Jumat, 24 Maret 2023

CERITA SEKS SAAT KKN

 

KENIKMATAN KKN BERSAMA BU LILIS.


Namaku Andre, Ketika aku KKN didaerah Sleman, yang dihuni oleh sekitar 100 keluarga, dan selama KKN aku tinggal di rumah sekretaris desa dan ternyata dia adalah seorang ibu muda yang kupanggil dengan nama Mbak Lilis, usianya lebih dari 40 tahun dan berstatus seorang janda dan memiliki satu anak cewek yang sudah tumbuh dewasa.

Singkat cerita setelah dua minggu aku tinggal dirumahnya, ketika aku baru saja tiba dari kampus untuk konsultasi, sesampainya dirumahnya dengan keadaan tubuhku basah kuyup karena kehujanaan sepanjang jalan dari kampus ke sleman (tempat KKN). Sesampai disana suasana cukup sepi dan kebetulan aku membawa kunci cadangan yang diberikan oleh Mbak Lilis jadi bisa langsung masuk kedalam rumah.

Begitu aku sudah masuk kedalam rumah aku segera masuk kedalam kamar, melepas semua pakaian ku yang basah dan mengeringkan tubuhku dengan handuk. Tiba-tiba saat aku melepas baju dan celanaku yang basah aku dengan suara langkah kaki yang mendekat ke kamarku, aku melihat ke belakang tirai ternyata Mbak Lilis mendekati kamarku dan aku sengaja pura-pura tidak tau saja.

Aku berusaha tetap terus mengeringkan kepala dengan handuk, jadi kedua mataku tertutup dan berpura-pura tidak tahu bahwa Mbak Lilis datang ke kamarku. Tanpa sengaja, batang penisku yang bergelantungan kesana kesini Ketika tubuhku bergoyang-goyang memgeringkan rambutku dengan handuk. Begitu tirai dibuka Mbak Lilis aku pura-pura tidak melihatnya, meskipun melalui pori-pori handuk aku dapat melihat Mbak Lilis dengan ekspresi sedikit terkejut di wajahnya, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Dia bahkan terus memperhatikan batang penisku yang bergelantungan.

Aku pura-pura terkejut ketika aku melepas handuk dari kepalaku.

“Oh, Ibu Lilis ?”,  ​​Aku sengaja membiarkan batang penisku terbuka, ada rasa bangga menunjukkan kemaluanku ketika aku berlari.

“Lho Mas Andre, kok masuk kerumah nggak bilang-bilang”, bicaranya cukup tenang, seakan-akan tidak melihatku aneh.

“Maaf Ibu Lilis saya kira tadi ngak ada orang jadi Andre langsung masuk saja pakai kunci yang Ibu berikan.

“Lah kamu kehujanan ya Andre”.

“Iya Bu.”

“Aduh, nanti masuk angin, aku ambilkan minyak angin ya.”

“Nggak usah Bu, takut panas.”

“Lha iya biar anget gitu lho.”

“Maksud ku, aku ngak suka pakai minyak”.

“Malam-malam gini mikiran apa sih kok ngacung-ngacung kayak gitu”, kali ini Mbak Lilis mau melihat penisku yang bergelantungan.

“Bukanya ditutup punya mu kok malah kamu buka sih”.

“Lah habis Ibu masuk ngak bilang-bilang jadi sudah terlanjur ibu lihat ya ngapai lagi ditutupi”.

“Ternyata punya kamu gede juga ya Andre?”, katanya tanpa malu-malu sedikitpun.

“Gede mana sama punya mantan suami Ibu”.

“Gede kamu punya”, kemudia aku berjalan mendekatinya.

Malam itu Mbak Lilis hanya memakai daster satin dengan bawahan seatas lutut jadi kedua pahanya yang bekulit putih itu terlihat jelas dihadapanku tanpa memakai Bra karena jelas sekali kedua putting susunya itu menonjol. Kemudian kupegang pundaknya, dan dia diam saja.

“Kok sepi Bu, anak-anak yang yang lain pada kemana.”

“Tadi katanya mau ke kampus untuk laporan dan sampai sekarang pada belum dating”, tampaknya Bu Lilis agak gugup dan seperti mau melangkah ke belakang.

Begitu mau mundur kebelakang dengan cepat kutahan dia, bahkan ketika kucium pipinya Bu Lilis hanya diam saja. Kulanjutkan dengan bibirnya, ia juga diam saja. Bahkan memberikan sambutan yang hangat.

“Aku tau ibu membutuhkan in ikan”, kubisikan ditelinganya.

Ibu Lilis tidak menjawabnya dia terus membalas ciumanku, dengan posisi berdiri kami terus berciuman antara bibir dan lidah. Batang penisku yang sudah sangat tegang itu  dipegangnya dan terus dikocok-kocokan dengan gengaman tangganya.

“Andre puasai Ibu malam ini, sudah lama Ibu tidak pernah melakukan ini selama bercerai”.

Kemudian kututup pintu kamarku dan ku dorong tubuhnya kedinding pintu kamar sambil kupeluk tubuhnya dan tangganya yang menggengam penisku langsung selipakan dibelahan vaginanya. Ternyata Bu Lilis sudah tidak memakai celana dalam karena saat aku gesek-gesekan penisku tidak ada tanda-tanda celana dalam yang melekat dibagian vaginanya yang kurasakan hanya kain satin dasternya yang terselip dibelahan vaginanya yang sangat licin itu.

Kugesekan terus penisku dibelahan vaginanya sambil terus berciuman dengan posisi masih berdiri, kedua tanggannya mulai memeluk tubuhku dengan cara melingkarkan menyilang kemudian ciuman terus turun kearah kedua putting susunya yang semakin menonjol menjeplak dikain satin dasternya. Kukecup kedua putting susunya sesekali kusedot-sedot.

“Anghhhh…ounggggg”, Bu Lilis mulai mendesah kenikmatan.

Kemudian aku angkat tubuhnya dan kurebahkan diatas ranjang dan kutindih segera tubuhnya yang terlentang itu,  jadi posisiku sekarang berada diatas tubuhnya dan Kini posisiku lebih leluasa, aku bisa pandangi kemolekan tubuh Bu Lilis yang masih terbalut dengan daster satin, setiap senti dari permukaan tubuh itu kuciumi dengan penuh nafsu tanpa membuka dasternya. Nafas Bu Lilis  makin memburu, kutempelkan bibir dan lidahku menelusuri licinya kain satin dipermukaan tubuhnya tepat pada perutnya. Kedua tanganku terus meremas-remas payudaranya. Kuturunkan kepalaku ke bawah, kuciumi bagian paha sebelah dalam hingga sampailah kebagian belahan vaginanya yang berada di tengah selangkangannya.

Kujilati bagian belahan vagianya yang sudah basah itu, hingga Bu Lilis menjerit kecil sambil mengangkat pantatnya tinggi-tinggi, seakan-akan menginginkan aku menjilatinya Liang kewanitaannya yang sudah sangat basah itu, aku terus menjilati daging kecil yang ada di bagian atas kemaluannya (klistorinya) atau Bahasa jawanya “itil”.

‘Mas Andre….ayo masukan sekarang aku sudah ngak tahan”, Bu Lilis sudah benar-benar ingin menikmati batang penisku.

Aku segera bersiap-siap mengarahkan batang penisku ke liang vaginaya, Dengan cekatan Bu Lilis langsung mengarakan penisku dengan tangan kananya untuk bimbing batang penisku masuk kedalam bibir vaginany. Dengan cara aku gesek-gesekan dulu kepala penisku lalu sekali sentak aku masuklah kepala penisku kedalam lubang vaginanya. Tampak masih lumayan seret, sehingga tidak semuanya langsung bisa masuk penisku ke dalam vaginanya. Setelah beberapa kali maju mundur barulah semuanya tenggelam hingga kurasakan ujung penisku menyentuh dinding vaginanya yang paling dalam.

Bles…..Bu Lilis melenguh dan mendesah Panjang saat batang penisku sudah masuk semua kedalam lubang vaginanya dan tubuhnya semakin kuat memeluk tubuhku. Kugenjot keluar masuk penisku keluar masuk vaginanya hingga 5 menit lamanya diatas ranjang.

“Terus Mas.. terus Mas.. Tahan Massss…..ounghhhhh….anghhh akuuu.. mau.. keluar, Ohhh…”, Bu Lilis memelukku dengan sangat kuat sekali sambil menyilangkan kakinya ketubuhku, hingga batang penisku terasa terjepit didalam vaginanya.

Tubuh Bu Lilis mengejang-ngejang saat orgasme dan tubuhnya benar-benar sangat kuat memeluk tubuhku yang terus aku genjot keluar masuk vaginanya. Kurasakan batang penisku terasa ada denyutan-denyutan pada dinding vaginanya saat orgasme. Hingga akupun tak lama kemudian terasa cairan spermaku akan segera keluar dan tidak dapat lagi aku tahan. Aku segera mencabut batang penisku dari dalam vaginanya dan segera aku gesek-gesekan penisku diatas perutnya sambil kugesek-gesekan pada kain satin dasternya hingga muncratlah air maniku di atas kain satin dasternya tepat diatas perutnya.

Crott…crottt…crettt, cairan spemaku keluar sangat banyak sekali membasahi kain satin daster Bu Lilis.

Aku jatuh dipeluakan tubuh Bu Lilis yang masih terlentang diatas ranjang. Tampaknya hari sudah mulai malam, hujan terus turun dengan derasnya diluar sana. Namun nafas Bu Lilis yang memburu dan tubuhnya terbaring dengan lunglai. Akhirnya aku terlentang di sampingnya. Dia segera tertidur dengan kepala di atas perutku, menghadap ke depan batang penisku yang sudah mulai layu.

Saat isitrahat sebentar diatas ranjang sambil tidur-tiduran aku terbangun saat Bu Lilis membangunkanku, untuk makan malam. Aku memakai piyama satin yang diberikan oleh Bu Lilis setelan piyama tidur yang dipakainya itu dan aku segera menuju ke ruang makan, Bu Lilis masih memakai daster satin yang baru saja dipakai untuk bercinta dengan ku diatas ranjang tadi. Ketika kurogoh dari bawah dasternya, ternyata ia tidak memakai celana dalam.

Bu Lilis mengelak dengan genit meskipun sempat tersentuh juga. Dalam percakapan selama makan malam, saat aku ngobrol-ngorol dengan Bu Lilis  tidak canggung-canggung lagi kami bedua Kembali masuk kedalam kamarku. Sesampai didalam kamar aku segera meraihnya, sambil kucium bibirnya. Bu Lilis membalasnya dengan tidak mau kalah lahapnya. kuciumi putingnya yang yang menonjol itu Dan kurebahkan lagi tubuh Bu Lilis keatas ranjang tanpa kubuka dasternya. disusupkan tangannya ke dalam piyamaku. Begitu menemukan batang penisku yang sudah sangat tegang itu dan menarikku ke tempat tidur.

Tanpa melepaskan piyama yang aku pakai dengan posisi telentang, memberikan kesempatan bagi Bu Lilis untuk menikmati bagian tubuhku yang sangat kubanggakan itu. Benar saja, ia dengan sigap meraih penisku dan mengulumnya, ternyata Bu Lilis juga jago memaikan penisku dengan mulutnya dan serunya lagi saat giginya menggesek ujung penisku membuatku sangat kenikmatan.

Lalu Bu Lilis menjilati seluruh permukaan batang penisku, hingga kedua pelerku tidak luput dari serangan ini. Aku hanya meringis menikmatinya. Setelah tidak ada lagi variasi darinya memperlakukan penisku, kubimbing dia untuk terlentang. Bu Lilis menurut ketika kubuka pelan-pelan pahanya, kini dengan jelas bibir vaginanya dan ketika kusibakkan, kulihat warna merah menantang, sedangkan lendirnya sudah banyak mengalir ke atas sprei motof batik. Posisiku sudah siap untuk menyetubuhinya. Batang penisku sudah tepat di depan mulut vaginanya.

Blesss….penisku Kembali masuk kedalam vaginanya dan Kugerakkan maju mundur pelan-pelan, Membuat Bu Lilis mendesah kenikamatn. Namun segera kuciumi mulutnya agar desahanya itu tidak terdengar oleh tetangga. Saat permainan yang kedua dengan Bu Lilis begitu orgasme, tampak Bu Lulis merasakan orgasme yang lama sekali, seperti orang kesurupan, kepalanya kupegangi kuat-kuat agar mulutnya tidak lepas dari ciumanku. Sehingga suara jeritan itu tertelan sendiri. tubuhnya kejang-kejang, pelukannya kencang sekali.

Akhirnya tumpahlah kenikmatan yang dirasakan Bu Lilis. Aku sangat puas bisa  memuaskan Hasrat yang sudah lama tidak dirasakan oleh Bu Lilis. Biarpun cairan spemaku belum keluar, aku merasa puas sekali bisa melayani Bu Lilis diatas ranjang. Dan disaat detik-detik cairan spemaku akan keluar, Bu Lilis meminta aku mengeluarkan didalam vaginanya.

Sejaki kejadian itu aku menjadi ketagihan untuk melakukan hubungan seks diatas ranjang denga Bu Lilis hingga sampai aku selesai KKN pun masih melakukan hubungan seks denga Bu Lilis.

SEKIAN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar