Aku sedikit melenguh panjang, “ooooowwwwwwhhh” saat
gesekan-gesekan kain satin yang sangat terasa licin terus mengese-gesek kulit
penisku.
Kemudian Bu Nana segera mendorong posisi tubuhku yang berada
diatas tubuhnya dan otomatis tubuhku terjatuh terlentang diatas ranjang dan
batang penisku jelas terlihat menjulang tegak keatas terangguk-angguk. Tanpa
banyak komentar, Bu Nana langsung menciumi ujung batang penisku dengan lembut. Sesekali
juga ia mengulum biji pelerku. Rasanya aku ingin terasa mau kencing, apalagi saat batang
penisku mulai dimasukan kedalam mulutnya “Onghhhh…” terasa linu dan terasa aku dibawa ke langit ketujuh.
Kubelai rambutnya sambil sebelah tanganku mengusap
punggungnya merasakan halus dan licin nya kain satin dasternya. Mulutnya terus
mengulum penisku “Ahh… aahhh…enak bu.. enakh…ah…aaaahhh” itu yang kukatakan saat
kepalanya maju mundur mengulum penisku.
Tak tahan melihat bentuk pantatnya yang bulat, segera
kutarik pahanya keatas, dan dalam sekejap kami sudah berada dalam posisi 69.
kujilati bagian belahan vaginanya dengan penuh nafsu, kutekan sedikit lidahku
dibagian clit-nya sambil terus meremas
pantatnya. Bu Nana nampak terbawa dengan permainan ini dan ia mulai
menggoyang-goyangkan pinggulnya dan terkadang menekannya kebagian mukaku
sampai-sampai aku susah bernapas. 5 menit berselang ia melepaskan kulumannya
pada batang penisku dan meremas betisku dengan keras sambil mengejang dan
mengerang. Bahkan mukaku ditekannya menggunakan vaginanya.
“Oooooohhh….aaaannnnggghhhh….aaaaahhh…. ssshhhhhhh….
aaaaaahhhhh….” Terasa ada yang mengalir
dan membasahi bibir dan mulutku.
Tampak Bu Nana baru saja merasakan orgasme karena tercium aroma khas cairan lendir wanita
di hidungku dan mengalir menuju mulut dan lidahku. Segera kusapu dan kuhisap
sambil sesekali menghisap clitnya. Bu Nana menggulinggkan tubuhnya dan tergolek
lemas setelah mendapatkan orgasme.
Karena nafsuku sudah tidak bisa aku tahan lagi langsung saja
aku buka kedua pahanya melebar dan aku arahkan peniksu kelubang vaginanya yang
terlihat sudah sangat becek itu. Kugesek-gesek dulu sedikit permukaan lubang
vaginanya dengan kepala penisku agar masuk dengan mudah. Perlahan mulai
kumasukkan penisku sambil terus aku gesek-gesekan permukaan lubang vaginanya
dengan kepala penisku dan Blesshhh……batang penisku mulai masuk perlahan namun
pasti kedalam persengamaan bu Nana sambil diikuti dengan erangan dan lenguhan
kenikmatan bu Nana.
“Ouuuuhhhh…..anghhhh….terusssshhhh….Massss…. maaasssukiiinnn
yg dalemmmm… ohhhh”
Kugenjot vagina Bu Nana dengan sedikit Gerakan sangat
perlahan dengan posisi dua kaki bu Nana berada di bahuku sedangkan aku
mengambil posisi berlutut sambil terus bergerak maju mundur menggenjot vaginanya.
Bu Nana terus mendesah setiap penisku kelua masuk vaginanya. Tak lama leherku
dijepi oleh kedua kaki bu Nana dan ia mengangkat pantatnya keatas sambil
melolong Panjang.
“Anghhhhh….ahhh… aaahhh…. aaahhh….” kembali bu Nana merasakan
orgasmenya yang kedua kalinya.
Tubuhnya terlihat mengejang-ngejang saat orgasme yang kedua
kalinya dirasakanya dan setelah puas merasakan Bu Nana orgasme kemudian Kuturunkan
kedua kaki Bu Nana dan kurebahkan tubuhnya tidur dengan posisi menyamping. Ku
angkat kaki sebelah kanannya dan kumasukan lagi penisku ke vaginanya dengan
posisi menyamping dan menduduki kakinya yang sebelah kiri. Perlahan namun
pasti, sambil menggenjot kupegangi kaki kanannya maju mundur, lama kelamaan ku
percepat genjotanku sambal memilin-milin putting susunya.
Menerima perlakuanku seperti itu Bu Nana semakin belingsatan
dan terus mendesah membuat libidoku semakin memuncak. Ku percepat Gerakan
penisku keluar masuk vaginanya dan akhirnya sambil menjilati betis kaki bu Nana
dan kurasakan cairan spermaku segera akan muncrat dan akhirnya aku keluarkan
cairan spermaku didalam vaginanya.
“Anghhh….ahhhhhh…..ouuugghhhhh….ahhhhh”.
Ccrrrroooottttt….. crroooootttthh… cairan spermaku keluar
sangat banyak sekali memenuhi dasar rahimnya Bu Nana. Tubuhku terasa lemas sekali serasa copot semua
persendian badanku.
Akupun melorot dan rebah disamping bu Nana dengan posisi kupeluk
tubuhnya sambil kucium pipi dan bibirnya dengan mesra diatas ranjang dengan
posisi penisku masih tertancap didalam vaginanya.
“Makasih ya Bu Nana, aku senang bisa berbagai kenikmatan
seperti ini.
“Ya Mas, udah lama aku tidak merasakan seperti ini sejak
bapaknya kerja dikalimantan”.
Kami berpelukan dan berciuman seperti pengantin baru saja
dan setelah istirahat sebentar. Lalu bu Nana berdiri dan mengambil beberapa
tissue untuk memebersihan vagiannya yang basah oleh bekas sisa cairan spermaku
dan Setelah itu Bu Nana kemudian membersihkan penisku yang mulai lemas dengan
sisa tissue bekas membersihkan vaginanya.
(BERSAMBUNG).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar